Enggan dan segan untuk bertanggung jawab atas perbuatannya. Apabila terjadi suatu kesalahan manusia Indonesia tidak segan untuk mengatakan bahwa 'itu bukan salah saya', 'akan saya buktikan saya tidak bersalah', 'itu salah bawahan saya', 'saya hanya melaksanakan perintah atasan', itulah kata-kata yang paling sering muncul orang-orang yang terjerat korupsi atau permasalahan lainnya. Lain dengan budaya malu yang sangat tinggi di Negara lain, apabila terindikasi melakukan korupsi langsung mengundurkan diri tidak menunggu terbukti terlebih dahulu di Pengadilan. Sebaliknya jika ada suatu keberhasilan atau prestasi, orang Indonesia seakan-akan otomatis segera mengklaim bahwa itu hasil kerjanya, membusungkan dada menihilkan peranan orang dan pihak lainnya.
Manusia Indonesia berjiwa feodal. Manusia Indonesia memberikan suatu respon penghargaan kepada orang lain bukan berdasarkan kemampuannya, melainkan berdasarkan strata sosial yang disandang oleh orang lain. Jika dia orang kaya, pejabat akan lebih dihargai dan otomatis dihargai oleh siapa pun. Berbeda dengan intelektual yang memang memiliki kualitas pemikiran jarang dihargai masyarakat Indonesia. Memang feodal identik dengan kerajaan, tapi ternyata pada kenyataannya istilah raja hanya digantikan menjadi istilah presiden, menteri, gubernur, bupati, Jendral dengan pola perilaku sosial yang sama. Yang berkuasa sangat tidak suka mendengar kritik dan orang lain amat segan untuk melontarkan kritik terhadap atasannya. Yang sangat sering terjadi adalah hanya pemaksaan kehendak atasan kepada bawahan tanpa adanya suatu proses demokratis.
Percaya pada takhayul. Sampai sekarang walaupun sudah banyak yang bersekolah dan di masa modern pun, banyak diantara manusia Indonesia yang tetap percaya pada kekuatan irrasional jimat, mantera, dan lambing. Mereka sangat percaya kepada para dukun yang dipercayai dapat memanipulasi kenyataan.
Manusia Indonesia bersifat artistic. Masyarakat Indonesia lebih banyak hidup dengan naluri dengan perasaanya yang memberikan suatu dampak  positif tinggginya minat seni yang artistic. Sejak ratusan tahun lalu orang-orang Indonesia dari beragam budaya menghasilkan suatu karya seni rupa, music, suara, sastra yang sangat tinggi keindahannya. Musik, seni tari, dongeng menunjukkan daya imajinasi yang sangat kaya dan subur dengan daya cipta yang tinggi.Ciri inilah yang menjadi modal berharga dan potensi yang harus dikembangkan untuk menjadi sumber harapan keunggulan bangsa Indonesia di masa depan.
Manusia Indonesia punya watak yang lemah dan karakter yang kurang kuat. Para kaum intelektual dan terpelajar Indonensia menjadi sangat mudah untuk menuruti keinginan para penguasa tidak berani menyampaikan suatu kajian keilmuannya yang menyatakan saat tindakan penguasa adalah tidak benar. Contoh yang paling mudah adalah ketika Pemerintah melakukan pinjaman hutang luar negeri untuk pembangunan infrastruktur, para ekonom banyak yang mengamini dan mendukung langkah tersebut. Tidak memberikan suatu perbandingan opini berdasarkan kajian keilmuan ekonomi. Singkatnya manusia Indonesia lebih banyak bermentalkan bebek bukanlah elang. Â
Selain enam ciri manusia Indonesia tersebut, Mochtar Lubis juga mengungkapkan cirri-ciri lainnya yang dimiliki masyarakat Indonesia, yaitu sebagai berikut:
Manusia Indonesia adalah manusia yang susah untuk hemat, bukan seorang economic animal. Tidak pandai memepersiapkan masa depan ekonomi.
Manusia Indonesia mendambakan menjadi priyayi, jadi Pegawai Negeri adalah idaman utama, karena memiliki status sosial yang tinggi. Mereke senang bekerja di tempat yang 'basah' menghindari yang 'kering'.
Manusia Indonesia ingin menjadi kaya, pintar, dan sukses secara instan dan gemar mengambil jalan pintas.
Manusia Indonesia kini menjadi orang yang kurang sabar dan senang menggerutu.
Manusia Indonesia pencemburu dan dengki terhadap orang lain yang memiliki kelebihan darinya.