Keberadaannya yang terancam punah
Mungkin kalian sadar bahwa keberadaan capung di sekitar kita mulai sulit ditemukan. Â Hal tersebut terjadi bukan tanpa sebab. Keberadaan capung yang semakin langka terjadi karena adanya penurunan populasi capung di seluruh dunia setiap tahunnya.
Penelitian yang dilakukan oleh International Union for Conservation of Nature (IUCN) menemukan fakta bahwa 16% dari total 6.016  spesies capung dan capung jarum berada dalam ancaman kepunahan. Beberapa spesies capung sudah tercatat oleh IUCN Red List. Spesies yang tercatat ke dalam Red List secepat mungkin harus dilakukan tindakan untuk menyelamatkan spesies tersebut dari kepunahan.
Dikutip langsung dari laman IUCN Red list, tercatat sebanyak 708 spesies capung masuk ke dalam Red List. 301 di antaranya di kategorikan spisies rentan, 311 spesies kategori terancam punah, dan 96 spesies kategori sangat terancam punah.
Ancaman kepunahan ini sebenarnya bukan terjadi kepada spesies capung saja, tetapi hampir semua jenis serangga yang ada di seluruh dunia.
Penyebab kepunahan
Penyebab dari penurunan spesies capung yang signifikan ini tidak lepas dari campur tangan manusia. Seperti yang kita tahu bahwa capung merupakan jenis serangga yang hidup di iklim tropis.Â
Mereka suka terhadap lahan yang basah dan di tumbuhi dengan tumbuhan rawa. Lingkungan seperti itu sering kita jumpai di wilayah Asia selatan, Asia Tenggara, dan Amerika Selatan.Â
Semakin berkurangnya lahan basah di dunia, menjadi alasan banyak spesies capung yang mulai terancam punah. Banyak daerah yang dulunya merupakan lahan basah, sekarang berubah menjadi pemukiman dan bangunan komersial. Di daerah Asia Tenggara lahan basah banyak berubah menjadi perkebunan sawit.
Keberadaan lahan basah seringkali dinilai sebagai lahan yang tidak cocok untuk manusia. Namun ternyata lahan basah memiliki peran penting untuk keberlangsungan ekosistem hewan-hewan seperti capung dan serangga lainnya.
Capung dan Lahan Basah
Capung dan lahan basah ini bisa dibilang dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Kedua hal tersebut saling bergantung satu sama lain. Capung membutuhkan lahan basah untuk keberlangsungan spisies mereka. Sedangkan lahan basah membutuhkan capung untuk memantau kualitas dan kesehatan tanah di daerah tersebut.
Setiap perubahan kecil seperti kualitas air yang terjadi di habitat mereka akan mempengaruhi para serangga. Termasuk faktor perubahan seperti suhu, keasaman, kekeruhan, atau bahkan polusi pada air akan menggangu keberlangsungan hidup para serangga, terutama serangga muda.
Para serangga memiliki peran penting dalam upaya mengontrol hama  di alam. Penelitian yang dilakukan oleh IUCN menemukan bahwa capung merupakan predator kecil di lahan basah. Mereka memangsa larva-larva kecil dari nyamuk, lalat, dan hama kecil lainnya sebelum tumbuh dewasa.
Perlu dilakukan konservasi
Untuk menghindari dan mencegah penurunan spesies capung ini terus berlanjut, perlu dilakukan upaya pelestarian dan juga perlindungan terhadap spesies yang terancam punah ini.
Dr Viola Clausnitzer, ketua asosiasi spesialis capung mengatakan.
"Kita perlu bergerak dan peduli terhadap lahan basah di sekitar kita, entah itu di sungai kecil di perkotaan, lahan pertanian, atau habitat asli dari para serangga."
Dia menghimbau kepada seluruh pemerintah untuk mempertimbangkan perlindungan lahan basah dalam pembangunan proyek. Seperti melindungi habitat asli dari para serangga dan membuat lahan basah di area perkotaan. Clausnizer juga menyingung mengenai pemakaian pestisida dan polutan yang akan mempengaruhi kualiatas air di lingkungan.
Melindungi lahan basah yang ada di dunia bukan hanya akan menyelamatkan ribuan spesies capung, tetapi juga ribuan jenis serangga lainnya.
Referensi:
Artikel 1Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Artikel 2Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â IUCN Red list
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H