Mohon tunggu...
malyaspa 1706
malyaspa 1706 Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

life is short, make it sweet

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Mengenal Jauh Anak Dyselexia

23 Oktober 2024   13:28 Diperbarui: 23 Oktober 2024   13:39 39
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

OPTIMALISASI METODE MULTISENSORY DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN ANAK DYSELEXIA


1Malya Safa Putriana, 2Muhammad Nofan Zulfahmi


Pendidikan merupakan landasan terpenting untuk membentuk generasi yang berkualitas. Pendidikan memerlukan pendekatan yang efektif dan komprehensif untuk memenuhi kebutuhan siswa. Seorang anak yang terlahir dengan kondisi yang berbeda-beda yang terbentuk dengan keunikannya masing-masing, begitu juga anak yang mengidap disleksia. 

Hal ini adalah salah satu tantangan dalam dunia pendidikan. Bahwa semua siswa, termasuk dengan anak disleksia dapat mendapatkan kesempatan belajar yang sesuai. Menurut pasal 28 H ayat (2) UUD 1945 "setiap orang berhak atas fasilitas dan perilakuan khusus atas persamaan kesempatan belajar yang sesuai".

 Seorang pendidik, dapat memanfaatkan hal tersebut untuk mengoptimalkan strategi pembelajaran yang komperhensif dan efektif bagi anak yang mengalami disleksia. Penggunaan media pembelajaran yang tepat, bertujuan agar siswa penderita disleksia dapat mencapai potensi maksimal dan berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran (Adella, 2024).


Kata disleksia berasal dari Yunani yaitu dyslexia, "dys" berarti kesulitan dan "lexis" berarti bahasa, yang berarti kesulitan dalam berbahasa. Meskipun memiliki kecerdasan dan motivasi belajar yang baik, anak dengan disleksia tetap tidak mampu membaca, menulis, dan mengeja. Gangguan disleksia ini dapat menyebabkan ketidakmampuan belajar bagi seorang anak (Haifa, 2020).


Gangguan ini menunjukkan bahwa penderita disleksia mengalami kesulitan belajar bahasa, baik dari mengenali atau membedakan huruf, maupun ejaan, sehingga mengakibatkan keterlambatan belajar. 

Anak penderita disleksia memerlukan pendekatan belajar yang lebih individual dan disesuaikan dengan gaya belajarnya. Sebanding dengan teori konstruktivisme yang lebih mengutamakan pengalaman belajar dari pada hasil. Hal ini memungkinkan anak penderita disleksia belajar dengan kecepatan mereka sendiri tanpa merasa tertekan (Primasari, 2021).


Salah satu strateginya adalah dengan menggunakan metode multisensory untuk belajar. Metode ini merupakan pendekatan pembelajaran yang melibatkan seluruh indera anak dalam proses pembelajaran. 

Kebosanan juga berkurang dan keterlibatan anak dalam belajar ditingkatkan melalui aktivitas taktis yang melibatkan asosiasi visual, aktivitas audiotori dan kinestetik, serta meningkatkan rentang perhatian terhadap huruf dan kata secara detail (Mua'wwanah, 185:2021).


Metode multisensory dapat digunakan sebagai strategi pembelajaran melalui media flashcard. Flashcard adalah alat visual yang dibuat untuk mengajarkan konsep dasar dengan cara yang simpel dan menarik. 

Anak-anak belajar alfabet dan menyebutkan huruf dari A sampai Z, mereka kemudian diminta menyusun huruf tersebut secara alami dari A sampai Z sesuai dengan kemampuannya. Kemudian ajarkan anak menyusun nama mereka sendiri menggunakan flash card. Media pembelajaran flashcard ini, dapat memudahkan anak dalam baca, susun dan tulis (Rahmayanti, 2024).


Pembentukan audiotori anak-anak disleksia difasilitasi oleh pengajaran alfabet melalui aktivitas kinestetik, seperti bernyanyi dan bergerak. Menyanyikan lagu alfabet sambil melakukan gerakan tubuh yang sesuai dengan setiap huruf. Misalnya, melakukan gerakan memutar untuk huruf O atau mengangkat tangan huruf T. Bisa juga materi berhitung mengenalkan lagu angka. 

Menyanyikan lagu angka sambil melompat-lompat sesuai jumlah angka. Strategi ini dapat meninkatkan pemahaman daya ingat, dan motivasi belajar anak dengan memasukkan indra pendengaran dan fisik ke dalam proses pembelajaran.


DAFTAR PUSTAKA
Adella, M., & Lestari, MRDW (2024). Pengaruh Media Pembelajaran Flashcard Terhadap Kemampuan Anak Disleksia di Sekolah Dasar. Al-Madrasah: Jurnal Ilmiah Pendidikan Madrasah Ibtidaiyah , 8 (3), 995-1003.


Mua'wwanah, dkk. (2021). Strategi Anak Berkebutuhan Khusus. Banten: Media Madani.


Primasari, I. F. N. D., & Supena, A. (2021). Meningkatkan Kemampuan Membaca Siswa Disleksia Dengan Metode Multisensori Di Sekolah Dasar. Jurnal Basicedu, 5(4), 1799-1808.


Rahmayanti, R., Utami, SNT, Kamelo, N., Ma'arif, M., Hasyim, AF, & Sulaeman, Y. (2024). PENDAMPINGAN KEMAMPUAN MEMBACA PADA ANAK DISLEKSIA MELALUI MEDIA FLASHCARD. JURNAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT SERUMPUN MELAYANI , 1 (2, September), 9-13.


Haifa, N., Mulyadiprana, A., & Respati, R. (2020). Pengenalan Anak Penderita Disleksia. PEDADAKTIKA: Jurnal Ilmiah Pendidikan Guru Sekolah Dasar , 7 (2), 21-32.


_______.Undang-undang tahun 1945 pasal 28 H ayat 2 Tentang Kebijakan Pendidikan Inklusif.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun