Mohon tunggu...
malink kondank
malink kondank Mohon Tunggu... -

hanya seorang penggemar yang kecewa

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Agnez Mo; Jangan Dicaci, Jangan Di Maki, Pujilah!

8 Oktober 2015   09:46 Diperbarui: 8 Oktober 2015   13:45 741
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 

Tidak boleh ada omongan negatif tentang Agnez Mo! Itu mungkin adalah apa yang sebagian NIC (sebutan bagi fans penyanyi, model, perancang busana, presenter, bintang iklan --menurut wikipedia—bernama, Agnez Mo) inginkan untuk idolanya. Seperti kita ketahui penyanyi asal Amerika ini banyak sekali mendapat banyak hati penggemar di negara tercinta kita Indonesia. Malahan di negara asalnya (Amerika), penggemarnya terbilang sedikit, atau malahan tidak ada. Alih-alih cinta Indonesia, artis yang katanya multitalenta, Agnez Mo ini terlihat sangat sering mengenakan batik dan kebaya Indonesia dengan banyak gubahan dari Agnez Mo (karena Agnez Mo seorang perancang busana mungkin).

Baik dalam video clip, meeting, atau saat dia mengadakan word tour dipelosok Indonesia. Seperti saat sedang menyurakan hari perdamaian dunia. Agnez Mo terlihat seperti ingin menggoda laki-laki normal dengan mengenakan kebaya dengan belahan dada yang nyaris terlihat. Sontak saja banyak kicauan haters dimedia sosial tentang penampakan Agnez Mo ini, apalagi setelahnya wanita dengan banyak otot dilengan, pinggul dan kakinya ini menjalani sesi pemotretan untuk “proyek besarnya” di Indonesia.

Dengan menggadndeng bunda Annie Avantie sebagai perancang busana untuk sesi pemotretan ini, Agnezmo terlihat sekali lagi memaksakan kehendaknya untuk menyalurkan kegilaannya. Banyaknya haters yang berkomentar tentang kebaya yang dibuatnya seronok tidak dihiraukannya. Agnez Mo sekiranya berpikir bahwa dia harus memperkenalkan Indonesia kenegara aslanya Amerika dengan sedikit merusak budaya, tradisi dan norma yang ada di Indonesia sendiri. Dengan jubah batik, sepatu boots, dan kaca mata hitam, Agnezmo dengan santai mengatakan dia tidak peduli dengan omongan orang lain (haters).

Tapi tidak begitu dengan fans Agnez Mo, NIC. Mereka tentu saja tidak bisa tinggal diam idola mereka dikritik dan dicela. Mereka tidak ingin idola mereka caacat. Yang mereka mau hanyalah puja dan puji bagi Agnez Mo, sehingga perang di dunia maya antara NIC dan haters Agnez Mo tidak bisa dihindarkan lagi.NIC bilang bahwa gaya Agnez Mo “Amazing!” seperti yang mereka selalu suarakan ketika Agnez Mo memposting sesuatu di Twitter, Instagram, Facebook atau akun media sosial lannya milik Agnez Mo yang followers, viewers nya sangat banyak bahkan leih banyak dari Timbaland, rapper asal Amerika yang Agnez Mo selipkan dilagunya Coke Bottle. Bisa dibilang Timbaland terkenal karena jasa Agnez Mo yang mau diajak kerja sama.

Kembali tdak terima dengan perkataan yang dianggap negatif, NIC pun kembali menyerang mantan artis cilik Joshua Suherman atau lebih dikenal sebagai Jojo. Mantan artis cilik yang terkenal dengan lagunya Air ini menyebut-nyebut nama Agnez Mo dalam salah satu acara stand up comedy di televisi Indonesia. Jojo mengatakan bahwa seharusnya Agnez Mo jadi tukang ojek (mungkin dengan alasan lebih menguntungkan dari segi finansial) atau duet bareng Cita Citata, penyanyi dangdut yang viewersnya lebih banyak dibandingkan Agnez Mo di YouTube. Tanpa babibu, NIC yang mendengar ini langsung bereaksi di dunia maya. Bahkan Jojo pun sempat gerah dan membalas beberapa twit dari NIC yang datang bertubi-tubi memaki dan menghakiminya.

Nah sebagai pengalaman, seharusnya orang Indonesia berbangga ada artis luar asal Amerika seperti Agnez Mo yang sangat mencintai Indonesia dengan seluruh jiwanya. Seharusnya kita tidak boleh mencela Agnez Mo, kita tidak boleh mencaci Agnez Mo, dan kita tidak boleh mengkritik Agnezmo. Sebagai gantinya, pujilah Agnez Mo dan elu-elukan namanya. Jadi kita semua akan terhindar dari caci maki NIC yang melabeli diri mereka dengan sebutan “Generation of Love”.

Sumber foto: Dok Pribadi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun