Judul di atas adalah jawaban saya jika ditanya mengapa saya menulis. Sayangnya, sampai saat ini belum ada seorangpun yang menanyakan kepada saya (Hahaha...). Jadi, sayalah empunya pertanyaan sekaligus jawabannya.
Tapi tak apa, bukanlah penting juga kita bertanya kepada diri sendiri atas apa yang kita lakukan? Jujur, awalnya saya menulis untuk mengisi waktu supaya tidak jenuh menjalani rutinitas hari-hari sebagai ibu rumah tangga.
Dulu semasa berseragam putih abu-abu, saya pernah jadi anggota redaksi majalah sekolah. Setelah kuliah, tulis-menulis adalah biasa. Hanya sayangnya waktu kuliah yang ditulis adalah laporan praktikum. Hahaha...
Buat yang pernah kuliah di Fakultas Farmasi pasti tahu rasanya tiap hari menulis laporan praktikum. Laporan praktikum yang ditulis tangan dengan jumlah berlembar-lembar adalah "makanan" sehari-hari. Kata anak zaman now: BORING!
Namanya laporan praktikum tentu harus sistematis dari pendahuluan, tujuan praktikum, landasan teori, cara kerja, hasil, hingga kesimpulan. Ah, kok jadi nostalgia ya? hehehe
Nah, setelah lulus dan bekerja tentu yang saya tulis adalah laporan masalah kerjaan. Sayangnya, tak sampai 5 tahun saya berganti profesi lagi, yaitu ibu rumah tangga. Di situlah saya bingung mau menulis apa!
Berawal dari keinginan belajar menulis, saya bergabung dengan Kompasiana. Mengapa tidak blog pribadi saja? Hmmm... saya tidak mau hidup saya seperti buku yang terbuka. Saya sadar diri, jika blog pribadi tentu batasan privasinya adalah kita sendiri yang membuatnya. Saya tidak mau kebablasan hehe...
Buat teman Kompasiana yang sudah lama dan pernah berinteraksi dengan saya, pasti tahu kalau saya lebih banyak menulis mengenai wisata keluarga dan hal ringan lain seputar kehidupan keluarga.
Sebenarnya, itu lebih disebabkan karena saya ingin membuat cerita dokumentasi ringan tentang apa yang saya lakukan. Saya adalah pelupa. Dengan menuliskannya, saya bisa mengumpulkan momen yang ada untuk menjadi kenangan nantinya.
Seringkali juga dalam perjalanan dan atau hidup sehari-hari kita memperoleh pengalaman. Bisa hal baik-buruk, suka-duka, cerita bahagia maupun rasa kecewa. Akhirnya saya mengolahnya menjadi fiksi cerita pendek.