Lucunya, pernah ada yang bertanya kepada saya, apakah itu kisah saya? Hmmm... Tentu tidak semua kisah adalah pengalaman saya. Justru sebagian besar kisah itu merupakan pengalaman orang lain, bahkan yang tidak saya kenal. Namanya juga cerita fiksi ya?
Menulis fiksi bagi saya adalah merangkai berbagai pengalaman hidup. Dengan menuliskannya, saya sekaligus belajar dan mengambil hikmah dari peristiwa tersebut. Selain itu, membuat saya untuk lebih bijaksana menyikapi hidup yang ternyata tak semudah menggoreng telur di dapur. Hehehe...
Sejatinya, ada banyak hal yang membuat saya senang dengan Kompasiana. Blog ramai-ramai ini seperti rumah keberagaman. Mulai ragam profesi, lintas ilmu, agama, dan suku. Kompasiana seperti Indonesia "kecil". Karenanya, membaca artikel Kompasiana memberikan warna dan wawasan tersendiri.
Untuk ibu rumah tangga seperti saya, Kompasiana mengarahkan wawasan saya ke hal-hal yang positif dibanding menggosip. Meskipun saya sebenarnya tak lebih dari tim "hore" yang tak seproduktif teman-teman.
Tulisan ini pun awalnya saya persiapkan sebagai ucapan ulang tahun untuk Kompasiana. Berhubung kebanyakan mikir, jadi baru hari ini saya lanjutkan. Harap maklum, saya ibarat siput yang belajar menulis. Iramanya lambat, pelan, dan sering tidak percaya diri.
Namun, sesuatu jika tidak dicoba kita tidak akan pernah tahu rasanya. Seperti kata Buya Hamka :
"Tugas kita bukanlah untuk berhasil, tugas kita adalah untuk mencoba karena di dalam mencoba, itulah kita menemukan kesempatan untuk berhasil".
Salam sehat selalu, teman-teman Kompasiana tercinta!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H