Mohon tunggu...
Malik Fajar
Malik Fajar Mohon Tunggu... Mahasiswa - Lagi suka menulis

Hii, Seorang blogger yang suka menulis hal-hal random di internet. Mungkin tulisannya tidak sebagus dan serapi penulis-penulis lain yang sudah menggeluti dunia penulisan sejak lama.

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Dampak Pencemaran Suara terhadap Hewan Laut

12 Februari 2023   12:35 Diperbarui: 12 Februari 2023   12:47 750
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Image by lisadh42 from Pixabay 

Cara Hewan Laut Berkomunikasi

Hewan merupakan makhluk hidup yang memiliki cara hidup yang berbeda-beda setiap spesiesnya. Mulai dari cara berburu, mencari makan, berkomunikasi, hingga mempertahankan diri.

Hewan laut seperti paus dan lumba-lumba memiliki cara unik untuk berkomunikasi dengan kawanannya. merekan  mengeluarkan suara unik dalam frekuensi tertentu agar dapat mengetahui keberadaan kawanannya.

Selain untuk berkomunikasi dengan kawanannya, mereka juga mengeluarkan suara untuk mendeteksi obyek yang ada di sekitarnya. Seperti ukuran benda tersebut, seberapa jauh benda tersebut, dan menentukan keberadaan benda tersebut ada di atas atau di bawahnya.

Cara berkomunikasi yang dilakukan hewan laut tersebut sama persis seperti yang kelalawar lakukan. Hewan-hewan tersebut memanfaatkan suara untuk mengenali lingkungan sekitarnya. Kemampuan itu disebut dengan echolocation.

Image by Jeremy Bishop from pexels
Image by Jeremy Bishop from pexels

Polusi Suara dan Hewan Laut

Polusi suara menjadi sebuah masalah yang cukup serius bagi makhluk hidup yang habitatnya berada di laut. 

Kenapa begitu?  

Karena sebagian besar hewan laut mengandalkan pendengaran mereka untuk bertahan hidup. Suara merupakan media paling efektif dan efisien untuk berkomunikasi di dalam air. Hewan laut menggunakan suara untuk mencari mangsa, menemukan pasangan, menghindari predator, dan berkomunikasi dengan sesamanya.

Beberapa abad terakhir, kegiatan manusia seperti pelayaran, pengiriman melalui jalur air, dan ekplorasi energi seperti pengeboran minyak telah meningkat di pesisir pantai dan juga di laut lepas. 

Photo by Michael Kabus: https://www.pexels.com/photo/aerial-shot-of-ship-on-body-of-water-844426/ 
Photo by Michael Kabus: https://www.pexels.com/photo/aerial-shot-of-ship-on-body-of-water-844426/ 

Hal tersebut membuat hewan laut yang mengandalkan suara untuk bertahan hidup terkena dampaknya. Meningkatnya suara bising yang ditimbulkan dari aktivitas manusia, membuat kemampuan hewan-hewan laut untuk berkomunikasi dengan sesamanya menjadi menurun.

Jika polusi suara terus meningkat akan berdampak kepada penurunan kemampuan mereka untuk bertahan hidup, seperti sulit berkomunikasi, sulit mendeteksi adanya predator, dan sebagainya. Keadaan tersebut akan memberikan efek kepada penurunan populasi dari hewan-hewan laut tersebut

Efek Polusi Suara Terhadap Lumba-Lumba

Baru-baru ini telah dilakukan sebuah penelitian oleh sekelompok peneliti dari Universitas Bristol di Inggris, mengenai pengaruh polusi suara terhadap lumba-lumba dalam bekerja sama.

Penelitian ini dilakukan dengan memasukan dua lumba-lumba hidung botol ke dalam sebuah kolam eksperimen. Kedua lumba-lumba dipandu oleh seorang pelatih untuk mengerjakan tugas yang telah disiapkan.

Sebelumnya, lubang udara lumba-lumba dipasang sebuah alat untuk mengukur seberapa keras suara yang dikeluarkan lumba-lumba.

Dalam eksperimen ini ditemukan bahwa ketika lumba-lumba berada di lingkungan yang memiliki tingkat kebisingan yang tinggi, mereka meningkatkan siulan dan suara mereka untuk berkomunikasi agar dapat mengimbangi kebisingan yang ada di sekitarnya.

Untuk menghasilkan suara kebisingan yang tinggi, para peneliti menggunakan mesin kapal kargo yang menghasilkan suara sampai dengan 200 dB. Angka tersebut jauh di atas batas ambang pendengaran manusia yang hanya sampai 140 dB.

Hasil Penelitian menunjukan bahwa kebisingan yang tinggi berpengaruh terhadap kerja sama antara lumba-lumba. Dalam situasi kebisingan yang tinggi, lumba-lumba hanya mampu menyelesaikan 65% tugas yang diberikan. Sedangkan, dalam kebisingan yang normal lumba-lumba mampu bekerja sama menyelesaikan tugas hingga 80%. 

Dari hasil eksperimen tersebut ditemukan bahwa aktivitas manusia yang menimbulkan suara  bising dapat mengganggu hewan laut. Hal tersebut juga disampaikan oleh Pernille Mayer Sørenson, selaku pemimpin dari penelitian mengenai lumba-lumba tersebut. 

Ia mengatakan bahwa "Jika hewan laut terpapar oleh kebisingan dan mengganggu komunikasi dengan temannya selama mencari makan, akan terjadi miskomunikasi dan akan berdampak kepada kesehatan hewan laut tersebut."

"Dan apa bila hal ini terus menerus terjadi, bisa menimbulkan konsekuensi yang besar terhadap jumlah populasi." Tambahnya.


PENUTUP

Kita semua tahu bahwa di masa modern ini segala aktivitas manusia tidak akan jauh dari yang namanya mesin. 

Namun, perlu diingat kembali bahwa kita di bumi ini bukan satu-satunya makhluk hidup. Terdapat makhluk hidup lainnya yang menjadikan bumi sebagai tempat tinggal mereka.

Oleh karena itu, kita semua harus saling menjaga satu sama lainnya, agar bumi kita ini tetap dapat ditinggali oleh berbagai makhluk hidup di dalamnya.

TERIMA KASIH

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun