Mohon tunggu...
MomAbel
MomAbel Mohon Tunggu... Apoteker - Mom of 2

Belajar menulis untuk berbagi... #wisatakeluarga ✉ ririn.lantang21@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Teladan Hidup Berkeluarga di Kompasiana

5 Januari 2021   13:00 Diperbarui: 5 Januari 2021   12:59 326
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Teladan hidup berkeluarga

Suatu waktu saya mengikuti beberapa zoom meeting tentang bagaimana menjadi istri yang baik menurut alkitab. Sebuah proyek "ketaatan" yang harus direnungkan dan sekaligus dipraktekkan dalam hidup sehari-hari.

Salah satu tugas mulia seorang istri adalah menjadi "penolong" untuk suaminya. Selang berapa hari kemudian, ibu Rose menulis artikel yang menceritakan pengalaman di masa lalu, dimana kondisi keluarga yang terpuruk akibat ditipu rekan bisnis.

Saat membaca artikel tersebut, seketika saya teringat tentang peran istri sebagai penolong untuk suami. Betapa cerita bu Rose adalah gambaran nyata peran tersebut. Beliau tetap tabah dan memberi semangat kepada suami. Bahkan tanpa gengsi ikut menyingsingkan lengan baju membantu keuangan keluarga menjadi sopir antar jemput. Juga ketika pak Tjipta sakit, bu Rose pun mengambil alih pimpinan perusahaan. Artikel tersebut membawa saya kepada permenungan mendalam tentang hal ini.

Tak cukup sampai disitu, lewat artikelnya bu Rose juga menceritakan tentang emansipasi, kodrat wanita, toleransi dan bagaimana bersikap dengan tetangga dan sesama. Sungguh, saya kagum dengan sikap beliau.

Bagaimanapun peran istri dan ibu adalah sejatinya tugas yang harus seorang perempuan pertanggungjawabkan kepada Allah. Bu Rose memberi teladan bagaimana menjadi penolong untuk suami dan menjadi istri yang tunduk dan hormat kepada suami. Pantaslah, pak Tjipta sangat mengasihi ibu Rose.

Menuliskan ini semua membuat saya terbawa perasaan. Dalam hati, saya berdoa semoga saya bisa meneladaninya dalam keluarga saya. Tentu saya masih harus banyak belajar dan berbenah diri. 


Dalam hidup ini tentu kita mengharapkan kebahagiaan sejati. Ketika kita bisa melihat wajah Allah dalam keluarga kita. Ketika suami mengasihi istri, istri hormat kepada suami, dan anak-anak yang menghormati orangtua. Lewat banyak artikel di Kompasiana, itu yang saya lihat dari keluarga Pak Tjipta dan Ibu Rose.

Orang mengatakan kisah pak Tjipta dan Bu Rose adalah "too good to be true", namun bagi saya semua itu niscaya. Ketika benih cinta yang tumbuh itu dirawat, dan dijaga, maka akan ada bahagia, damai, dan sejahtera yang melampaui segala akal.

Akan tetapi semua itu harus kita perjuangkan dengan terus-menerus belajar dan memperbaiki diri. Berkaca dari 56 tahun usia pernikahan pak Tjipta dan bu Rose, pasti kita pun bisa jika terus berjuang dan berdoa.

Selamat berbahagia Pak Tjipta dan Ibu Rose... Kasih karunia dan penyertaan Tuhan sungguh sempurna. Saya belum bisa membayangkan usia pernikahan ke-56. Namun, cahaya kebahagiaan dan kedamaian pernikahan Bapak dan Ibu memancar lewat semua tulisan di Kompasiana.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun