Pusat Bibliografi dan Pengolahan Bahan Perpustakaan, Perpustakaan Nasional RI dalam rangka mendukung peningkatan kompetensi pustakawan di unit kerja pengolahan bahan perpustakaan menyelenggarakan kegiatan pendalaman materi Konsorsium Pengatalogan Koleksi Khusus (Koleksi Braille).Â
Kegiatan dilaksanakan di Hotel Grand Tjokro Bandung selama tiga hari  pada 1 sampai 3 Februari 2023. Kegiatan ini mengundang narasumber Dr. Ahmad Masykuri Pustakawan Ahli Utama Perpusnas RI.  Dra. Neni Rohani, M. AP.dari Dinas Perpustakaan dan Arsip Provinsi Jawa Barat.Â
Erna Kaniawati dan Ibu Ema Tresna dari Sentra Guna Bandung, dan Heppi Septian dari Sentra Abioso. Peserta yang hadiri selain Pustakawan dari bidang pengolahan bahan perpustakaan juga dihadiri pustakawan dari Dinas Perpustakaan dan Arsip Provinsi Jawa Barat. Acara ini juga dihadiri oleh Ibu Mariana Ginting selaku Deputi Bidang Pengembangan Bahan Pustaka dan Jasa Informasi,
Â
Koleksi Braille adalah koleksi yang mendukung pembelajaran seumur hidup pengguna kalangan tunanetra. Pengelolaan koleksi braille tentunya harus memiliki keterampilan dan ilmu yang berbeda dari ilmu pengolahan perpustakaan lainnya.Â
Setidaknya untuk mengolah koleksi braille diperlukan keterampilan membaca koleksi melalui media braile. Selain keterampilan membaca braille ada pengalaman-pengalaman yang bisa dijadikan acuan untuk melakukan pengatalogan koleksi khusus dengan cepat.
Perpustakaan Nasional RI memiliki koleksi braille sebanyak 758 judul dengan subyek terkait dengan fiksi Indonesia (166 judul), fiksi Inggris (25 judul), Al-Quran (20 judul), Biografi 18, Doa dan zikir (15 judul), fiksi Amerika (15 judul), Akhlak (12 judul), Indonesia (11), dan Alkitab (12 judul). Â Koleksi braille ini dapat dibaca dan dimanfaatkan oleh masyarakat secara umum di Gedung Layanan Perpustakaan Nasional RI Jalan Merdeka Selatan No. 11 Jakarta.
Dalam sambuatanya Ibu Deputi Maraiana Ginting menyampaikan secara global kegiatan konsorsium ini diharapkan dapat meningkatkan nilai indeks pembangunan inklusivitas Indonesia, karena berdasarkan data Kajian Disabilitas Tinjauan Peningkatan Akses dan Taraf Hidup Penyandang Disabilitas Indonesia:Aspek Sosioekonomi dan Yuridis yang dikeluarkan oleh Kementerian Perencanaan dan Pembangunan Nasional menyatakan bahwa data dari 2020 Inclusiveness Index: Measuring Global Inclusion dan Marginality posisi Indonesia berada pada tingkat 125. Kita berada dibawah Filipina, Vietnam, Singapura dan Thailand. Artinya memang indeks pembangunan manusia di Indonesia masih belum menyasar kepada penyandang disabilitas. Sehingga konsorsium ini menjadikan penyelenggaraan dan pelayanan perpustakaan di Indonesia merata dan dan demokratis.
Kegiatan Konsorsium ini juga sebagai bentuk perhatian pemberian layanan perpustakaan kepada para penyandang disabilitas tuna netra sebagaimana diatur dalam Undang-undang Nomor 8 Tahun 2016 Tentang Penyandang disabilitas Pasal 24 Hak berekresi berkomunikasi, dan memperoleh informasi untuk penyandang disabilitas meliputi hak:
- Memiliki kebebasan berekspresi dan berpendapat;
- Mendapatkan informasi dan berkomunikasi melalui media yang mudah diakses; dan
- Menggunakan dan memperoleh fasilitas informasi dan komunikasi berupa bahasa isyarat, braille, dan komunikasi augmentatif dalam interaksi resmi. Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H