Â
Tari Topeng Sinok merupakan kesenian tari baru dari Brebes. Sebab, selama ini Brebes  sebenarnya tidak memiliki kesenian khas daerah Brebes. Hampir semua kesenian yang ditampilkan di pentas budaya, baik di masyarakat umum maupun acara formal, merupakan kesenian daerah lain, misalnya Angklung, Tari Jaipong, Sintren dan lainnya.Â
Brebes berbatasan dengan dua wilayah budaya yang berbeda : budaya Sunda dan Jawa. Artinya Brebes 'bingung' dengan identitasnya, mengingat beberapa daerah di Brebes dipengaruhi oleh budaya Sunda, sementara yang lain dipengaruhi oleh budaya Jawa. Karena keprihatinan tersebut, Suparyanto dari Dewan Kesenian Brebes menciptakan tarian yang lahir dari asimilasi budaya di lingkungan Brebes yaitu Tari Topeng Sinok.
Topeng adalah penutup wajah. Topeng adalah simbol tidak harus pamer atau menyombongkan kecantikan seorang wanita. Kata "sinok" adalah nama panggilan seorang gadis. Tari Topeng Sinok menunjukan bahwa keindahan, keanggunan, dan keluwesan wanita Brebes tidak menafikan kecintaan mereka pada alam dan pekerjaan mereka sebagai petani. Koreografi dan gerakannya terinspirasi dari Tari Endel Tegal, Tari Topeng Cirebon, Tari Jaipong, Sintren, serta Tari Topeng Banyumasan. Bedanya, Tari Topeng Sinok memiliki gerakan yang lebih lembut, anggun, dan lemah gemulai.
Tari ini pertama kali dipentaskan sekitar tahun 2010 di Stadion Karangbirahi tepat saat perayaan Hari Ulang Tahun Brebes. Dipentaskan secara masal dengan jumlah penari 200 orang. Dan seluruhnya merupakan siswi SMA yang ada disekitar kota Brebes.
Bebebrapa nama koreografinya adalah sebagai berikut :
- Maju Beksan : Gerakan berjalan untuk memulai aktivitas.
- Gerakan Sembahan : Berdoa pada Yang Maha Kuasa sebelum melakukan aktivitas. Hal ini mengingatkan bahwa segala aktivitas atau pekerjaan yang kita lakukan harus diawali dengan doa. Setelah gerakan sembahan, topeng dipakai.
- Gerakan memikul bawang merah.
- Gerakan Panen Bawang.
- Mundur Beksan : gerakan setelh melakukan aktivitas seharin disawah.
Selain itu, topeng yang dipakai saat bekerja seolah mengingatkan kita bahwa sejatinya setiap manusia saat melakukan pekerjaan harus profesional, segala urusn pribadi harus pandai-pandai disembunyikan, jangan sampai dilibatkan dalam pekerjaan.
Musik pengiring tarian ini terdiri dari gamelan,kendang, dan lagu pengiring yang menggunakan bahasa Brebes. Liriknya tidak panjang dan berulang. Kostum yang digunakan, bagian dalam berwarna merah jambu, rompi kuning, selendang, dan aksesoris lain seperti pada umumnya.
Literatur tentang topeng sinok ini pun masih sangat minim. Banyak masyarakat Brebes yang belum mengetahuinnya. Hal ini dikarenakan kurangnya sosialisasi oleh seniman di Brebes, serta pemerintah kabupaten pun kurang memperhatikan seniman-seniman yang ada di Brebes. Selain itu, pementasannya pun masih terbatas seperti di pembukaan sminar dan workshop.
Tari Topeng Sinok mungkin hanyalah salah satu yang terlihat, dan mungkin sebenarnya ada kesenian-kesenian daerah terutama di desa-desa yang masih belum terekspos karena kurangnya panggung untuk pertunjukan seni.
Secara eksplisit Tarian Topeng Sinok dapat dikatakan menjadi representasi dari penyatuan dua kebudayaan yang berbeda yaitu Sunda dan Jawa. Dua kebudayaan yang menurut banyak orang sangat berlawanan, namun dalam tarian ini keduanya disatukan membentuk suatu harmoni dalam gerak tari.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H