Mohon tunggu...
MomAbel
MomAbel Mohon Tunggu... Apoteker - Mom of 2

Belajar menulis untuk berbagi... #wisatakeluarga ✉ ririn.lantang21@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Berkacamata Itu Repot, Sebaiknya Dicegah Sejak Kecil

6 April 2019   10:00 Diperbarui: 8 April 2019   12:40 321
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Kak, sudahan Youtube-annya, nanti matanya rusak. Harus pakai kacamata loh!" Kalimat tersebut sering saya lontarkan ke anak saya (8 tahun) ketika bermain gadget terlalu lama. Namanya anak-anak belum bisa membatasi diri menjadikan saya seorang "mama cerewet".

Menjadi cerewet sih rasanya "tugas" seorang ibu karena pada dasarnya cerewet adalah tindakan mengingatkan anak secara berulang-ulang. Saya sih santai, tapi yang membuat saya sedikit kaget adalah ketika si sulung protes: "Nggak apa pakai kacamata, mama juga pakai!". DUARRRRRR... serasa dicubit keras sama anak sendiri. Yeah, terkadang secara tidak sadar kita menasehati tanpa melihat ke diri sendiri hehehe

Baiklah, akhirnya saya harus menjelaskan dengan sederhana bahwa berkacamata itu ribet dan sangat merepotkan. Itu yang saya rasakan karena saya mulai memakai kacamata setelah kerja kantoran. Waktu itu pekerjaan saya lebih banyak di depan komputer dengan dokumen berjibun.

Saat itu ada rasa denial buat saya untuk pertama kali harus memakai alat bantu tersebut. Rasanya aneh dan kemana-mana harus dipakai. Kesannya saya adalah orang yang serius. Saya pernah mencoba softlens dan merasa tertolong karena tidak terlihat mempunyai mata minus. 

Tapi akhirnya saya kapok memakai softlens karena infeksi serius dan harus operasi mata (yang menakutkan). Sekarang hanya berani memakai softlens yang daily use saja.

Ah, tapi jaman sekarang kan canggih karena sudah ada lasik untuk menghilangkan minus. Hmmm... Lasik (laser-assisted in situ keratomileusis) itu tidak murah dan tetap ada resiko juga. Lasik pun tidak bisa untuk anak-anak yang ukuran bola matanya masih berkembang hingga usia 18 tahun. Karena itu, jika mata anak sudah minus tidak ada jalan lain, selain harus memakai kacamata.

Pokoknya buat saya berkacamata itu repot, harus rajin membersihkan lensa, kacamata renang yang minus sering susah dicari, jika makan makanan yang berkuah panas harus dilepas, dan seterusnya.

Itulah yang membuat saya berusaha semaksimal mungkin untuk mencegah jangan sampai mata anak-anak  saya minus dan harus berkacamata. 

Terlebih pengalaman teman saya yang berkacamata sedari kecil, dia bercerita bahwa minusnya selalu bertambah dari tahun ke tahun hingga di usia dewasa minusnya mencapai belasan.

Nah, yang jadi masalah sekarang adalah pergaulan dan permainan anak sekarang. Tiap hari maunya pegang gadget atau main game komputer. Sementara bermain bersama teman seperti masa kecil saya bisa dikatakan tidak pernah. Karenanya, saya akalin bagaimana supaya anak saya tetap sehat matanya.

Berikut beberapa yang saya lakukan:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun