Belum juga nonton Hotel Transylvania 3, film ini sudah tayang juga. Film Teen Titans Go! To The Movies ini sangat ditunggu-tunggu oleh anak saya. Entahlah saya sendiri kurang tahu film ini. Awalnya mau "marathon movie" sama Hotel Transylvania 3, tapi saya banyak urusan weekend kemarin. Setelah saya minta untuk pilih satu film saja, akhirnya lebih memilih film Teen Titans Go! To The Movies ini.
Ohya, trailer dan juga iklan film ini tiap hari muncul di channel Cartoon Network. Karenanya, susah untuk menolak ajakan si sulung. Berbeda dengan film kartun anak yang lain, seperti Coco, Good Dinosaurs, atau Hotel Transylvania, film ini gambarnya lebih seperti komik. Entah apa istilahnya untuk gambar animasi seperti itu hihi... karenanya, adiknya yang masih setahun tidak menyukainya. Seperti kurang lucu dan menarik untuk anak batita.
Baru nonton sebentar, si adik sudah berisik jalan kesana-sini. Untungnya bioskop cuma ada 3 keluarga yang kalau ditotal cuma 10 orang saja. Sungguh sepi penonton film ini, padahal baru sehari tayang. Setelah si kecil dan papanya keluar bioskop karena tidak betah, jadilah tambah sepi.
Jika harus jujur, saya pun sambil ngantuk-ngantuk saat nonton. Tapi anak sulung saya senang sekali dan tetap excited sampai akhir. Hmmm... ya sudah karena ini "tugas negara" harus menemani anak ya enjoy the moment!
Cerita tentang Persahabatan dan Ambisi Superhero
Film ini bercerita tentang persahabatan kelompok kecil superhero Teen Titans, yang terdiri dari Robin, Raven, Cyborg, Beast Boy, dan Starfire. Mereka pahlawan kecil yang selalu bersama-sama menumpas kejahatan. Misalnya mengalahkan Balloon man.
Akan tetapi kisah superhero mereka belum sepopuler superhero DC seperti Superman, Batman, atau Wonder Woman. Tentunya Robin ingin menjadi terkenal dan populer seperti superhero-superhero besar tersebut.
Legitimasi seorang superhero terletak pada musuh abadi dan adanya film tentang dirinya. Kali ini Teen Titans mempunyai musuh, yaitu Slade yang bisa melakukan manipulasi pikiran. Sedangkan untuk film, kelompok Teen Titans sangat jauh dari populer sehingga hanya dianggap sebagai lelucon. Bahkan untuk menghadiri premier film di Hollywood, mereka selalu ditolak karena tidak masuk ke daftar undangan.
Dengan dikemas banyak adegan lucu disana-sini, film ini menjadi menarik. Kebersamaan anggota Teen Titans menginspirasi anak-anak untuk kompak dalam berteman. Klimaks dari film ini ada pada saat Jade Wilson, seorang sutradara Hollywood, yang setuju membuat film superhero-nya Robin. Namun sayangnya dengan satu syarat, yaitu hanya Robin. Sedangkan keempat temannya tidak diterima dan harus meninggalkan Hollywood.
Disini Robin lebih memikirkan ambisi pribadinya dibanding teman-temannya. Teman-temannya berbesar hati untuk kembali ke asalnya. Saya berpikir betapa teman-teman Robin ini sangat tulus mendukung impian Robin. Meski di sisi lain mereka ada rasa kecewa dan sedih karena mereka tidak "dipakai". Robin sendiri hanya fokus pada ambisinya untuk punya film sendiri.Â