Mohon tunggu...
MomAbel
MomAbel Mohon Tunggu... Apoteker - Mom of 2

Belajar menulis untuk berbagi... #wisatakeluarga ✉ ririn.lantang21@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

[Refleksi Akhir Tahun] Menari dalam Hujan di Tahun 2020

31 Desember 2020   12:57 Diperbarui: 31 Desember 2020   13:29 210
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar ilustrasi (Diunduh dari pixabay.com)

Hujan besar mengakhiri tahun 2019 yang lalu. Entah mengapa "hujan" tersebut sangat terasa di hati saya, kemudian seolah mengikuti saya di sepanjang hari-hari di tahun 2020. 

"Hujan" telah menjadi kata yang terngiang dalam ingatan saya dan membawa permenungan mendalam tentang banyak hal sepanjang tahun ini.

Makna "Dancing In The Rain"?

Akhir tahun 2019 kami liburan ke Surabaya dan Batu, Jawa Timur. Suatu liburan yang tentu banyak kesan bagi keluarga kecil kami untuk menghabiskan akhir tahun.

Namun, dari sekian banyak momen ada satu momen yang terbawa sepanjang tahun. Saya sendiri tak tahu mengapa. Seringkali saya merasa itu adalah cara Tuhan mengajar saya untuk menjadi pribadi yang lebih baik.

Hari itu saya ingat tanggal 31 Desember 2019. Sesuai rencana, kami mengunjungi Jatim Park 3 dengan tujuan utama Dino Park yang disukai anak-anak.

Dua tahun sebelumnya, kami sudah merencanakan Jatim Park 3 ini. Hanya saja kami "tertahan" di kota Kediri karena si Sulung terkena cacar air. Tentu akan menularkan anak lain jika nekad mengunjungi taman wisata yang ramai anak-anak.

Jujur saja, ada rasa kecewa ketika rencana itu gagal. Tapi ya sudah, mungkin semesta belum mengijinkan kami kesana. Karenanya, ketika akhir tahun kemarin kami sampai di Batu, rasa senang saya itu berbeda. Saya sangat antusias. Ah, siapa sih yang tidak bahagia melihat rona bahagia anak saat liburan?

Tanggal 31 Desember 2019 kami mengunjungi Jatim Park 3. Semua tiket saya beli via online sehingga tak ribet mengantri. Tiket terusan ke Dino Park, Museum Musik Dunia, dan Legend Star.

Mendung menggelayuti langit kota Batu sejak pagi. Sungguh berbeda dengan hari sebelumnya yang panas hingga kami pun "meleleh" saat mengunjungi Jatim Park 2. Tapi sudahlah, pikir saya, saya pun mengajak anak-anak masuk ke museum Dino Park.

Anak-anak senang melihat berbagai miniatur berbagai spesies dinosaurus dan semua hal tentang dinosaurus. Setelah itu, kami mengantri untuk ikut tur taman Jurassic, sebuah wahana outdoor yang favorit untuk anak.

Namun sayang, baru saja menuruni jalan untuk antri, hujan deras turun. Kali itu hujan yang sangat deras dan berangin. Petugas pun memberi tahu tentang penutupan entry ke taman Jurassic karena memang tidak memungkinkan.

Mungkin karena harapan saya terlalu besar, saya sangat kesal dan bersungut-sungut. Sial, begitu kata saya dalam hati. Hujan yang begitu besar seperti waktu itu tentu tidak berhenti dengan cepat. Mungkinkah semesta tidak merestui kembali? Hmmm...

Untuk menghilangkan rasa kecewa, kami menuju museum Musik Dunia dan Legend Star yang indoor dan semi outdoor. Tentu saya tetap berharap hujan berhenti dan kami bisa ke Dinopark. Tapi ternyata hujan sungguh deras dan besar. Bahkan beberapa tempat di museum Musik Dunia bocor dan air menetes dari plafon.

Ah sudahlah, begitu kata hati saya yang sudah pupus harapan. Hingga sore, entry ke taman Jurassic belum dibuka. Kami sudah bosan juga dan ingin kembali ke hotel.

Nah, menjelang malam sekitar pukul 5.30 tiba-tiba entry ke taman Jurassic dibuka. Hujan besar sudah reda. Hanya gerimis kecil masih bertahan.

Suami bilang, "Ayo nggak apa, gerimis dikit kok!" Kami pun ikut mengantri. Tak banyak antrian karena bisa jadi orang sudah banyak yang pulang. Gerimis besar dan hujan besar masih "mengancam", tapi suami bilang tak apa dan "Let it be.."

Ketika berada dalam kereta raksasa untuk yang membawa kami Jelajah Lima Zaman, tiba-tiba turun hujan kecil. Rasanya campur aduk. Area Dinopark ini hampir semua berupa area terbuka. Tentu saya menjadi kuatir dengan anak-anak. Ada ketakutan kalau mereka sakit setelah liburan ini.

Herannya, anak-anak terlihat santai menikmati pemandangan Dinosaurus dengan latar langit senja yang meremang. Turun dari kereta, kami menuju ke wahana Rimba. Kami berjalan bersama melihat aneka miniatur spesies dinosaurus.

Pemandangan sore di Dino Park 31/12/2019 (Foto : pribadi)
Pemandangan sore di Dino Park 31/12/2019 (Foto : pribadi)
Hari sudah gelap, jalanan pun basah, gerimis masih setia membasahi bumi. Tak ada opsi lain, kami jalan sekalian keluar dan masih sempat berfoto beberapa kali. 

Hati saya masih belum berdamai. Bawaannya ingin menggerutu saja. Namun, anak-anak tak terlihat sedikitpun mengeluh. Mereka antusias dan tetap ceria. Bahkan keduanya tak mau memakai topi. Si Bungsu berulang kali saya pakaikan topi selalu dilepas dan dibuang. Dia juga tidak mau duduk di stroller dan lebih senang jalan sendiri.

Waktu itu si bungsu belum lancar berbicara, tapi rona mukanya terlihat senang. Si sulung sih jangan ditanya, dia malah bilang "enak hujan-hujan". Yang membuat saya kaget lagi, mereka berdua justru main air. Tiap ada genangan di jalan, langsung main berdua ciprat-ciprat air dengan sepatunya.

"Sudah nikmati, mereka saja senang kok... kamu cari apa lagi?" kata suami saya waktu itu. DEG! "Iya juga ya?" sahut saya. Ah, mungkin saya ini memang tipe saklek dan kaku. Segala sesuatu maunya begini dan begitu. Sebagai pasangan, suami mungkin paham sifat saya hehehe...

Setelah itu, saya langsung "lepas" dan santai. Kenapa juga liburan tapi bersungut-sungut. Toh, apa yang terjadi tak bisa diubah dan dihindari. Akhirnya, saya berusaha menikmati. Saya teringat ada kisah dan kutipan "dancing in the rain". Mungkinkah ini arti sebenarnya dari kutipan itu?

"Hujan" yang Menari Sepanjang Tahun 2020

Sepulang dari Jatim Park 3, kami menikmati malam tahun baru 2020. Tak ada yang istimewa karena kami sangat lelah seharian di JP 3.

Esoknya, tanggal 1 Januari adalah hari terakhir kami di kota Batu. Kami mengunjungi Museum Angkut sebelum bertolak menuju Semarang.

Di Museum Angkut itulah, kami dikagetkan berita banjir Jakarta dan sekitarnya. Kali ini banjir menggenang dimana-mana, bahkan di kompleks yang sebelumnya bebas banjir. Rumah kami di Cikarang aman. Namun, rumah beberapa teman di kota Bekasi dan Jakarta ada yang terkena.

Banjir telah mengawali tahun 2020. Tentu bukan awal yang baik. Setelah itu berbagai rentetan peristiwa terjadi. Akhir Januari mulai menggaung berita Covid-19. Simpang-siur berita mengacaukan hati dan pikiran.

Puncaknya adalah PSBB, sekolah diliburkan, anak sekolah mulai PJJ hingga akhirnya kita lebih banyak di rumah saja. Berbagai pergumulan yang tak mudah di depan mata.

Saya pun merasakan bahwa hidup di tahun 2020 tak sama lagi. Semua berubah secara ekstrim dan mendadak. Rasanya campur aduk dan susah dijelaskan. Terlebih ketika suami memutuskan untuk tidak menggunakan jasa ART pulang-pergi dengan alasan yang logis.

Di tengah kegalauan dan kekuatiran yang menggelayut, lagi-lagi saya teringat momen liburan itu dimana anak-anak saya menikmati hujan. Saya melihat ada sukacita surgawi yang turun ketika tetes hujan membasahi tubuhnya. Sukacita sejati yang tidak tergantung pada keadaan.

Jujur saja, saya malu terhadap diri-sendiri. Itu yang meneguhkan hati saya untuk tetap semangat menjalani hidup yang tak mudah di tahun 2020. Saya bertekad untuk bisa "menari" dalam hujan.

Memaknai Hujan

Kurang-lebih sembilan bulan berjuang di masa pandemi, cukup banyak pelajaran kehidupan yang saya dapatkan. Berharap hal tersebut mampu mendewasakan saya secara iman.

Hujan selalu dimaknai dengan berkat dari Tuhan. Sayangnya manusia hanya memaknai secara simbol saja. Hanya ingin berkatNya dan tak mau kena basah, apalagi bertahan dan berjuang dalam hujan badai.

Pandemi Covid-19 belum selesai. Akankah kita "menari" dalam hujan dan badai besar ini? Atau justru menggerutu, menyalahkan orang lain, mengutuki hari?

Belajar dari tahun 2020, bagi saya, langkah hidup menjadi lebih ringan ketika saya bisa menerima sesuatu yang tidak bisa kita ubah, ikhlas menjalani, mensyukuri setiap hal kecil, dan tetap berusaha semaksimal mungkin. Tuhan pasti menjaga kita.

Selamat menjalani tahun baru 2021! Kiranya kasih Tuhan menyertai sepanjang tahun yang berjalan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun