Mohon tunggu...
Malik Ibnu Zaman
Malik Ibnu Zaman Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Lepas

Suka baca buku

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

4 Tantangan Tinggal di Kosan dengan Pemilik Lansia dan Cara Menghadapinya

2 Desember 2024   20:30 Diperbarui: 2 Desember 2024   23:41 26
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Memilih kosan adalah keputusan penting bagi siapa saja yang merantau. Banyak faktor yang perlu dipertimbangkan, mulai dari lokasi, harga, fasilitas, hingga sikap pemilik kosan. Salah satu hal yang kerap menjadi perhatian adalah ketika pemilik kosan sudah berusia lanjut. Pemilik kosan lansia tentu memiliki kelebihan, seperti pengalaman panjang dalam mengelola kosan, namun ada beberapa tantangan yang dihadapi oleh penghuni.

Berikut adalah 4 tantangan yang sering ditemui saat tinggal di kosan dengan pemilik lansia, serta cara menghadapinya:

1. Pembayaran Masih Manual dan Tidak Ada Kwitansi

Pemilik kosan lansia umumnya lebih nyaman dengan sistem pembayaran manual karena kurang akrab dengan metode transfer bank atau pembayaran digital. Sayangnya, sistem ini seringkali tidak disertai kwitansi, sehingga dapat memicu masalah.

Sering banget terjadi kasus sudah bayar kosan satu bulan, tetapi pemilik kosan mengklaim belum bayar. Sementara itu yang menyewa kosan tidak ada bukti kwitansi atau saksi. Kemudian sering juga terjadi sudah bayar sekalian tiga bulan, eh bulan depannya ditagih lagi. Alhamdulilahnya saya tidak pernah mengalami hal ini sih.

Untuk menghadapi pembayaran manual tanpa kwitansi, mending membawa kwitansi sendiri untuk mencatat transaksi sebagai bukti. Selain itu, jika memungkinkan, tawarkan bantuan secara sopan untuk memperkenalkan metode pembayaran digital, seperti transfer bank atau aplikasi pembayaran, dengan sabar dan penuh pengertian.

2. Aturan yang Terlalu Ketat atau Sifat Rewel

Pemilik lansia sering kali memiliki aturan yang ketat atau mengingatkan penghuni secara berulang tentang larangan tertentu, seperti tidak membawa teman lawan jenis ke kosan atau menjaga kebersihan. Bagi sebagian orang, sifat rewel ini bisa terasa mengganggu, terutama jika menyentuh ranah personal.

Untuk menghadapi aturan yang ketat atau teguran yang sering, cobalah untuk mendengarkan dan memahami alasan di balik aturan tersebut. Biasanya, aturan semacam ini dibuat untuk menjaga kenyamanan dan ketertiban bagi seluruh penghuni kosan. Namun, jika merasa terlalu sering ditegur, sampaikan hal tersebut dengan sopan kepada pemilik kosan.

Dua tetangga kosan saya sekarang ini misalnya yang jomblo, di mana usianya sudah lebih dari 35 tahun, dalam beberapa kesempatan selalu dinasehati untuk menikah. Untung saja mereka tidak baper dengan nasehat pemilik kosan.  Lain halnya mereka, lain halnya saya. Sudah beberapa bulan ini saya lebih sering di kosan, sebab pekerjaan saya sekarang ini dikerjakan dari kosan. Sudah barang tentu saya dikira pemilik kosan hanya tidur-tiduran saja, alahasil saya dinasehati. Saya pun menjelaskan bahwa saya bekerja dari kosan.

3. Dijadikan Tempat Curhat

Pemilik kosan lansia sering merasa kesepian, sehingga menjadikan penghuni kosan sebagai teman curhat. Topik pembicaraannya biasanya berkisar pada masalah keluarga, seperti warisan atau hubungan dengan anak-anak mereka. Meskipun niat mereka baik, penghuni kosan bisa merasa canggung jika terlalu sering terlibat.

Untuk menghadapi situasi ketika pemilik kosan sering curhat, usahakan menjadi pendengar yang sopan dan menunjukkan empati. Namun, jika interaksi tersebut mulai terasa mengganggu, batasi dengan cara halus, seperti menyampaikan bahwa sedang sibuk bekerja atau belajar. Jika curhatan yang disampaikan terasa terlalu berat, cobalah mengarahkan pembicaraan ke topik yang lebih ringan dan positif agar suasana tetap nyaman bagi kedua pihak.

4. Sulit Menegur Penghuni Baru

Pemilik kosan lansia terkadang merasa segan atau tidak berani menegur penghuni baru yang mengganggu kenyamanan, seperti berisik atau tidak menjaga kebersihan. Hal ini dapat mempengaruhi ketertiban di kosan dan mengganggu penghuni lain.

Jika penghuni baru di kosan menimbulkan gangguan, mulailah dengan mendiskusikan masalah tersebut bersama penghuni lain untuk mencari solusi bersama. Apabila situasi tidak membaik, sampaikan keluhan secara langsung kepada pemilik kosan dengan sopan. Selain itu juga dapat menawarkan bantuan untuk menyampaikan teguran kepada penghuni baru jika pemilik kosan merasa segan atau kurang nyaman melakukannya sendiri.

Suatu waktu di kosan tempat saya tinggal ada penghuni baru, mahasiswa baru. Teman-temannya selalu main ke kosan, tak mengenal waktu, siang dan malam. Terkadang satu kelas dibawanya ke kosan. Maka saya pun mengeluhkan hal ini kepada pemilik kosan, supaya penghuni baru ini ditegur. Bukan hanya saya saja yang merasa terganggu, penghuni kosan lain juga merasa terganggu. Sebab kamar mandi jadi kotor dan mereka selalu mengatakan kata-kata yang kasar.

Ketika dikeluhkan hal ini, pemilik kosan hanya bilang "Nenek nggak berani kalau menegur penghuni baru, kamu saja yang negur." Setelah mendapat izin, saya tegur saja mereka. Sebenarnya saya deg-degan juga kalau  mereka marah, lalu main keroyokan, kalau satu lawan satu sih tidak masalah. Ijal dan Pak Dhe yang juga penghuni lama juga minta kepada saya supaya menegur, jika penghuni tidak terima, maka mereka berdua juga akan maju.

Untungnya sih penghuni baru dan teman-temannya terima-terima aja, lalu minta maaf lah. Tetapi beberapa hari kemudian mereka pindah sih. Mungkin karena saya ngomong begini "Ini tuh kosan, bukan kontrakan, apalagi beskem. Kalau mau kumpul-kumpul sampai larut malam mending cari kontrakan, lalu dijadikan beskem."

Itu 4 tantangannya. Enaknya sih kalau sudah jadi penghuni lama bisa molor bayar kosannya, asalkan alasannya jelas. Selain itu pemilik kosan sering membagikan makanan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun