Bayangkan betapa padatnya hidup kita dalam 24 jam sehari. Masak, belanja, mengurus anak yang hendak ke sekolah, ke kantor, bertemu klien, senam, janjian makan bareng sama teman gaul, belanja, urusan bank, bawa anak sakit ke rumah sakit, beli kado untuk teman yang habis melahirkan, kirim ucapan selamat mertua yang ulang tahun, mengurus bisnis, potong rambut di salon, mengobrol dengan suami setelah seharian tak bertemu, mengajari anak membuat PR, mengantar anak les ini itu, bales email teman, sempatin komen atau menulis di Kompasiana. Rasanya kok padat banget ya...riweh, ribet.
Apalagi kalau kita keasyikan dengan suatu hobi, misalnya hobi pasang status di facebook atau menulis dan berbalas komen di Kompasiana. Karena keasyikan berkompasiana, akhirnya lupa dengan aktivitas sehari-hari di dunia nyata. Bekerja, masak, mengurus anak, menyapa suami dan sebagainya. Wah, jangan sampai deh ada pihak lain yang cemburu dengan keintiman kita di dunia maya.
Jadi ingat omongan almarhum bapak mertua. Kita harus pandai-pandai membagi waktu dalam hidup. Ibaratkan sarang lebah yang banyak mempunyai pintu. Ada ruang urusan kantor, ada ruang urusan anak, ada ruang urusan suami, ada ruang urusan gaul dengan teman-teman, ada ruang uurusan hubungan dengan ayah ibu dan saudara kandung, ada ruang urusan bisnis, ada ruang urusan gaul dengan dunia maya dimana kita eksis dan sebagainya.
Bila kita melalukan suatu urusan, fokus dan nikmatilah urusan itu, tutup pintu2 urusan lainnya.
Walaupun saya belum pernah melihat jelas pintu rumah lebah, saya iyakan saja petuah bijak dari bapak mertua.
Bila kita ada urusan dengan keluarga, masuklah ke ruangan itu dan tutup pintu-pintu lainnya. Kalau sudah di rumah, urusan kantor jangan dibawa-bawa (kecuali kepepet ada lemburan yah, tapi jangan sering-sering dong, kasihan keluarga, dapat apa...?)
Fokuslah dengan urusan kita, usahakan jangan bercampur dengan urusan lain. Saat mengajar anak membuat PR, makan malam bersama, mengobrol santai dengan anak dan suami, jangan campurkan dengan urusan bisnis, kantor, atau malah asyik mainan gadget, sibuk dengan pergaulan kita di dunia maya. Keluarga bisa merasa terabaikan.
Bergaul dengan teman baik di dunia nyata atau maya juga penting, supaya kita bisa eksis menjadi diri sendiri, kadang menjadi diri kita yang lain, tidak melulu jadi ibu dan istri....tapi juga bisa jadi orang konyol yang suka ngelawak dan ngocol.Manusia makhluk sosial, pastinya butuh teman dong ya..
Tapi, sekali lagi, saat bergaul dengan dunia maya (baca: main gadget), carilah waktu yang tepat, supaya jangan ada pihak lain yang merasa terabaikan.
Bila bergaul di dunia maya, jangan campuradukkan dengan dunia nyata. Misalnya kita sedang bete karena ada masalah atau sedang ribut dengan teman di dunia maya, jangan sampai betenya berlanjut ke dunia nyata. Anak kita ikutan diomelin gara-gara kita bete, padahal dia gak tahu apa-apa. Atau suami/pasangan ikut campur saat kita bertengkar dengan teman maya, diajak ikutan menyerang teman. Tidak dewasalah.
Kecuali kalau masalahnya sudah menyangkut masalah kriminal dan melanggar hukum, seperti penghinaan atau pelecehan di dunia maya yang melanggar UU ITE, hal ini bisa diperkarakan dan otomatis pasangan dan keluarga kita tahu. Seperti kasus teman kita yang dilecehkan habis-habisan di dunia maya, toh tidak mengajak suaminya untuk menyerang pelakunya, tapi saya yakin suaminya pasti tahu urusan ini, karena sudah keterlaluan problemnya, sudah pelecehan yang sangat menghina martabat perempuan. Semoga kasus pelecehan luar biasa ini bisa segera ditangani melalui jalur hukum. (Saya mendukungmu, Bunda Khadijah)
Juga saat di kantor atau menjalankan bisnis kita, berlakulah profesional, usahakan untuk tidak mencampuradukkan dengan hal-hal pribadi, kalau tak ingin dibilang tidak profesional (kecuali kalau kepepet sih yaaah.....masa gak boleh sih antar anak sakit ke rumah sakit saat jam kantor?)
Namun, walaupun kehidupan terkotak-kotak seperti rumah lebah, tak ada salahnya bila kita ada di suatu ruangan, sebentar-sebentar mengintip ruangan lain. Segala sesuatu kalau diatur secara kaku, malah tak asyik menjalaninya.
Misalnya, sedang asyik menemani anak les piano,waktumenunggu antrian bank atau di sela-sela waktu istirahat makan siang di kantor , tak ada salahnya buka-buka gadget berhaha-hihi dengan teman maya, toh ngintip sebentar tak mengganggu aktivitas utama.
Sedang serius mengerjakan urusan kantor, tak apalah sebentar-sebentar intip Kompasiana...toh cuma sebentar, si bos gak ada ini...hihihi... yang penting khan kerjaan kantor beres.
First thing first, utamakan yang utama. Yang penting tahu prioritas, mana dulu urusan yang harus didahulukan, maka manajemen waktu bisa tertata rapi.
Saatnya ibadah ya ibadah, jangan keasyikan berKompasiana.
Saatnya mengurus anak atau mengurus suami, ya itu yang didahulukan daripada membuat tulisan di Kompasiana. Keluarga lebih membutuhkan kita, daripada Kompasiana membutuhkan keeksisan kita. Toh, membuat tulisan atau membalas komen bisa dilakukan nanti bila semua urusan dunia nyata sudah selesai dilakukan, masih banyak waktu luang asal pintar-pintar meluangkan waktu.
Bila kita sukses di dunia maya, maksudnya keberadaan kita diakui banyak orang, tulisan layak dibukukan, jadi kompasianer favorit dan sebagainya, keluarga pasti tahu dan ikut bangga. Apalagi kita eksis di dunia maya (baca: Kompasiana) sembari tidak mengabaikan urusan dunia nyata (mengurus keluarga dan sebagainya). Wah, itu baru top banget deh...manajemen waktunya pasti rapi.
Salam hangat,
Tyas
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H