Mohon tunggu...
MomAbel
MomAbel Mohon Tunggu... Apoteker - Mom of 2

Belajar menulis untuk berbagi... #wisatakeluarga ✉ ririn.lantang21@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Pengalaman Diet Kantong Plastik di Masa Prapaskah

11 April 2020   12:00 Diperbarui: 11 April 2020   16:14 259
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Banyak foto sampah plastik yang mungkin sudah berulang-kali kita lihat. Beberapa orang mengecam tindakan yang tidak ramah lingkungan ini. Pemerintah daerah juga sudah banyak yang memberlakukan pembatasan penggunaan kantong plastik di toko atau supermarket. Namun apakah kita sudah bebas dari sampah plastik ini?

Bulan Januari kemarin, anak saya opname di rumah sakit. Sekedar untuk membuang kejenuhan saat menunggu, pagi itu saya berdiri di jendela dan mengamati lingkungan sekitar rumah sakit. Akhirnya pandangan saya tertuju pada dua tempat yang berdekatan satu sama lain. Ya, area pembuangan sampah ditengah pemukiman yang dipenuhi berbagai warna kantong plastik!

Ilustrasi Sampah Plastik ( Diambil dari Tempo.com : Sampah plastik terhampar di sekitar Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Jatibarang, Semarang, 27 Februari 2016. Kebijakan tas plastik berbayar diharapkan bisa mengurangi lautan sampah di tempat pembuangan akhir ini. TEMPO/Budi Purwanto
Ilustrasi Sampah Plastik ( Diambil dari Tempo.com : Sampah plastik terhampar di sekitar Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Jatibarang, Semarang, 27 Februari 2016. Kebijakan tas plastik berbayar diharapkan bisa mengurangi lautan sampah di tempat pembuangan akhir ini. TEMPO/Budi Purwanto
Duh, seketika saya rasanya seperti tertampar. Betapa kotor dan joroknya negeri kita ini. Tempat tersebut dikelilingi oleh banyak rumah petak atau rumah kontrakan. Bisa jadi sampah-sampah tersebut berasal dari kawasan rumah-rumah petak tersebut. Mereka tidak mempunyai sistem kelola sampah. 

Lalu saya bertanya dalam hati, "apa yang bisa atau sudah saya lakukan?" Berawal dari sini, saya membulatkan tekad untuk melakukan diet kantong plastik yang selama ini belum konsisten saya lakukan. Bukankah segala sesuatu lebih baik dimulai dari diri kita? 

Momen tersebut bertepatan dengan dimulainya masa pra Paskah. Tepat sekali jika saya harus "puasa" ekologis dengan diet kantong plastik selama 40 hari mulai Rabu Abu tanggal 26 Februari.

Tujuan utama saya selain sebagai bentuk puasa, diet kantong plastik ini bertujuan untuk mengubah pola pikir, konsistensi, dan disiplin pribadi sebagai wujud cinta dan kepedulian terhadap lingkungan.

Kurang-lebih begini diet kantong plastik yang saya lakukan:

1. Selalu membawa kantong belanja dari rumah.
Dengan cara ini, saya tidak lagi menggunakan kantong plastik dari warung sayur, minimarket, atau supermarket.

Tantangannya adalah tidak boleh sampai lupa. Jika lupa terpaksa dengan menentengnya. Awal melakukannya saya selalu disiplin membawa kantong sendiri. Sayangnya, seringkali jumlah kantong yang saya bawa kurang sehingga saya masih menggunakan kantong plastik dari penjual.

Setelah dua-tiga kali, akhirnya saya tahu jumlah kantong belanja yang harus dibawa yaitu minimal 5 buah. Akhirnya saya tak pernah kekurangan kantong belanja.

Kantong yang saya siapkan dari rumah (Dok. Pribadi)
Kantong yang saya siapkan dari rumah (Dok. Pribadi)
2. Gunakan kembali kantong plastik yang ada
Di rumah saya ada banyak kantong plastik yang saya kumpulkan. Kantong-kantong plastik inilah yang saya pergunakan kembali. Saya lipat dengan rapi dan memasukkannya di tas.

Jadi, meskipun saya diet kantong plastik bukan berarti tak menggunakan kantong plastik. Saya lakukan re-use dan ini sangat membantu karena kantong plastik bekas tersebut ringan dan tidak memakan tempat.

Re-use kantong plastik yang ada (Dok. Pribadi)
Re-use kantong plastik yang ada (Dok. Pribadi)
3. Menolak pemberian kantong plastik
Seringkali penjual "royal" memberi kantong plastik. Tentunya supaya konsumen tidak kerepotan.

Padahal, kadang banyak juga yang tak perlu diberi kantong dan cukup ditenteng saja. Disini saya selalu menolak secara halus.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun