Mohon tunggu...
MomAbel
MomAbel Mohon Tunggu... Apoteker - Mom of 2

Belajar menulis untuk berbagi... #wisatakeluarga ✉ ririn.lantang21@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Menengok Pesona Laut Belitong

20 Oktober 2016   08:23 Diperbarui: 21 Oktober 2016   17:27 301
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dilema liburan untuk keluarga yang tinggal di Jakarta dan sekitarnya adalah memilih antara gunung atau pantai. Namun, adakalanya hal itu tidak lagi menjadi dilema, yaitu ketika kita bosan dengan pantai yang "gitu-gitu aja" atau "Bandung lagi, Puncak lagi." Nah, liburan di awal Oktober kemarin kami memutuskan untuk mengunjungi Belitong. Alasannya sangat sederhana : kami ingin melihat pantai dengan air biru dan jernih yang dihiasi dengan batu-batu granit yang besar! Iya, kami ingin mengikuti jejak Laskar Pelangi di Belitong.

Belitong... Kami datang!

Untuk mengunjungi Belitong, sudah banyak maskapai yang membuka rute menuju Bandara H.A.S Hananjoeddin, Tanjung Pandan. Pilihan jam penerbangannya pun beragam, dari pagi sampai malam. Jika ingin mendapat harga tiket yang terjangkau, lebih baik memilih penerbangan pagi hari.

Waktu tempuh dari bandara Soekarno-Hatta, Cengkareng menuju bandara Hananjoeddin, Tanjung Pandan hanya 43 menit. Duh, senangnya cepat sampai![caption caption="Bandara H.A.S Hananjoeddin, Tanjung Pandan"]

[/caption]

Begitu selesai mengambil bagasi, kami langsung menuju pintu keluar bertemu dengan pihak rental mobil yang menjemput kami. Kami memesan sewa mobil via telepon sebelumnya. Dan memberikan sejumlah uang muka. Bapaknya sangat ramah. Kami pun diberi beberapa informasi mengenai Belitong. Salah satunya adalah jangan ragu bertanya kepada orang Belitong, penjual di warung misalnya, mereka baik dan bisa dipercaya. 

Mie Atep

Setelah mengisi BBM, kami mencari mie Atep yang terkenal itu. Dengan bantuan google maps, kami pun menemukannya. Dalam bayangan saya, rumah makan ini besar, dengan papan nama yang menyolok atau mungkin dilengkapi lampu warna-warni. Ternyata rumah makan ini sangat sederhana dan mempertahankan rumah makan aslinya. Mie Atep ini berlokasi di jalan Sriwijaya, tak jauh dari bundaran Tugu Batu Satam. 

Kami memesan 2 porsi mie Belitong dan 2 es jeruk konci. Yang menarik untuk saya waktu itu adalah daun-daun yang digunakan untuk menutupi mie yang sudah diracik dalam piring. Sekilas tampak mirip daun jati, cuma saya yakin bukan daun jati. Belakangan saya tahu, daun itu adalah daun simpor yang banyak digunakan di Belitong.

Ohya, rumah makan ini sudah banyak dikunjungi artis dan pejabat, dari pak Bondan, Tukul Arwana, Andy Noya, sampai Ibu Megawati. Foto-foto mereka terpajang di dinding rumah makan.

[caption caption="Mie Belitung Atep yang wajib dicoba"]

[/caption]

 

Pantai Tanjung Tinggi

Setelah dari mie Atep, kami menuju BW Suite Hotel (dulunya hotel Aston) di jalan Pattimura. Berhubung belum bisa check-in, kami pun keliling menyusuri jalan Pattimura kemudian masuk ke jalan Tanjung Pandan-Tanjung Kelayang. Akhirnya, kami sampai ke pantai Kelayang.

Siang itu mendung dan gerimis. Beruntungnya, disana kami ketemu seorang tukang perahu. Setelah bertanya-tanya, kami akhirnya membuat janji untuk hopping island tour besok jam 8 pagi.

Setelah dari tanjung Kelayang, kami menyusuri jalan tanjung Kelayang-Sijuk. Gerimis pun berhenti. Kami sampai di Lemadang Seafood dan Grill untuk makan siang. Jujur awalnya kami tidak tahu bahwa restoran ini tepat di pinggir pantai Tanjung Tinggi alias pantai Laskar Pelangi itu.

Restoran Lemadang bagus dan enak untuk sekedar kongkow. Hanya saja untuk harga dan rasa makanannya kurang juara. Restoran ini juga menyediakan tempat bilas. Jadilah setelah makan, kami ke pantai. Anak saya langsung antusias main pasir dan berenang.

[caption caption="Lemadang Seafood & Grill"]

[/caption]

Tak salah jika pantai Tanjung Tinggi menjadi lokasi syuting film Laskar Pelangi. Pantainya sangat indah. Berpasir putih dan berair jernih dengan warna biru tosca. Deretan batu granit dimana-mana, dari yang berukuran kecil sampai yang sebesar rumah. Pantainya tenang sekali. Gelombang dan arus hampir tidak ada. Ketika bermain air dan berenang, kami merasa seperti bermain di kolam renang. Sungguh! Pantai ini adalah kolam renang yang sebenarnya, asli dari Sang Pencipta. 

Kami bermain disana hingga sore. Jika saja hari cerah, mungkin saya akan disana sampai senja. Mengiring matahari kembali ke peraduannya.

[caption caption="Pantai Tanjung Tinggi yang juga Dikenal sebagai Pantai Laskar Pelangi"]

[/caption]

Hopping Island Tour

Hopping Island Tour di Belitong adalah destinasi utama kami. Dan sungguh beruntung, pagi itu matahari tersenyum cerah-ceria. Kami pun semangat menuju Tanjung Kelayang siap dengan kostum pantai untuk basah-basahan.

Sampai di Tanjung Kelayang, tukang perahu yang kemarin sudah siap. Berbekal 2 tas ransel yang berisi tetek-bengek keperluan keluarga, kami pun berangkat. Ohya, tidak perlu kuatir parkir mobil di Tanjung Kelayang sangat aman. 

Tukang perahu kami ada 2 orang. Sewa perahu seharian seharga 400-900ribu. Jika ingin lebih murah, pesan sehari sebelumnya dengan tukang perahu. Kemarin kami dikasih harga 400ribu. Mereka juga menyewakan jaket pelampung dan alat snorkeling.

Yang membuat saya nyaman dengan island hopping tour ini, tukang perahu sangat ramah dan baik hati. Mereka sangat "helpful" layaknya saudara. Terkadang membantu membawakan tas saya. Menemani kemanapun. Mereka tak segan menawarkan untuk mengambil foto untuk kami. Mereka sekaligus menjadi tour guide buat kami. [caption caption="Hopping Island Tour yang Menyenangkan"]

[/caption]

 

1. Pulau Batu Berlayar

Berhubung cuaca cerah, ombak laut pun relatif tenang. Kami bertiga sangat antusias. Saya sendiri "gumun" bisa melihat air laut jernih dan biru. Pemandangan laut yang indah. Pokoknya norak hihihi 

[caption caption="Kura-kura Belitong"]

[/caption]

Perhentian pertama kami adalah pulau Batu Berlayar. Bentuk batu granitnya memang unik membentuk seperti perahu layar. Konon, sebutan batu berlayar ini dikarenakan ketika air pasang, batu-batu ini seperti batu yang sedang berlayar di lautan. Seperti sedang membuka layar kapal. Disana kami menemukan bintang laut. Kalau boleh meminjam istilah kekinian, pulau ini sungguh instagramable! Banyak spot foto yang menarik dan bagus. Namun kita harus hati-hati, beberapa batu granit ada yang licin. 

[caption caption="Akhirnya Bisa Memegang Bintang Laut di Pulau Batu Berlayar"]

[/caption]

2. Pulau Lengkuas 

Dari pulau Batu Berlayar, kami tidak ke pulau Kelayang dulu. Alasannya karena waktu itu ramai sekali. Jadi kami langsung menuju pulau Lengkuas. Pulau Lengkuas ini adalah ikon Belitong. Sampai-sampai ada pepatah bilang : "Jangan ngaku ke Belitong kalau belum ke pulau Lengkuas."

Usut punya usut, ternyata nama "lengkuas" ini bukan karena pulau ini banyak ditumbuhi banyak pohon lengkuas. Konon pada jaman dulu, Belanda menyebut "lighthouse" tapi oleh masyarakat setempat dilafalkan menjadi "langkuas". Karenanya, hingga sekarang pulau ini dikenal sebagai pulau Lengkuas.

Mercusuar Tua yang Mencuri Perhatian

Tak salah memang untuk menjadikan pulau Lengkuas sebagai destinasi utama di Belitong. Bagaimana tidak, di pulau ini terdapat mercusuar tua peninggalan jaman kolonial Belanda yang berusia 134 tahun (dibangun pada tahun 1882). Dari jauh, mercusuar ini tampak gagah sekali. Dan betul saja, ketika kami mendekati mercusuar tua ini masih indah dan gagah. Awalnya saya sempat berpikir jangan-jangan mercusuar tua ini terkesan seram dan mistis hehe... 

Untuk memasuki mercusuar, kita hanya perlu membayar 5ribu rupiah. Demi kebersihan, dibuat aturannya sangat simple, yaitu tidak boleh memakai alas kaki dan pakaian yang basah. Disana disediakan spon untuk membersihkan kaki dari pasir.

Bangunan mercusuar masih kokoh dan sangat terawat. Begitu juga dengan bagian dalam yang bersih dan terawat. Jika saja tidak sedang hamil, saya bertekad menaiki mercusuar ini sampai atas. Tinggi mercusuar ini 62 meter. Untuk sampai atas, kita harus menaiki 17 tingkatan. Pada tiap tingkatan, terdapat jendela sehingga kita bisa memotret keindahan laut Belitong dari sini. Ohya, mercusuar ini sekarang tidak difungsikan lagi. Dan saya juga baru tahu bahwa untuk mengoperasikan mercusuar mesinnya juga banyak. Mesin-mesin itu ada di dalam ruangan yang terletak di samping mercusuar.

[caption caption="Mercusuar Pulau Lengkuas"]

[/caption]

[caption caption="Pemandangan Indah di Pulau Lengkuas"]

[/caption]

Snorkeling di Pulau Lengkuas

Selain mercusuar, di pulau ini juga terdapat batu granit yang eksotis dan bagus untuk spot berfoto-foto narsis. Sayang, kami tidak sempat bermain di bebatuan tersebut. Anak saya sudah tidak sabar untuk snorkeling. Jadilah waktu kami habis snorkeling sampai puas.

Sebenarnya tidak snorkeling benaran sih, namanya juga anak-anak. Jadi kami antusias berenang bersama ikan-ikan. Memberinya makan dengan roti yang sudah kami siapkan sebelumnya. Suami saya sempat snorkeling sebentar, komentarnya memang terumbu karang disana masih bagus dan indah.

Ini adalah kali pertama kami mengajak anak snorkeling. Dan ternyata anak-anak senang bukan kepalang bermain dengan ikan di alamnya. Saya biarkan bermain dikerubutin ikan-ikan sampai puas dan tangannya keriput. Setelah itu, barulah mau berhenti dan kembali ke perahu.

[caption caption="Snorkeling dan Memberi Makan Ikan. Ikannya banyak, airnya jernih, dan bahkan kita bisa bertemu dengan Nemo"]

[/caption]

3. Pulau Gede Kepayang

Puas bermain dengan ikan, kami pun menuju pulau selanjutnya, yaitu pulau Gede Kepayang untuk makan siang. Tukang perahu sudah mengontak ke pemilik rumah makan disana dan memesan makanan. Lagi-lagi kami terpana dengan pemandangan laut di pulau Gede Kepayang siang itu. Laut biru, terpaan angin sepoi-sepoi, pasir putih, dan deretan perahu di bibir pantai sangat indah sekali. Pasir di pulau ini paling putih dibanding pasir pulau lain.

Makanan di pulau ini bermacam-macam, dari udang, cumi, ikan, dan kepiting. Bisa dimasak gangan, bakar, atau goreng. Harganya pun cukup terjangkau. Jauh dari perkiraan saya. Bahkan lebih murah dari restoran di Tanjung Pandan. Rasa masakannya juga lebih enak. Kami makan sampai puas. Ohya, kita juga bisa mandi atau sekedar bilas disini. Karena kami pikir tidak akan basah-basahan lagi, kami pun mandi dan berganti baju. Namun ternyata baru juga selangkah mau naik perahu lagi, anak saya "modus" banget berlama-lama di pantai dengan pura-pura membilas sandal. Duh, nggak ada selesainya deh![caption caption="Pulau Gede Kepayang"]

[/caption]

[caption caption="Nikmatnya Makan Siang di Pulau Gede Kepayang"]

[/caption]

4. Pulau Kelayang dan Pulau Garuda

Dalam perjalanan pulang, kami mampir ke pulau Kelayang yang kami lewatkan. Dan benar saja, disini lautnya juga tenang dan asyik buat main-main dan berenang. Kami pun luluh melihat anak saya ingin bermain air lagi. Ah mumpung di Belitong, kapan lagi dia berenang di "kolam renang" ciptaan Tuhan ini. Jadilah kami nyemplung lagi dan bermain air. Cukup lama kami bermain disini. Jika saja tak gerimis dan tiba-tiba hujan lebat, mungkin kami tidak akan berhenti disana. 

Di pulau Kelayang ini, kita bisa masuk ke dalam hutan. Disana ada gua yang bisa dikunjungi. Hanya saja jalannya lumayan susah dan naik. Karena kurang cocok dengan kondisi saya dan anak, kami tidak kesana. Ada yang bilang bagus, karena gua tersebut juga dialiri sungai.

Pulau Kelayang dan Pulau Garuda terletak bersebelahan. Pulau Garuda mempunyai batu granit besar yang bertumpuk membentuk seperti burung atau garuda. Karenanya, ada yang menyebut pulau Burung atau pulau Garuda.

[caption caption="Pulau Kelayang dan Pulau Garuda"]

[/caption]

[caption caption="Bermain air di Pulau Kelayang dengan Latar Belakang Pulau Garuda"]

[/caption]

Berhubung hujan lebat, kami memutuskan untuk kembali ke Tanjung Kelayang. Puji Tuhan, hujan lebat datang setelah kami menyelesaikan island hopping tour ini. Kami pun pulang dengan ceria. 

Oleh-oleh Khas Belitung

Dalam perjalanan pulang ke hotel, kami sempat mampir di pusat oleh-oleh Klapa. Toko oleh-oleh ini sangat ramai dan banyak dikunjungi wisatawan. Banyak mobil dan bus pariwisata yang parkir disana. Toko pun sangat ramai. Ohya, selain toko, Klapa juga punya restoran dan kedai kopi.

Di toko ini, wisatawan bisa membeli oleh-oleh khas Belitung, seperti kemplang, krupuk ikan, krupuk udang, bumbu gangan, asinan kelubi, dendeng daun singkong, sampai sovenir kaos, gantungan kunci, dan hiasan-hiasan.

Selesai beli oleh-oleh, jangan lupa ke Kedai Klapa untuk minum kopi Kong Jie ditemani singkong goreng panas. Asli kopi di kedai ini enak sekali! 

[caption caption="Pusat Oleh-oleh Klapa"]

[/caption]

[caption caption="Kedai Klapa. Setelah Membeli Oleh-oleh, Banyak Pengunjung Mampir Disini untuk Minum Kopi"]

[/caption]

Pesona yang Tak Terlupakan

Hari sudah gelap ketika kami beranjak dari kedai Klapa. Dua hari menikmati Laut Belitong sungguh mengasyikkan. Esok harinya kami menjelajah Belitong Timur. Dan di hari ke-4, kami kembali ke Jakarta. Rasanya tak sabar menunggu saat kembali lagi ke Belitong. Laut Belitong sungguh indah dan mempesona!

[caption caption="Danau Kaolin. Kami Menyempatkan untuk Mampir Sebelum ke Bandara"]

[/caption]

 

~ Dream for God will embrace your dream (Andrea Hirata) ~ 

 Cikarang, Oktober 2016

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun