Pilar Kayu dan Piring Keramik China
Selain arsitektur bangunan yang unik dan indah, ada hal lain yang menarik hati saya. Adalah pilar kayu yang kokoh dan piring-piring keramik yang menghiasi dinding masjid.
Banyak pilar yang menyangga bangunan masjid. Kayu pilar masih terlihat kokoh dan tegak. Bagian bawah pilar ditopang dengan tiang batu bata merah.
Kembali ke piring keramik tadi, saya berusaha mendekat dan memotret beberapa corak yang ada di piring keramik. Hasilnya saya terkagum-kagum. Pastinya gambar corak pada piring keramik tersebut dilukis pakai tangan.
Masjid Merah ini dibangun oleh Syarif Abdurraman atau Pangeran Panjunan yang merupakan keturunan Arab sekaligus murid dari Sunan Gunung Jati.
Jika kita melihat masjid Merah ini, sebenarnya tidak terlalu terlihat seperti masjid pada umumnya. Ada unsur budaya Hindu-Budha dan China, sedangkan unsur budaya Islam sedikit bahkan tak terlihat betul.
Mihrab dan tulisan kaligrafi Arab yang ada di tiang penyangga adalah 2 contoh budaya Islam yang saya lihat. Mungkin inilah proses akulturasi budaya pada saat itu. Sebuah wujud harmonisasi Islam dengan budaya setempat.
Matahari sudah berada di sebelah barat. Beberapa orang yang ada di masjid seperti bersiap untuk sholat maghrib. Saya segera berpamitan. Mungkin hanya 15 menit saya di Masjid Merah ini. Namun saya sudah senang bisa melihat karya arsitektur masa lalu yang kokoh berdiri hingga saat ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H