Mohon tunggu...
Suharyanto Mallawa
Suharyanto Mallawa Mohon Tunggu... Pustakawan - Pustakawan Perpusnas

Belajar Menulis Kepustakawanan dan Perpustakaan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Jamu Pakde Tukul Dephan Pondok Rajeg Asri

4 Desember 2022   08:28 Diperbarui: 4 Desember 2022   08:29 514
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokpri

Kata Jamu sudah tidak asing lagi bagi kita, dari mulai anak-anak sampai orang tua pastinya sudah mengenal jamu. Jamu sebagai minuman yang sangat berkhasiat untuk kesehatan dan juga untuk pengobatan sudah di kenal sejak lama diperkirakan sejak tahun 1300 M tradisi minum jamu sudah menjadi bagian kehidupan masyarakan di Nusantara. 

Keunikan Jamu di Indonesia adalah setiap daerah mempunyai jenis jamunya tersendiri hal ini dikarenakan setiap daerah mempunyai jenis tanaman herbal yang berbeda-beda. Selain seduhan jamu secara tradisional, jamu juga dikemas dalam bentuk bungkusan.

Jamu berasal dari Bahasa Jawa Kuno jampi atau usodo, artimnya penyembuhan menggunakan ramuan. Ahli botani yang menetap di Maluku, Gregorius Rumphius pada tahun 1741-1755 M mengeluarkan Herbarium Amboinense, buku yang mengisahkan pemanfaatan tumbuhan untuk Kesehatan dan mengobati penyakit. Tahun 1816 di Batavia diterbitkan monograf tumbuhan obat di Jawa ditulis oleh M. Horsfield Van Hein. TAhun 1872 diterbitkan juga buku resep pengobatan  jawa kuno.

jamu1-638bf75d166b42510804ff22.jpeg
jamu1-638bf75d166b42510804ff22.jpeg

Dokpri

Hasil penelusaran di Katalaog Online Perpustakaan Nasional RI OPAC.perpusnas.go.id didapatkan hasil koleksi tentang jamu terdapat sebanyak 125 judul, dengan rincian jenis monograf sebanyak 125 judul, bahan campuran 3 judul, rekaman suara 10 judul, rekaman video 4 judul, sumber elektronik 4 judul, bentuk mikro 2 judul, terbitan berkala 1 judul, dan manuskrip 1 judul.

Cerita saya kali ini masih seoutaran jamu. Beberapa kali saya melihat penjual jamu keliling di Perumahan Pondok Rajeg Asri Cibinong, dan baru hari minggu ini (04/12) saya dapat berjumpa langsung dan menikmati seduhan Jamu Pak De Tukul. 

Bila dulu kita serimg melihat penjual jamu Wanita yang digendong, sekarang ini sudah semakin banyak penjual jamu yang dijajakan dengan sepeda motor. Saya menyebutnya dengan singkatan Jaling yaitu Jamu Keliling masih mirip dengan tukong kopi keeling yang disebut Starbuck Starling (Starling).

Kembali ke laptop, Pak De Tukul yang menjajakan jamunya dengan sepeda motor  di dalam Perumahan Departemen Pertahan Pondok Rajeg Asri Cibinong. Menu yang ditawarkan oleh Pak De Tukul diantaranya Jamu sedu telor Rp. 15.000., Jamu sedu biasa Rp. 10.000., Jamu biasa Rp. 5.000., Buyung upik Rp. 3.000. Jamu Pak De Tukul juga menerima pesanan untuk beras  kencur, kunyit asam, kunyit tawar, temu lawak.

Selamat menikmati akhir pekan, salam sehat selalu jangan lupa minum jamu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun