Mohon tunggu...
M Alvian Putra S
M Alvian Putra S Mohon Tunggu... Mahasiswa - Hukum

I Don't Pray For A Miracle, But I Make Them

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Rahwana ~ Kisah Cinta Sejati yang Mencintai Tanpa Tapi

17 September 2024   12:57 Diperbarui: 17 September 2024   19:56 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Singkat cerita...

Seumur hidupnya, Rahwana hanya menyerahkan hati pada satu perempuan, Dewi Setyawati. Ketika pertapa cantik ini meninggal, Rahwana bersumpah untuk menemukan titisannya.

Sekian lama menunggu, rasa cinta di hati Rahwana tidak berkurang sedikitpun. Hingga akhirnya, ia bertemu titisan sang dewi dalam diri Sinta. Sayangnya, perempuan ini telah menjadi milik orang.

Bagi Rahwana, kesempatan untuk memiliki Sinta hanya sekali dan tidak boleh disia-siakan. Sinta pun diculik dan dibawa pulang ke Alengka. Selama tiga tahun disekap di dalam sangkar emas, Sinta diperlakukan bagai seorang ratu oleh Rahwana.

Cinta Rahwana Terbalas.

Rahwana selalu mendatangi Sinta dengan beragam puisi. Suara yang biasanya menggelegar, diubah sehalus mungkin agar yang terkasihnya tidak merasa takut. Langkah khas raksasa yang mengguncang bumi diperhalus agar tidak mengagetkan.

Ia hanya berdiri di depan pintu istana Sinta. Tidak pernah sekali pun melangkah lebih jauh lagi. Ia khawatir, Sinta tidak menghendakinya.

Bayangkan, itu dilakukan Rahwana setiap hari. Ia selalu meminta maaf kepada Sinta karena telah menculiknya. Namun, Sinta selalu menolak kedatangannya dengan kasar.

Melihat junjungannya yang teriris hatinya karena kata-kata kasar, para raksasi yang menjadi pengawal Sinta sampai ikut menangis. Mereka tidak tega melihat rajanya menderita.

Semakin lama, Sinta merasakan ketulusan Rahwana. Mungkin benar, jika apa yang dilakukan dari hati akan sampai ke hati.

Cinta memang bisa mengubah sikap seseorang. Selama Sinta di Alengka, sang Dasamuka berubah menjadi baik dan murah senyum. Suasana kerajaan menjadi penuh kedamaian.

Sebenarnya, hati Sinta mulai luluh dengan Rahwana, akan tetapi ia tidak mau mengkhianati suaminya (Rama).

"Duhai kasihku, engkau lah satu-satunya wanita yang terpatri di tulang dan jantung ku. Akan ku berikan segalanya demi kebahagiaan mu. Duhai kekasihku, bahkan diriku pun siap mati untukmu"

Begitu kata Rahwana yang penuh harap kepada Sinta.

Sinta menjawab, "Jujur, aku sebenarnya juga mulai mencintaimu. Engkau yang selalu memperlakukanku dengan baik. Akan tetapi, diriku juga tak mau menghianati cinta suamiku. Jika engkau benar-benar mencintaiku, tolong relakanlah aku dan kembalikanlah diriku kepada suamiku."

Mata Rahwana bersinar mendengar pengakuan Sinta. Inilah kata-kata yang ditunggunya sekian lama.

"Baik, jika itu maumu. Sebagai ksatria, aku akan berduel satu lawan satu dengan Rama. Jikalau dia bisa mengalahkanku, akan ku kembalikan dirimu kepada nya. Namun, jikalau aku memenangkan nya, tolong berkenanlah untuk menjadi ratu di sisi ku" tegas Rahwana.

Hingga akhirnya, Rama datang ramai-ramai bersama tentara wanara dan Hanoman. Rahwana menyambut saingan nya dengan berkata, 

"Aku mencintai Sinta, Rama! Aku akan melakukan apa pun untuknya. Aku benar-benar mencintainya, bukan sepertimu yang menikahinya hanya karena berhasil memenangkan sayembara. Semua perbuatanku yang kau sebut 'mengacau' sebenarnya adalah usahaku dalam rangka untuk mendapatkan kembali Sinta."

Nasib Tragis Cinta Rahwana.

Apabila mengikuti cerita Ramayana, kalian tentu tahu akhir hidup Rahwana. Ia mati di tangan Rama. Sinta sangat girang dan menghambur ke pelukan Rama. Tapi apa yang terjadi? Rama justru mencurigai Sinta telah dinodai.

Penjelasan Sinta tidak diterima begitu saja oleh Rama. Menurutnya, sangat tidak mungkin Rahwana hanya membiarkan Sinta selama bertahun-tahun. Untuk membuktikannya, Sinta masuk ke dalam bara api. Karena ia masih suci, api tidak membakarnya. Barulah Rama percaya.

Melihat pujaan hatinya kembali ke pelukan suaminya, sukma Rahwana menangis sejadi-jadinya.

"Ya Dewa, mengapa bukan aku? Seandainya saja diriku yang mengikuti sayembara di Kerajaan Mantili, pasti diriku lah yang mendapatkan Sinta."

Ia tahu, kesaktian Rama masih kalah jauh di bawahnya. Ia juga menangisi Sinta yang justru lebih memilih laki-laki yang tidak mempercayainya. Padahal, bagi Rahwana, ternoda atau tidak, hatinya akan tetap menjadi milik Sinta.

Rahwana menangisi takdirnya. Apa sebenarnya salah raksasa ini? Ia hanya menjalani takdir yang telah ditulis untuknya. Seperti apa pun Rahwana meratap, dunia terlanjur membencinya dan Sinta sang pujaan hatinya tetap bersanding dengan Rama.

Inilah, kisah dari cinta sejati yang tidak terbalaskan...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun