Memilih kosan adalah keputusan penting bagi siapa saja yang merantau. Banyak faktor yang perlu dipertimbangkan, mulai dari lokasi, harga, fasilitas, hingga sikap pemilik kosan. Salah satu hal yang kerap menjadi perhatian adalah ketika pemilik kosan sudah berusia lanjut. Pemilik kosan lansia tentu memiliki kelebihan, seperti pengalaman panjang dalam mengelola kosan, namun ada beberapa tantangan yang dihadapi oleh penghuni.
Berikut adalah 4 tantangan yang sering ditemui saat tinggal di kosan dengan pemilik lansia, serta cara menghadapinya:
1. Pembayaran Masih Manual dan Tidak Ada Kwitansi
Pemilik kosan lansia umumnya lebih nyaman dengan sistem pembayaran manual karena kurang akrab dengan metode transfer bank atau pembayaran digital. Sayangnya, sistem ini seringkali tidak disertai kwitansi, sehingga dapat memicu masalah.
Sering banget terjadi kasus sudah bayar kosan satu bulan, tetapi pemilik kosan mengklaim belum bayar. Sementara itu yang menyewa kosan tidak ada bukti kwitansi atau saksi. Kemudian sering juga terjadi sudah bayar sekalian tiga bulan, eh bulan depannya ditagih lagi. Alhamdulilahnya saya tidak pernah mengalami hal ini sih.
Untuk menghadapi pembayaran manual tanpa kwitansi, mending membawa kwitansi sendiri untuk mencatat transaksi sebagai bukti. Selain itu, jika memungkinkan, tawarkan bantuan secara sopan untuk memperkenalkan metode pembayaran digital, seperti transfer bank atau aplikasi pembayaran, dengan sabar dan penuh pengertian.
2. Aturan yang Terlalu Ketat atau Sifat Rewel
Pemilik lansia sering kali memiliki aturan yang ketat atau mengingatkan penghuni secara berulang tentang larangan tertentu, seperti tidak membawa teman lawan jenis ke kosan atau menjaga kebersihan. Bagi sebagian orang, sifat rewel ini bisa terasa mengganggu, terutama jika menyentuh ranah personal.
Untuk menghadapi aturan yang ketat atau teguran yang sering, cobalah untuk mendengarkan dan memahami alasan di balik aturan tersebut. Biasanya, aturan semacam ini dibuat untuk menjaga kenyamanan dan ketertiban bagi seluruh penghuni kosan. Namun, jika merasa terlalu sering ditegur, sampaikan hal tersebut dengan sopan kepada pemilik kosan.
Dua tetangga kosan saya sekarang ini misalnya yang jomblo, di mana usianya sudah lebih dari 35 tahun, dalam beberapa kesempatan selalu dinasehati untuk menikah. Untung saja mereka tidak baper dengan nasehat pemilik kosan. Â Lain halnya mereka, lain halnya saya. Sudah beberapa bulan ini saya lebih sering di kosan, sebab pekerjaan saya sekarang ini dikerjakan dari kosan. Sudah barang tentu saya dikira pemilik kosan hanya tidur-tiduran saja, alahasil saya dinasehati. Saya pun menjelaskan bahwa saya bekerja dari kosan.
3. Dijadikan Tempat Curhat