Mohon tunggu...
Muhammad Malindo
Muhammad Malindo Mohon Tunggu... Penulis - Pekerja Kata

Suka kopi, kata, musik, rindu, dan puisi.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Apa itu Katumpak Tetehe?

13 Juli 2024   21:04 Diperbarui: 13 Juli 2024   21:10 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Katumpak Tetehe adalah frasa benda dalam bahasa lokal. Khususnya bahasa Bajo di Dusun Mekko, Desa Pledo, Kecamatan Witihama, Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur. Sengaja dikhususkan karena bahasa Bajo sering mengalami perbedaan sebutan di berbagai wilayah untuk objek tertentu.

Nah frasa yang terdiri dari dua kata ini dimaksudkan untuk menyebut salah satu jenis makanan. Katumpak (dibaca Katumpa') mempunyai arti ketupat dalam pengertian makanan. Tetehe (dibaca tEtEhE) ialah hewan laut yang memiliki cangkang berbentuk bulat pipih ditumbuhi duri-duri rapuh. 

Disebut katumpak atau ketupat karena memang Katumpak Tetehe termasuk salah satu jenis ketupat. Pembuatannya sekarang memang memerlukan daun tumbuhan, tetapi tanpa perlu lagi dianyam. Sebab, fungsi dari daun tumbuhan tersebut hanya sebagai penutup cangkang hewan laut yang sudah dilubangi. Justru ketupat versi Bajo itu berciri khusus pada cangkang hewan laut yang mewadahi gumpalan nasinya.

Adapun hewan laut yang dimaksud di sini ialah yang umumnya disebut sebagai landak laut. Salah satu organisme herbivor atau hewan pemakan alga dan lamun. Ada banyak sekali sebetulnya jenis landak laut di perairan Indonesia. Populasinya biasa ditemukan pada dasar laut yang ditumbuhi lamun, karang mati, dan lain sebagainya.

Namun, tidak semua jenis landak laut bisa berlaku menjadi wadah nasi Katumpak Tetehe. Ada faktor-faktor tertentu yang mengharuskan terpilihnya spesies berukuran besar. Yang dalam istilah latin biasa disebut sebagai spesies Tripneustes Gratilla. Orang Bajo di Dusun Mekko menyebutnya dengan Tetehe Sikali.

Hal itu tentu saja membuat banyak orang merasa aneh ketika pertama kali melihat Katumpak Tetehe. Mungkin karena tampilannya yang berbeda dari ketupat lain. Yang mana, ketupat pada umumnya dibungkus menggunakan anyaman daun tumbuhan. Sedangkan ketupat versi Bajo (Katumpak Tetehe) malah terkemas dalam cangkang hewan laut. 

Sehingga bagi orang yang baru mengonsumsi Katumpak Tetehe akan langsung menggerakkan alis matanya. Tanda bahwa orang tersebut sedang berupaya mengenal rasa baru. Di mana lidah dan otak samar-samar merespon sensasi antara nasi dan gonad Tripneustes Gratilla.

Meski begitu, Katumpak Tetehe memang tak asing lagi di lidah orang Bajo Dusun Mekko.

Suatu kelompok masyarakat yang sudah mengenal Katumpak Tetehe jauh sebelum peradaban milenial ini. Bahkan sejak orang-orang terdahulu mereka masih tinggal di dalam soppek. 

Perlu dikonfirmasikan pula bahwa soppek merupakan perahu dayung buatan Bajo di zaman dulu. Kendaraan bersejarah bagi orang Bajo Dusun Mekko, Desa Pledo, Kecamatan Witihama, Kabupaten Flores Timur. Sebab, jenis perahu itulah yang pernah digunakan orang-orang terdahulu Bajo Mekko. Berlayar menerabas gelombang dari Sulawesi ke Flores pada empat hingga enam abad yang lalu.

Adapun bentuk dari perahu tersebut memang terbilang ideal. Sengaja didesain berdasarkan niat manusia untuk bisa berlayar jauh sekeluarga. Sehingga di mana pun orang Bajo menetap, di situlah soppek mereka berlabuh. 

Tak bisa dipungkiri memang. Masa soppek ditandai dengan konsep kampung Bajo yang bukanlah daratan tempat rumah pada umumnya didirikan. Setiap ada perairan laut bagi banyak soppek berlabuh dalam waktu tertentu, itulah perkampungan Bajo.

Nah orang Bajo di Dusun Mekko sama sekali tak pernah melupakan masa hidup yang demikian. Terlalu banyak kenangan dalam rumah yang setia dibawa berlayar ke mana pun itu. Salah satu kebiasaan yang masih ada hingga kini ialah mengonsumsi Katumpak Tetehe.

Yang dari dulu sampai sekarang sebutan untuk jenis makanan itu tetap saja Katumpak Tetehe. Tak peduli jenis ketupat versi Bajo tersebut yang berbentuk bulat pipih atau non-persegi ketupat. Kondisi hidup dalam soppek di lautan memang mengharuskan adanya ide pembuatan ketupat secara khusus. 

Sekarang, memang penutup lubang cangkang hewan laut untuk Katumpak Tetehe sudah menggunakan pucuk daun kelapa. Namun, pada mulanya tidak demikian. Asal ada beras dalam soppek, orang Bajo tetap bisa membuat ketupat kesukaan mereka.

Beras tetap harus dimasukkan ke dalam cangkang tripneustes gratilla yang sudah dilubangi sebelumnya. Penutup lubang pada cangkang hewan tersebut bisa menggunakan bagian tubuh ikan, seperti sirip dan ekor misalnya.

Baru setelah itu Katumpak Tetehe dimatangkan melalui proses pengukusan.

Dengan begitu orang Bajo selalu mudah mengonsumsi ketupat favoritnya selagi ada beras dalam soppek. Jauh jarak antara soppek dan pucuk daun kelapa tak menjadi penghalang. Tangan mereka juga barangkali jarang terlatih menganyam dedaunan untuk kemasan ketupat. 

Itu sebabnya ada ide  Katumpak Tetehe dalam soppek di lautan. Ditemukan dengan satu  berprinsip bahwa tak ada janur, cangkang pun jadi.

 Tabe.

Mekko 2024

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun