Mohon tunggu...
Malik Ibnu Zaman
Malik Ibnu Zaman Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Lepas

Suka baca buku

Selanjutnya

Tutup

Ramadan

Mata yang Enak Dipandang, Bacaan Asyik Saat Ramadan

27 Maret 2024   22:48 Diperbarui: 27 Maret 2024   22:52 147
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ramadan, bulan penuh berkah yang dinanti-nantikan oleh umat Muslim di seluruh dunia, tidak hanya merupakan waktu untuk meningkatkan ibadah, tetapi juga untuk merenungkan dan memperdalam hubungan dengan Allah SWT.

Di tengah kesibukan menjalankan ibadah puasa dan menjaga diri dari godaan duniawi, ada kebutuhan untuk menemukan bacaan yang dapat memberikan inspirasi, pengetahuan, dan ketenangan jiwa. Salah satu bacaan asyik saya saat Ramadan adalah kumpulen cerpen Ahmad Tohari berjudul Mata yang Enak Dipandang.

Pada artikel ini saya akan membahas mengenai karya dari Ahmad Tohari. Banyak sekali karya dari Ahmad Tohari, yaitu: Senyum Karyamin, Kubah, Orang-Orang Proyek, Ronggeng Dukuh Paruk, Lingkar Tanah Lingkar Air, Mata yang Enak Dipandang, Bekisar Merah, Di Kaki Bukit Cibalak.

Baca juga: Pantun Ramadan

Sedikit informasi Ahmad Tohari merupakan seorang sastrawan dan budayawan kelahiran Banyumas, Jawa Tengah. Jika kita membaca karya beliau, tentu kita sepakat bahwa karya beliau memiliki ciri khasnya tersendiri.

Nah, salah satu karya dari Ahmad Tohari adalah Buku yang berjudul Mata yang Enak Dipandang. Buku ini merupakan buku kumpulan cerpen, terdiri dari 15 cerita pendek dari Ahmad Tohari yang tersebar di sejumlah media cetak pada kurun waktu tahun 1983 sampai dengan 1997. Adapun judul buku ini diambil dari salah satu judul cerpen yaitu Mata yang Enak Dipandang.

Kelima belas judul cerpen dalam Buku Mata yang Enak Dipandang yaitu: Mata yang Enak Dipandang, Bila Jebris Ada di Rumah Kami, Penipu yang Keempat, Daruan, Warung Penajem, Paman Doblo Merobek Layang-Layang, Kang Sarpin Minta Dikebiri, Akhirnya Kasrim Menyeberang Jalan, Sayur Bleketupuk, Rusmi Ingin Pulang, Dawir Turah dan Tolol, Harta Gantungan, Pemandangan Perut, Salam dari Penyangga Langit, Bulan Kuning Sudah Tenggelam.

Seperti novel-novelnya, dalam cerita pendeknya Ahmad Tohari juga selalu mengangkat kehidupan rakyat kecil dengan seluk beluk permasalahan yang terjadi. Ia piawai dalam mengangkat kisah tersebut sehingga mampu membuat pembaca mampu simpati ketika membaca karyanya. Buku Mata yang Enak Dipandang wajib banget untuk dibaca khususnya bagi mereka yang suka dengan cerita pendek.

Dari 15 judul cerpen dalam Buku Mata yang Enak Dipandang, saya suka semuanya. Tetapi pada artikel ini saya akan mengulas sedikit cerpen yang berjudul Pemandangan Perut. Cerpen ini menceritakan tokoh bernama Sardupi lelaki bertubuh kecil, berkulit hitam, dan tidak menikah. Meskipun sudah berumur, ia suka bermain dengan anak-anak kecil. Lalu ketika diajak bicara ia selalu merendahkan mata. Ia juga suka tersenyum atau tertawa sendiri. Sehingga sebagian orang menganggap ia gila.

Dibalik kenyelenehannya, ternyata Sardupi ika melihat orang yang ia lihat hanyalah tulang-tulang yang tersusun menjadi kerangka manusia dan bergerak sempoyongan seperti jelangkung. Ia juga sering melihat layar tancep dalam rongga perut semua orang, dan anak-anak gambarnya enak dipandang. Itu sebabnya Sardupi sering berkumpul dengan anak-anak.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun