Mohon tunggu...
Malinda Sembiring
Malinda Sembiring Mohon Tunggu... Dosen - Nothing is impossible because anything is possible if you believe

PhD Student in Sustainability Accounting at The University of Auckland| Lecturer| Ig/twitter @mssembiring_

Selanjutnya

Tutup

Bola

Belajar Patriotisme dari Si Kulit Bundar

26 Oktober 2015   10:02 Diperbarui: 7 Juli 2018   18:05 161
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

“Jika ada hal lain yang menakjubkan di dunia ini selain cinta, adalah sepak bola.” Andrea Hirata

Kisruh Menpora dengan PSSI memang belum menemukan titik temu. Walaupun segala upaya telah dilakukan untuk menyelamatkan sementara persepakbolaan Indonesia seperti penyelenggaraan beberapa kompetisi tahun ini, tetap saja, para penikmat sepak bola tanah air butuh turnamen profesional. Semoga masalah ini lekas kelar dan para penjahat yang seharusnya dihukum, segera menerima ganjaran.

Berbicara lebih lanjut tentang sepak bola, sesungguhnya olahraga ini telah digelar dalam berbagai bentuk kompetisi sebelum Indonesia merdeka. Keseruan permainan bola pun menginspirasi seorang penulis kenamaan Indonesia untuk menyajikan fenomena sepak bola sebagai bagian peningkatan patriotisme bangsa. Melalui satu lagi novel karya penulis best seller Tetralogi Laskar Pelangi, Andrea Hirata, Sebelas Patriot diluncurkan pada Juni 2011 lalu. Ketika itu, nama-nama besar seperti Bambang Pamungkas, Irfan Bahdim hingga penjaga gawang Markus Horison dielu-elukan. Novel ini sendiri pun mencoba memberikan suguhan mengenai kehidupan pecinta bola, terinspirasi dari kehidupan nyata Andrea kecil di Belitong, kota kelahirannya.

Novel Ketujuh Andrea dalam Bahasa Indonesia ini bercerita tentang cinta seorang anak, pengorbanan seorang ayah, makna menjadi orang Indonesia, dan kegigihan menggapai mimpi-mimpi. Berlatarkan suasana Tetralogi Laskar Pelangi, Ikal kecil  menemukan sebuah foto lelaki berseragam sepak bola dengan piala ditangannya mengusik rasa ingin tahu Ikal yang akhirnya mengetahui cerita masa lalu sang ayah. Mengapa ayahnya berjalan pincang dan dari mana luka tubuh ayahnya berasal.

Ikal pun mencari tahu rahasia foto itu lewat seorang pemburu tua yang ia panggil Pak Cik. Ikal akhirnya mengetahui bahwa dulu sang ayah merupakan pemain sepak bola yang andal. Namun kekejaman Belanda menghentikan karir sepak bola sang ayah.

Dahulu menurut Pak Cik, Belanda selalu membuat perayaan untuk memperingati Ulang Tahun Ratu Belanda dengan mengadakan berbagai pertandingan olah raga. Namun setiap pertandingan harus dimenangkan oleh Belanda. Bagi pribumi yang tak mau mengalah akan disiksa. Ayah Ikal salah satunya, tanpa peduli perintah Belanda, tetap bermain sempurna. Perlawanan ini kerap dijadikan salah satu bentuk melawan penjajah.

Lewat cerita Pak Cik, Ikal pun semakin semangat untuk mewujudkan keinginan sang ayah yang sempat tertunda, menjadi pemain PSSI. Posisi sayap kiri pun jadi pilihan Ikal, sama seperti ayahnya dulu. Berbagai cara ia lakukan untuk menjadi pemain sayap kiri yang andal, mulai dari push up dengan bertumpu pada tangan sebelah kiri, menulis dengan tangan kiri, sisir rambut miring ke kiri, hingga melirik pun hanya dengan mata kiri.

Kisah dalam novel berlanjut ke bagian novel ketiga Tetralogi Laskar Pelangi, Edensor. Saat itu Ikal yang mendapat beasiswa ke Perancis bersama sepupunya Arai berencana untuk mengelilingi Eropa dan Afrika. Salah satu tempat tujuan mereka adalah Spanyol. Namun mereka berpisah karena Arai memilih ke Alhambra, sementara Ikal memilih ke Madrid.

Perjalanan Ikal di Spanyol tak berlangsung mulus. Keuangan yang kritis membuat Ikal harus berhemat demi membelikan kaos bertuliskan Luis Figo di toko resmi Real Madrid. Berbagai pekerjaan pun kerap dilakukan Ikal untuk hidup di negeri Matador tersebut. Mulai dari mengamen bersama backpacker lainnya hingga melamar menjadi pembantu umum untuk latihan tim junior Barca.

Mewarnai perjalanannya selama berada di negeri Matador, Ikal bertemu dengan seorang gadis Spanyol penggila bola, Adriana ketika mampir di toko resmi Real Madrid. Adriana pula yang membantu Ikal untuk menyimpankan kaos Luis Figo sementara Ikal mengumpulkan uang untuk menyenangkan hati ayahnya.

Ikal juga melewati hari-hari bersama Adriana dengan pembicaraan panjang lebar tentang sepak bola Spanyol dan Indonesia. Lewat Adriana pula, akhirnya Ikal dapat menonton pertandingan antara Real Madrid vs Valencia dan melihat langsung idola sang ayah, Luis Figo.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun