Sebuah Ulasan: Peta Jalan Literasi Baru, Peta Penerbitan dan terbitan di Indonesia
Pembicaraan tentang literasi dalam beberapa tahun belakangan ini menjadi  topik yang menarik di masyarakat, gaung yang ada seputar tingkat literasi Masyarakat Indonesia yang masih rendah, bahkan sampai dibahas di Gedung DPR Senayan dengan narasi "Darurat Literasi".
 Surat kabar Media Indonesia Online edisi, 4 Mei 2021 menyampaikan berita dalam kolom opini yang bertajuk Peta Jalan Literasi Baru ditulis oleh Endang Aminudin Aziz, Kepala Badan Pembinaan dan Penembangan Bahasa.
Dalam opininya Aminudin  mengkritisi Gerakan Literasi Nasional (GLN) yang belum menunjukkan hasil yang memuaskan, rendahnya Tingkat kecakapan literasi siswa sekolah, rangking kecakapan literasi siswa Indonesia dalam PISA sangat tidak menggembirakan, dan Tingkat kualitas literasimasyarakat pada umumnya masih banyak menunjukkan catatan negatif. Padahal  Padahal, ada beragam program di berbagai kementerian dan lembaga yang telah diluncurkan. Anggaran pun pasti tidak sedikit
Lebih jauh Aminudin menuliskan 3 fakta terkait kondisi literasi khususnya literasi siswa yang masih belum bagus dan disampaikan juga 2 cara pandang baru sebagai kebijakan untuk meningkatkan literasi siswa
Aminudin  menyampaikan 3 fakta terkait kondisi literasi tersebut
- program bersama yang belum bersama-sama. Literasi telah menjadi program bersama di beberapa kementerian dan lembaga. Bukan hanya di Kemendikbud, melainkan ada juga di Kemenkominfo, Kemendes, Kemendagri, dan Perpusnas. Sayangnya, program bersama tersebut justru tidak dikerjakan secara bersama-sama dengan mengacu kepada cetak biru yang sama
- Gerakan Literasi Nasional  tidak memulai program perbaikan di hulu, tetapi langsung menggarap persoalan yang tampak di tengah atau di hilir. Cara seperti itu menyiratkan strategi jalan pintas. Padahal, pembangunan literasi ialah investasi jangka panjang.
- Lemahnya monitoring dan evaluasi (monev) dan upaya pendampingan selama program berlangsung. Membangun kecakapan literasi memerlukan kesabaran dan ketelatenan. Setiap program harus dilakukan secara berkesinambungan dengan pendampingan yang terus-menerus. Setiap kemajuan perlu dilihat lalu dicatat untuk menjadi rujukan perancangan program berikutnya
 3 Fakta tersebut  harus diatasi dengan cara pandang baru dalam Upaya meningkatkan literasi, 2 cara pandang baru yang digagas oleh Aminudin adalah
- Kebijakan akan diarahkan untuk memfasilitasi ketersediaan buku bacaan yang benar-benar sesuai dengan kesukaan anak, baik tema, kerumitan struktur bahasa, kosakata, dan ilustrasinya.
- melibatkan semua pihak dalam ekosistem sekolah. Tanggung jawab program literasi terletak pada semua pihak. Semua guru akan ambil bagian untuk mengintegrasikan program itu ke dalam mata pelajaran yang diampu mereka. Sebagai manajer, kepala sekolah akan mengatur ulang program pembelajaran di sekolah.Perubahan kebijakan juga akan menyangkut keleluasaan kepala sekolah untuk memanfaatkan dana BOS untuk penyediaan penunjang kegiatan literasi.
Menyimak tulisan opini Aminudin tentang peta jalan literasi baru ada beberapa usulan untuk melengkapi tulisan ini opini Aminudin ini
Gagasan Peta Literasi Baru dengan cara pandang baru akan lebih menarik bila yang disampaikan tidak hanya sekedar fakta tapi juga dilengkapi dengan data, seperti data program capaian GLN, data rendahnya literasi siswa dan juga data terkait ketersedian bahan bacaan bagi siswa kan lebih baik lagi juga bila disampaikan data tentang ketersediaan bahan bacaan secara nasional. Terkait ketersediaan bahan bacaan, sebagai usulan,  kondisi ini salah satunya  diawali dengan mengetahui peta penerbitan dan terbitan  di Indonesia untuk mengetahui sebaran ketersedian bahan bacaan di Indonesia mulai dari Tingkat provinsi dan kabupaten/kota.
Dengan mengetahui peta penerbitan dan terbitan di Indonesia  bisa menjadi langkah awal dalam mengambil kebijakan penyediaan bahan bacaan untuk siswa dan juga untuk Masyarakat (pada tulisan edisi sebelumnya saya telah menuliskan tentang peta penerbitan di Indonesia). Kita kan mengetahui wilayah-wilayah mana yang sudah tinggi literasinya dengan bercermin dari berapa banyak penerbit dan jumlah terbitan di suatu wilayah tertentu.
Wilayah-wilayah yang sudah tinggi jumlah penerbit dan terbitannya bisa dijadikan model untuk pengembangan literasi sekaligus sebagai garda terdepan dalam upaya peningkatan literasi yang masih rendah di Masyarakat.
Peta penerbit dan terbitan juga bisa dijadikan sebagai  salah satu program kolaborasi antara lembaga pemerintah yang mempunyai program literasi, penggiat literasi dan pemerintah daerah baik tingkat provinsi maupun kabupaten kota.
Ulasan ini hanyalah sebagai catatan kecil dalam  upaya untuk bepartisipasi meningkatkan literasi di Indonesia. Semoga bermanfaat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H