3. Kalut karya Stefan Zweig, dan
4. Musim Panas Penghabisan karya Ricarda Huch
Karya-karya tersebut merupakan karya-karya  public domain (sudah bebas hak cipta karena penulis sudah meninggal lebij dari 70 tahun yang sudah menjadi warisan peradaban dunia, Karyal-karya penting Jerman yang  diterjemahkan dan membuat pemerintah Jerman mengundang mbak Tiya dan Kang Eka.  Sementara Nadir merupakan karya peraih Nobel Sastra 2009 Herta Mller yang hak cipta terjemahannya mbak Tiya beli secara eksklusif tahun lalu, dan baru diterbitkan bulan in. Karya-karya terjemahan tersebut diterbitkan oleh penerbit Moooi Pustaka
Karya yang lainnya adalah terjemahan antologi,  yang satu puisi karya sastrawan besar Jerman Bertolt Brecht berjudul "Resolusi Komune" terbit Mei 2021, dan essai karya penulis Jerman peraih Bookprize Jerman (Deutsche Buchpreis) Mithu Sanyal berjudul "Common, Apa itu? " terbit bulan Juni lalu. Antologi buku pertama berjudul "Komune Paris", dan antologi kedua berjudul "Cerita-Cerita Lumbung". Keduanya  diterbitkan penerbit Marjin Kiri.
Tiya Hapitiawati tinggal di Bogor dan bekerja sebagai penerjemah sastra dari bahasa Jerman ke dalam bahasa Indonesia. Tiya lulus dari Universitas Indonesia dengan gelar sarjana humaniora, jurusan Studi Jerman, dan dengan gelar master di bidang Linguistik pada tahun 2016. Selain menerjemahkan karya klasik dan kontemporer dari penulis Jerman, Tiya terlibat dalam beberapa proyek penerjemahan dengan Moooi Pustaka, sebuah perusahaan penerbitan yang berbasis di Jakarta.
Selamat dan sukses selalu buat Tiya, terus berkarya
Translationale Berlin 2022: Tag 2
                                    Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H