Mohon tunggu...
Malikissme
Malikissme Mohon Tunggu... Lainnya - Semacam.. Apa yah..

www.malikissme.art.blog

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Dimanakah batas MALU dan KEMALUAN di dunia yang semakin LIBERAL?

20 Januari 2021   16:36 Diperbarui: 20 Januari 2021   18:02 777
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Adam dan Hawa memetik Khuldi di Surga

Namanya juga hobi, susah untuk dihilangkan.

Ya. Hobby saya ketika masuk WC adalah mengetikan pikiran-pikiran yang terlintas di kepala saya. Atau kalau lagi pengen bikin story di Whatsapp yang sebentar lagi bakalan otoriter, menjadi semacam Distopia Teknokrasi. #eh

Ngomong-ngomong, berikut beberapa status atau Story Whatsapp yang saya hasilkan di WC atau ketika sedang membaca di sebuah taman Kota di Kota saya, Kotamobagu.

***

[Jum'at, 08/01/2021, 19:07]

Tadi saat masuk wc (tempat termenung paling nyaman dijagat rumah) pikiran saya menggelitik dirinya sendiri. 

Katanya :

Cobalah bayangkan Adam dan Hawa sebagai program komputer.

ARTIFFICIAL INTELEGENCE.

Tuhan, ibarat sang programer, memberikan semacam "rules" kepada mereka berdua, bahwa jangan sekali-kali mendekati pohon "BUG"  itu. Khuldi namanya.

Tetapi sebagaimana AI awal sebelum menjadi GENERAL AI, Hawa dan Adam juga diprogram tuhan untuk bisa mengambil inisiatif sendiri untuk kepentingan BELAJAR-nya.

Dan Tuhan juga memprogran tokoh yang bisa mengambil inisiatif seperti Adam dan Hawa. Dialah Iblis (serpent)

Ada juga NPC (non player character) yang dicipta Tuhan. Sebutannya malaikat.

Si Iblis menggoda Hawa. Dan dengan BUG itu, muncullah nafsu diantara keduanya.

Tapi bug itu juga memberi kita rasa malu, yaitu ketika adam dan hawa malu saat keduanya telanjang.

Itulah apple eden. Selain nafsu, dia juga menghadirkan rasa malu sebagai pengontrol.

Celakanya, apa yang disebut "memalukan" hari-hari ini sering dipindah-pindah patokan arti dan maknanya, sesuai kepentingan nafsu..

-ME-

***

[Rabu, 13/01/2021, 15:42]

Bercumbu di sebuah taman Kota
Bercumbu di sebuah taman Kota

Kita hidup di negara yang serba dilematis. Terlebih kita dituntut untuk senantiasa nasionalis sekaligus kritis, demokratis ala liberal sekaligus hormat norma sosial tradisional.. 

Disitu saja sudah dilema. Apalagi ditambah perkara jilbab yang dia pakai? 

Bagi saya itu hak mereka berdua. pangeran burung dan putri katak yang sedang jatuh cinta. Untuk berusaha tak munafik, muda saya pernah disana. 

Tapi belakangan saya sering menemui apa yang Jejeboy gambarkan dalam BLUES LENDIR nya di keseharian. Itu pun cuma meminta negara untuk tak ikut campur urusan percampuran dua insan, pabila itu terjadi "DIATAS RANJANG, DIBAWAH TANAH, DIRANAH PRIVAT 17 TAHUN KE ATAS". 

CINTA ITU BUTA adalah salah. 

CINTA itu tak buta, tapi MEMBUTAKAN. Tapi, seperti Thaf si gadis buta pengendali tanah yang jadi sangat sangat peka dan mampu membaca getaran, tangan pangeran burung itu, yang tak punya mata seperti kaki (mata kaki), jadi sangat peka, menelusuri sumber detak si jantung hati, terselimut lemak nabati. 😅

Kata Ari Lasso "SENTUHLAH DIA TEPAT DI HATINYA, DIA KAN JADI MILIKMU SELAMANYA. SENTUH DENGAN SETULUS JIWA, BUATLAH DIA TAMPAK MELAYANG.."

Benar saja, si burung melompat saat si katak melayang #eh

-ME-

***

Tentu, tulisan ini tak bermaksud untuk mengemukakan pembenaran atau ngesah. Justru, ini semacam pengantar untuk mendiskusikan tentang bagaimanakah BATASAN MALU & KEMALUAN DI ERA YANG MAKIN LIBERAL INI, terutama di Indonesia yang masih menjunjung adat istiadat tradisional.

Apakah ketika Bung Karno memproklamirkan KEMERDEKAAN INDONESIA lantas Indonesia serta merta merdeka (de facto maupun de jure) ???

Begitupun dengan artikel ini, saya tak sedang berusaha menyalahkan pihak lain dan menampakan diri seolah yang paling suci. Ini semacam cita-cita untuk menjadi orang yang lebih baik (ibaratnya Proklamasi Kemerdekaan), yang mana sekarang masih berada di titik yang dapat dibilang buruk (ibaratnya sementara Berjuang Untuk Merdeka). 

Diskusi ini lebih menitik-beratkan ETIKA PUBLIK vs ETIKA PRIVAT.

Saya sangat terbuka dengan DISKUSI dan PERTUKARAN WACANA. 

Bagi saya "SETIAP ORANG WAJIB BERPENDAPAT, TETAPI TIDAK WAJIB DITERIMA"

Jadi, mari :D

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun