Matahari mulai bergerak ke barat. Saya duduk menikmati sinar matahari yang jatuh tepat di depan gua. Melihat sekeliling gua sungguh membuat saya kagum. Pohon beringin di samping depan goa tampak meneduhkan dengan banyaknya akar tunjangnya yang menjuntai. Setelah berdoa dan juga berfoto bersama dengan rombongan, kami mengikuti misa di gereja yang berada di dekat gua. Gereja ini merupakan stasi Maria Putri Murni Sejati, Paroki Kristus Raja Cigugur.Â
Dalam misa ini, kami meminta berkat untuk benda-benda suci dan air suci yang kami ambil dari gua. Dalam misa ini pula, kami bisa melihat wujud patung Bunda Maria Pembagi Rahmat. Patung ini hanya dikeluarkan pada saat misa. Misa sore itu dipimpin oleh Romo Aloy. Banyak pesan rohani yang disampaikan. Kami merasa dikuatkan dan disegarkan secara rohani.
[caption caption="Bunda Maria Pembagi Rahmat"]
Tak terasa hari sudah sore ketika menuruni gua Maria. Perasaan kami lega dan penuh sukacita. Seringkali kita sebagai manusia, yang kita butuhkan adalah keheningan jiwa. Banyak masalah dan juga hal di luar kita yang membuat kita lelah jiwa dan raga. Berbagai provokasi kebencian bertebaran di media sosial. Akar kebencian, prasangka buruk, permusuhan, dan pembenaran diri semakin tumbuh.Â
Terkadang hal-hal seperti itu membuat kita lupa untuk sekedar menilik hati kita. Dengan berziarah dan berdoa dalam keheningan, kita bisa dekat kepada Sang Maha dan mendengar suaraNya. Apakah kita sudah sungguh-sungguh mengasihiNya dan menjadi pembawa damai untuk dunia?Â
Buah keheningan adalah doaÂ
Buah doa adalah imanÂ
Buah iman adalah cintaÂ
Buah cinta adalah pelayananÂ
Buah pelayanan adalah damai
~Santa Teresa de Calcuta~
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H