Mohon tunggu...
Malik Lukoni
Malik Lukoni Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

hobi saya sepakbola

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Penyimpangan Sosial dalam dan Pendidikan Islam

3 Desember 2023   16:49 Diperbarui: 3 Desember 2023   16:59 160
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Di Susun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

Sosiologi Pendidikan Islam

Dosen Pengampu:

Bahrul Munib,M.Pd.I.

Disusun Oleh:

Abdul Malik Lukoni (221101010057)

Latar Belakang

latar belakang yang dapat mempengaruhi penyimpangan sosial dan pendidikan Islam: lingkungan: Sebuah penelitian menunjukkan bahwa lingkungan desa dapat menyebabkan penyimpangan perilaku remaja. Disiplin Belajar: Sebuah penelitian menunjukkan bahwa disiplin belajar dan lingkungan sekolah dapat membantu mencegah kenakalan siswa. Pendidikan Agama: Materi agama seperti ilmu fiqih, aqidah akhlak, sejarah kebudayaan Islam, dan penelitian Al-Quran dan hadist dapat diberikan di sekolah yang berbasis agama. Ini dapat memengaruhi sikap dan prinsip siswa. Kontrol Sosial: Sebuah penelitian menunjukkan bahwa kontrol sosial masyarakat dapat berdampak pada bagaimana siswa berperilaku. Peran Guru: Peran guru sangat penting dalam mengatasi penyimpangan sosial dan membina akhlakul karimah. Selain tanggung jawab guru dari perspektif pendidikan Islam, berbagai latar belakang siswa, seperti lingkungan, sosial, dan lainnya, dapat memengaruhi perilaku mereka. Dengan memahami pendidikan Islam dalam konteks dan.

Pemahaman konsep moral sangat penting dalam masyarakat dan pendidikan. Berikut adalah beberapa latar belakang gagasan tentang moralitas dalam pendidikan dan masyarakat tentang pentingnya akhlak dalam kehidupan sehari-hari: Akibatnya, akhlak atau perilaku yang nampak pada diri seseorang mencerminkan aqidah atau keyakinan yang dianut seseorang. Akibatnya, akhlak sangat penting dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan moral didefinisikan sebagai pendidikan moral. Pendidikan moral adalah proses mengajarkan anak-anak moral atau akhlak dasar yang akan menjadi kebiasaan mereka dari usia kanak-kanak hingga dewasa. Membangun kepribadian, kecerdasan, dan akhlak mulia adalah tujuan pendidikan akhlak. Pendidikan Islam berpusat pada akhlak: Pendidikan Islam berpusat pada akhlak, dan tujuan sebenarnya dari pendidikan adalah untuk mencapai akhlak yang sempurna. Pendidikan Islam mencakup komponen agama lain seperti ilmu fiqih.

mempengaruhi penyimpangan sosial siswa Keluarga memainkan peran penting dalam membentuk karakter dan perilaku anak. Perilaku anak dapat dipengaruhi oleh keluarga yang tidak harmonis, kurang perhatian, atau tidak memberikan pengawasan yang baik. Selain itu, lingkungan tempat belajar dan tempat tinggal siswa dapat memengaruhi perilaku dan pandangan mereka. Lingkungan yang buruk, seperti lingkungan yang dipenuhi dengan kegiatan yang tidak menyenangkan, dapat memengaruhi perilaku siswa. Disipilin belajar: Ketidakdisiplinan dalam belajar dapat menyebabkan perilaku siswa menjadi lebih buruk.

Madrasah sebagai sumber moral anak: Pendidikan karakter: Madrasah memiliki peran strategis dalam membangun karakter anak didik. Madrasah tidak hanya mengajarkan pengetahuan, tetapi juga mengajarkan keterampilan softskill dan membentuk karakter siswa. Pendidikan Agama: Madrasah menawarkan kurikulum yang lebih luas tentang pendidikan Islam, seperti Al-Qur'an dan Hadist, Aqidah dan Akhlak, Fiqih, Sejarah Kebudayaan Islam, dan Bahasa Arab. Pendidikan agama yang diberikan di madrasah dapat membentuk moral siswa dan menanamkan kesadaran dan kesalehan sosial dan pribadi. Dengan demikian, pemahaman tentang latar belakang madrasah sebagai sumber moral anak diharapkan dapat membantu meningkatkan kualitas pendidikan anak dan menciptakan masyarakat.

A. Penyimpangan Social dan Pendidikan Islam

1. Pengertian Pendidikan Islam

Menurut etimologi, kata pendidikan berasal dari kata "didik" dalam bahasa Indonesia yang berarti "tindakan". Pendidikan adalah suatu proses yang mengubah tingkah laku seseorang melalui pertumbuhan dan perkembangan serta membangkitkan seluruh potensi kemampuan melalui proses belajar mengajar untuk menghasilkan pengetahuan, keterampilan dan mengembangkan tingkah laku yang baik bagi kehidupan diri sendiri, masyarakat dan lingkungan.[1]

Pendidikan Islam adalah "pendidikan manusia seutuhnya.[2] Ahmad D. Marimba mengungkapkan pandangannya tentang pendidikan dalam kitab "Ramayulis", yaitu "Pendidikan adalah kesadaran pendidik akan kebutuhan peserta didik. perkembangan mental seseorang yang terpelajar hingga membentuk kepribadian yang baik dan sempurna.[3] 

Hassan Langgulon mendefinisikan pendidikan dapat dilihat dari dua aspek: pertama, dari sudut pandang sosial; kedua, dari sudut pandang individu. Jika dilihat dari sudut pandang masyarakat itu sendiri, maka pendidikan merupakan penerus dan pewaris kebudayaan para pendahulu dan generasi tua kepada generasi muda, agar kehidupan masyarakat tetap lestari. yang dapat digantikan. Diwariskan secara turun temurun, jati diri masyarakat tetap utuh dan terpelihara hingga kehidupan selanjutnya. Dari sudut pandang individu sendiri, pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam mengembangkan potensi terpendam yang ada pada setiap individu. Dengan demikian, melalui pendidikan tersebut, manusia dapat mengembangkan potensi terpendamnya melalui pembelajaran.

Ariffin mengartikan pendidikan Islam sebagai suatu proses sistem pendidikan yang mencakup seluruh aspek yang diperlukan dalam kehidupan siswa dengan berpedoman pada ajaran islam.[4]

 Tajab berpendapat bahwa secara sederhana pendidikan Islam dapat diartikan sebagai pendidikan yang bersumber dan bertumpu pada ajaran agama Islam. Selain itu, ia juga menyatakan bahwa ajaran Islam didasarkan pada Al-Qur'an dan Hadits. Oleh karena itu, untuk merumuskan konsep pendidikan yang diinginkan dalam Islam, kita harus menemukannya dalam Al-Quran, dengan menganalisis ayat-ayat dalam Al-Quran yang berkaitan dengan pendidikan dan menganalisis keberadaannya dalam Sunnah Nabi Muhammad SAW dan sepanjang sejarah Islam. aplikasi.[5]

Pendidikan Islam adalah proses internalisasi pengetahuan dan nilai-nilai Islam kepada peserta didik melalui pengajaran, pembiasaan, bimbingan, pelatihan, pengawasan dan pengembangan potensi diri untuk mencapai keharmonisan dunia dan akhirat.

Pendidikan Islam juga merupakan proses dimana orang lain memberikan bimbingan kepada seseorang agar ia dapat berkembang secara optimal sesuai dengan ajaran Islam. Berdasarkan pengertian di atas, Anda bisa dapat disimpulkan bahwa pendidikan Islam adalah suatu proses yang didasarkan pada nilai-nilai yang melingkupi ajaran Islam, yang melaluinya ajaran tersebut menjadi pedoman hidup umat Islam.

2. Pengertian Penyimpangan Social

Penyimpangan mengacu pada semua perilaku yang melanggar norma-norma sosial dan sistem sosial. Penyimpangan adalah suatu perilaku dimana seseorang atau beberapa anggota masyarakat melanggar norma dan aturan yang telah disepakati bersama, baik disadari maupun tidak, sehingga mengakibatkan terjadinya viktimisasi atau non-viktimisasi. Perilaku tidak normal yang mengarah pada viktimisasi dapat dibagi menjadi kejahatan, pelanggaran, dan perilaku ilegal. Dan perilaku menyimpang yang tidak menimbulkan korban disebut menyimpang, dan korbannya adalah diri Anda sendiri.[1]

Karena ada penyimpangan, semua pihak berupaya keras memperbaikinya. Penyimpangan dalam sosiologi dianggap sebagai perilaku antisosial. Kata antisosial terdiri dari dua kata, yaitu: anti yang berarti menentang atau bermusuhan, dan sosio yang berarti berhubungan dengan masyarakat. Demikianlah definisi perilaku deviasi dan antisosial pada hakikatnya sama, yaitu perilaku yang tidak sesuai dengan aturan atau nilai dan norma masyarakat yang berlaku.

 Untuk mengatasi perilaku menyimpang dan antisosial diperlukan kontrol sosial untuk menciptakan tatanan sosial atau tatanan sosial. Kontrol sosial merupakan tindakan yang dilakukan untuk mengatasi terjadinya perilaku antisosial. Kontrol sosial dapat berbentuk represi formal atau informal dan respons preventif. Kontrol sosial merupakan respon masyarakat terhadap Masyarakat terjadinya perbuatan antisosial, seperti perilaku menyimpang, tindak kejahatan, pelanggaran, dan kenakalan.

B. Konsep Ahlak dalam pendidikan Islam dan Masyarakat

1. Pengertian Ahlak

Akhlak berasal dari bahasa Arab, bentuk jamak dari "khuluqun", yang menurut bahasanya berarti watak atau budi pekerti seseorang Kata tersebut mengandung segi-segi persesuaian dengan "khalqun" yang berarti kejadian, yang juga erat hubungannya dengan "khliqun" yang berarti pencipta, demikian pula dengan "makhlqun" yang berarti yang diciptakan.[1]

Menurut Ibnu Miskawaih akhlak adalah keadaan jiwa seseorang yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan-perbuatan tanpa melalui pertimbangan pikiran lebih dahulu.[2]

Begitu pula menurut Imam al-Qhazli akhlak adalah suatu sifat yang tertanam dalam jiwa yang daripadanya timbul perbuatan-perbuatan dengan mudah, dengan tidak memerlukan pertimbangan pikiran.[3]

Abu Bakar al-Jazairi mendefinisikan bahwa akhlak adalah Institusi yang bersemayam di hati tempat munculnya tindakan-tindakan sukarela, tindakan yang benar atau salah.[4]

Sedangkan menurut Zakiah Daradjat Akhlak adalah kelakuan yang timbul dari hasil perpaduan antara hati nurani, pikiran, perasaan, bawaan, dan kebiasaan yang menyatu, membentuk suatu kesatuan tindakan akhlak yang dihayati dalam kenyataan hidup keseharian.[5]

Meskipun demikian, Sofyan Sauri menyatakan bahwa moralitas adalah tindakan yang muncul ketika seseorang menerapkan Shari'a berdasarkan keyakinan Islam.[6]

Muhammad Nasih Ulwan menggambarkan moralitas sebagai kumpulan prinsip moral dasar dan kebaikan sikap dan karakter yang harus dimiliki anak-anak dari usia dini hingga mereka menjadi amukallaf, atau siap untuk melalui badai hidup.Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa morals adalah tindakan yang baik yang muncul dalam seseorang setelah penerapan hukum Islam.[7]

Dengan demikian , akhlak dan adat istiadat tersebut dibentuk menjadi perilaku dan sifat yang tertanam kuat dalam diri seseorang, sehingga memungkinkan manusia mencapai kebahagiaan baik di dunia maupun di akhirat.

2. Metode Pembelajaran Akhlak dalam Pendidikan Islam

Mengajarkan nilai-nilai moral bukan sekedar menghafalkan nilai-nilai moral normatif secara kognitif, yang diajarkan dalam bentuk ceramah dan diakhiri dengan ceramah. Sebaliknya aspek afektif perlu lebih diperhatikan. Akhlak harus diajarkan sebagai seperangkat sistem yang saling berhubungan dan mendukung satu sama lain, dan semua unsur tersebut meliputi orang tua, lingkungan, guru, kurikulum, materi, dan fasilitas.

Oleh karena itu, pembiasaan, keteladanan, nasehat, dan cerita merupakan cara terbaik untuk menanamkan akhlak pada anak. Pendekatan ini apabila diterapkan dalam kehidupan anak maka akan terbentuk anak yang bertaqwa dan berakhlak mulia. karena tujuan akhir dari pendidikan Islam adalah untuk menjadi manusia dengan pola pikir yang suci.

C. Pelajar dan Penyimpangan Social

Siswa dengan penyimpangan sosial dapat diartikan sebagai siswa atau siswi yang melakukan perilaku yang tidak sesuai dengan norma-norma sosial yang berlaku di sekolah atau masyarakat secara keseluruhan. Contoh perilaku menyimpang antara lain penyalahgunaan narkoba, membolos, melanggar peraturan sekolah, dan perilaku lain yang tidak sejalan dengan norma dan nilai sosial yang berlaku.

Salah satu langkah yang dapat diambil oleh sekolah untuk mencegah dan mengatasi tindakan sosial menyimpang adalah mengumpulkan data tentang semua siswa yang melakukan tindakan sosial menyimpang di sekolah, sehingga sekolah dapat menemukan sumber masalahnya, menerapkan tindakan tegas dan sanksi terhadap siswa yang melakukan tindakan sosial menyimpang, menghubungi orang tua dari siswa dan memberi arahan dan nasihat tentang tindakan sosial menyimpang yang dilakukan oleh siswa mereka sehingga mereka dapat memastikan bahwa anak-anak.

Perilaku yang tidak sesuai dengan norma sosial dan nilai-nilai masyarakat disebut sebagai penyimpangan sosial. Contohnya adalah konflik antara siswa dari berbagai sekolah.

Penting untuk diingat bahwa beberapa faktor dapat menyebabkan penyimpangan sosial, dan tidak semua siswa akan mengalaminya. Cara terbaik untuk mencegah penyimpangan sosial adalah dengan mendukung siswa, memberikan pendidikan yang baik, dan menciptakan lingkungan yang positif di rumah, sekolah, dan masyarakat. Untuk membantu siswa yang mungkin mengalami masalah penyimpangan sosial, diperlukan juga sarana pendidikan yang memadai dan layanan mental.

Menciptakan lingkungan yang aman, positif, dan mendukung bagi peserta didik merupakan upaya yang sangat penting untuk mencegah terjadinya penyimpangan sosial. Faktor-faktor pencegahan ini dapat memainkan peran kunci dalam membantu siswa menghindari perilaku yang bertentangan dengan norma-norma sosial.

D. Madrasah Sebagai Sumber Moral Anak

Sebagai lembaga pendidikan, madrasah memiliki peran penting dalam membentuk karakter dan moral siswa. Pendidikan di madrasah menekankan ajaran moral dan moralitas sebagai sumber solidaritas dalam kehidupan sehari-hari. Madrasah tidak hanya memberikan pengetahuan tetapi juga mengajarkan keterampilan softskill kepada siswa.

Selain itu, peran guru tidak dapat dilepaskan dari pembentukan karakter, karena segala sesuatu yang dilakukan oleh guru memiliki kemampuan untuk mempengaruhi karakter siswa. Karakter terdiri dari tiga kategori bagian yang saling berhubungan.[1] 

 antara lain:

  • pemahaman moral
  • perasaan moral
  • tindakan moral

 Untuk membangun generasi yang berkualitas tinggi di negara ini, pendidikan moral harus diterapkan secara sungguh-sungguh di sekolah, termasuk di madrasah. Dalam proses menanamkan dan mengembangkan moral anak didik, guru dapat memberikan pengaruh positif.

Oleh karena itu, madrasah dapat memenuhi tugasnya untuk menanamkan nilai-nilai moral kepada anak-anak melalui pendidikan agama. Dalam hal ini, madrasah dapat berfungsi sebagai sumber moral bagi anak-anak melalui pendidikan karakter dan moral yang diberikan oleh guru-guru yang bertanggung jawab untuk membentuk karakter siswa mereka. Madrasah juga dapat memberikan kesempatan yang luas bagi para siswa untuk melakukan berbagai tindakan moral. 

1. Pengertian Moral

Moral berasal dari kata Latin "mos" (jamak: mores), yang berarti kebiasaan atau adat. Dalam bahasa Yunani, "mos" (mores) sama dengan "etos". Dalam bahasa Indonesia, kata "moral" berarti "susila". Dalam hal moralitas, pengertian yang paling umum adalah tindakan manusia yang sesuai dengan gagasan yang diterima umum, yaitu yang berkaitan dengan apa yang baik dan wajar.[2]

Dengan kata lain, pengertian moral adalah suatu kebaikan yang disesuaikan dengan standar tindakan yang diterima secara umum, yang mencakup kesatuan sosial atau lingkungan tertentu. Istilah moral selalu mengacu pada baik dan buruknya tindakan manusia sebagai manusia.  

2. Moral Dalam Dunia Pendidikan

Pendidikan, menurut UU Sistem Pendidikan Nasional No 20 tahun 2003, adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran sehingga peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual dan keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, dan keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.[1]

Moral, sebaliknya, adalah kondisi pikiran, perasaan, ucapan, dan perilaku manusia yang terkait dengan nilai-nilai baik dan buruk. Moral secara eksplisit berkaitan dengan proses sosialisasi individu, dan tanpanya manusia tidak dapat melakukan proses sosialisasi. Moral adalah prinsip utama dalam kehidupan sosial. Moral diukur dari budaya lokal.[2]

Moral dapat didefinisikan sebagai tindakan, sikap, atau ucapan seseorang dalam berinteraksi dengan orang lain. Seseorang dianggap memiliki moral yang baik jika tindakannya sesuai dengan nilai-nilai yang berlaku di masyarakatnya dan dapat diterima dan menyenangkan bagi orang-orang di sekitarnya. Sebaliknya, jika tindakan seseorang tidak sesuai dengan nilai-nilai tersebut, orang itu tidak dianggap memiliki moral yang baik. Moral berasal dari agama dan budaya. Setiap budaya memiliki standar moral yang berbeda-beda yang didasarkan pada sistem nilai yang berlaku yang telah ada sejak lama. Moral juga dapat didefinisikan sebagai sikap, perilaku, tindakan, dan kelakuan seseorang saat mencoba melakukan sesuatu berdasarkan pengalaman, tafsiran, suara hati, dan nasihat  

KESIMPULAN

Hasil penelitian menunjukkan bahwa gambaran realitas perilaku menyimpang peserta didik SMA Negeri 1 Muncar Kabupaten Banyuwangi adalah kelengkapan seragam tidak sesuai aturan disiplin sekolah, berambut panjang bagi laki-Laki, berhias berlebihan bagi perempuan, terlambat masuk sekolah, membolos (pulang lebih awal), berada di kantin pada waktu jam pelajaran, merokok di lingkungan sekolah, tutur bahasa yang kurang sopan, membawa HP dan aksesoris, berkelahi dan memalak. Adapun faktor penyebab perilaku menyimpang adalah faktor lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat.

Adapun ragam kontribusi guru Pendidikan Agama Islam dalam menanggulangi perilaku menyimpang adalah: pertama, dengan tindakan preventif (pencegahan), dengan cara mewajibkan peserta didik melaksanakan salat zuhur dan tadarus, melaksanakan zikir dan kultum, pengajian rutin, mengadakan peringatan hari-hari besar Islam, melakukan pendekatan untuk mengatasi masalah yang dihadapi peserta didik, dan menjalin kerjasama dengan orang tua peserta didik. Kedua, tindakan represif, dengan cara, bimbingan dan nasihat, menegakkan disiplin sekolah, penerapan sanksi, dan pemanggilan orang tua. Ketiga, tindakan kuratif, dengan cara, skorsing dan pengembalian peserta didik kepada orang tua.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun