Nah, berikut beberapa cara untuk menyikapi pengalaman pahit tersebut. Ini saya tulis berdasar secuil pengalaman saya:
1. Menerima dan mengikhlaskan
Sebagai korban, awalnya saya tak terima dengan sikap si dia yang menghilang begitu saja. Rasanya seperti digantung tanpa kejelasan status. Apalagi mengingat segala janji manisnya, aduh rasanya ingin saya "sobek-sobek" orang ini! Hehehe..
Siapa sih yang tak sakit hati diperlakukan seperti itu? Namun, di satu sisi saya gengsi juga untuk mengakui bahwa saya terluka. Saya merasa sok kuat dan mengabaikan rasa sakit itu.
Sejalan dengan waktu, saya menyadari bahwa sikap saya tidak tepat. Seharusnya saya berbesar hati mengakui bahwa saya terluka dan sakit hati. Tak perlu juga sok kuat dan merasa baik-baik saja.
Sikap denial ini justru membuat saya menyimpan dan memendam dalam hati. Karenanya, masalah ini menjadi "tidak selesai". Dalam arti, saya melupakan namun belum memaafkan. Akan lebih baik jika menerima, mengikhlaskan, dan memaafkan.
Semua itu tidak mudah, butuh waktu, dan butuh perjuangan yang besar. Jadi, kalau punya teman atau kenalan yang mengalami hal demikian jangan dianggap remeh. Perjuangan untuk memaafkan itu berat. Yang bisa kita lakukan adalah menghibur dan mendoakan.
2. Jangan menyalahkan diri-sendiri
Seringkali setelah kekasih menghilang, seseorang menyalahkan diri-sendiri. Mengapa dia meninggalkanku? Apa salahku? Hmmm... pastinya pertanyaan ini adalah hal wajar.
Akan tetapi, menyalahkan diri sendiri itu justru makin membuat kita terpuruk. Juga semakin membuat kita merasa tak berharga dan tak ada arti.
Dari banyak kejadian, kekasih yang menghilang justru yang tidak layak dan berharga untuk dipertahankan. Apalagi jika tak lama kemudian dia menggandeng pacar barunya. Bukankah dia sebenarnya pengecut dan tak serius dengan kita?