Cuaca Cikarang beberapa bulan ini tidak menentu. Siang yang panas dengan cepat bisa berganti menjadi hujan yang lebat.
Siang ini hujan deras mengguyur kawasan Lippo Cikarang. Namun begitu mendekat ke arah Kota Deltamas, hujan berangsur reda. Bahkan di kompleks rumah saya tak ada hujan sama sekali. Mendung sepertinya masih betah menggelayuti langit.
Ketika berbelok menuju rumah saya, ada pemandangan yang berbeda. Di gerbang masuk, seperti biasa security memberikan kartu masuk. Tapi hari ini yang duduk disitu  bukan hanya security. Seorang bapak dengan perawakan gemuk ikut duduk disana lengkap dengan pakaian dinas kepolisian.
Saya pun menyapa dan polisi tersebut membalas dengan tersenyum ramah. Mata saya tertuju pada selempang berwarna kuning yang di lengan kiri pak polisi. Oh.. PAM TPS!Â
Dari berita online, Polrestro Bekasi menurunkan 2716 personel untuk mengawasi 7951 TPS. TPS 22 tempat saya mencoblos tidak termasuk daerah rawan. Bisa jadi PAM TPS mengawasi juga 4 TPS lain yang ada di sekitar sini.
Yang penting hati saya jadi tenang. Adanya PAM TPS ini setidaknya memberi harapan besar pemilu besok pagi berjalan damai.
Di cluster rumah saya ada 1 TPS, tempat warga untuk mencoblos besok pagi, termasuk saya. Seolah tak mau ketinggalan, saya pun tak langsung ke rumah. Saya mengarahkan mobil melewati lapangan tenis dan balai warga terlebih dulu. Naluri ibu-ibu ingin tahu hehe
Dari perempatan jalan sudah tampak tenda putih yang dipasang di jalan depan balai warga. Ternyata siang ini panitia sudah mulai bersiap-siap. Saya pun bilang ke anak saya (8 tahun) yang ingin ikut mencoblos besok bahwa tempat coblosnya disitu. Namanya TPS, tempat pemungutan suara.
Dia menjawab iya-iya, termasuk ketika saya katakan harus bangun pagi-pagi hehe Sebagai ibu, kadang hal-hal kecil seperti ini saya ajarkan. Minimal jika sudah besar, dia tidak buta politik. Tahu istilah-istilah pemilu dan pesta demokrasi.
Nah, begitu sampai depan rumah saya merasa sepi. Sepertinya tetangga depan pulang kampung. Bisa jadi untuk pemilu ini.
Tidak hanya itu, sejak pagi rumah saya terasa sepi. Biasanya rumah ramai dengan suara gerinda, palu, dan kawan-kawan yang dipakai para tukang yang sedang merenovasi rumah. Kemarin bapak-bapak tukang tersebut pulang kampung. Mereka ijin untuk coblosan pemilu.