Kodo terkejut. Dia menengok ke arah suara. Ternyata ada burung yang sedang berteduh dan menggigil.
"Oh, kamu? Dasar penakut! hujan dikit saja ketakutan. Sini berenang sana aku kalau berani, " Kodo mulai meledek.
"Kodo, aku kan burung. Keahlianku terbang, bukan berenang! Tidak usah emosi. Lawanmu itu angsa, ikan, dan buaya yang biasa di air. Ihhh... males!" sahut burung. Burung pun terbang meninggalkan Kodo.
Kodo tak peduli. Dia tetap asyik menyaruk-nyarukkan kakinya di genangan air. Jika kakinya menemukan batu, ditendangnya batu itu jauh-jauh. Kemudian tawanya pun pecah dan terkekeh-kekeh.
"Sudahlah, mending aku main hujan. Latihan lompat jauhnya nanti saja. Gampang!" serunya dalam hati.
"Wek .. kwekk.. kwek..." suara rombongan bebek menghampiri Kodo. Sepertinya mereka bergegas menuju danau untuk berenang bersama-sama. Kodo senang melihatnya. "Wah, ada teman berenang!" katanya.
"Bek... tunggu! Kalian mau berenang kan? Aku ikut ya?" pintanya kepada rombongan bebek.
"Boleh, tapi bukannya hari ini kodok-kodok pada ke stadion kecamatan? kamu tidak ikut Kodo?" Bebeh, mama bebek menyahuti Kodo. Seluruh kampung tahu bahwa kodok-kodok sekarang ini sibuk mempersiapkan lomba lompat jauh.
"Iya. Aku nanti saja latihannya..." jawab Kodo. Kodo pun bergabung dengan rombongan bebek. Dalam hujan semakin deras, Kodo kusyuk-masyuk berenang dan bercengkerama dengan bebek-bebek.
Tak terasa waktu menjelang sore. Kodo tak merasa bersalah sudah membolos latihan lompat jauh di stadion. Dia pulang ke rumah dengan baju yang basah.
Hari berikutnya, Kodo tetap tak berubah. Jika ada latihan selalu saja ada alasan. "Nanti, " itu kata andalannya. Kodo memilih bermain di lapangan, mencari ikan di sawah, berenang bersama rombongan bebek, atau main game online hingga malam.