Orang menembak kodok tebu dengan senapan angin, menggetoknya dengan palu dan stik golf, sengaja melindasnya dengan mobil, membekukannya dalam kulkas, dan menyemprotkan dengan pembasmi kodok.
Langkah kecil untuk mengontrol perkembangan kodok tebu dengan mengambil telur-telur mereka yang tersebar di sungai dan kubangan air.Â
Pemerintah Australia menghabiskan setidaknya 20 juta dollar Australia untuk mengurangi dampak dari serangan kodok tebu. Mereka melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan kemampuan bertahan hidup spesies asli dan mengurangi dampak dari kodok tebu.
Pada tahun 200o, Commonwealth Scientific and Industrial Research Organisation (CSIRO) mengembangkan program pengendalian biologis kodok tebu yang didanai oleh Pemerintah Australia.
Tujuan diadakannya program tersebut untuk mengendalikan dampak biologis dari kodok tebu dalam jangka panjang.Â
Program ini melibatkan rekayasa virus yang akan menginfeksi katak muda dan menghentikan mereka berkembangbiak menjadi katak dewasa.
Namun masih ada kendala terkait mengembangkan rekayasa virus untuk mengendalikan katak tebu, termasuk ketersediaan vektor virus yang dapat diterima.
Pada tahun 2008, program ini berakhir dengan kesimpulan bahwa pelepasan virus untuk mengontrol perkembangan kodok tebu mungkin tidak mendapatkan persetujuan karena peraturan tentang penggunaan organisme hasil rekayasa genetika di lingkungan.
Mengelola dampak lokal katak tebu dibandingkan memusnahkannya merupakan pendekatan jangka panjang yang lebih efektif.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H