Selain itu, kami juga berpikir hari itu jumlah pengunjung sedikit, tentu tak banyak yang memakai jasa mereka. Jumlah pengunjung hari itu bisa dihitung dengan jari. Bahkan jumlah bapak-bapak yang menawarkan jasa foto ini malah lebih banyak dibanding pengunjung.
Pandemi ini memang berimbas pada sepinya tempat wisata. Pun di akhir pekan, katanya Kawah Putih tak lagi seramai dulu.
Ketika kami sampai di depan kawah, bau belerang mulai menusuk hidung. Namun, tak sekuat bau belerang di kawah Dieng. Air kawah berwarna hijau toska. Duh, seindah ini alam semesta!
Anak-anak senang karena ini kali pertama kami membawa ke danau kawah. Si sulung penasaran, dia pun mencelupkan jari ke air kawah. "Anget," katanya. Ohya, di sekitar kawah banyak pohon cantigi yang mati sehingga nampak seperti ranting  mati. Sangat instagramabel untuk berpose.
Dermaga Ponton
Setelah berjalan di Cantigi Walk dekat kawah, kami mencoba jembatan ponton yang menjorok ke kawah. Tempat ini bagus dan menjadi spot favorit untuk berfoto termasuk prewedding.
Senyum selalu mengembang, bahkan si Sulung yang biasanya malas foto bolak-balik tersenyum ketika difoto. Sebuah pengalaman baru yang sederhana.
Saya dan suami juga menikmati tempat yang eksotis ini. Danau alam hasil letusan gunung Patuha. Pesona alam yang sebenarnya.