Apa Itu Alka Besar?
Bagi sebagian atau bahkan kebanyakan orang mungkin tidak tahu dengan hewan yang bernama latin pinguinus impennis ini. Alka besar adalah jenis burung yang tidak bisa terbang seperti piguin.
Kedua hewan tersebut memiliki banyak kesamaan, seperti warna bulunya yang berwarna putih di bagian perut, bagian bulat di sekitar mata  dan warna hitam menyelimuti kepala hingga ke punggung.Â
Selain itu, alka besar memiliki kehebatan yang sama dengan piguin dalam urusan berenang dan hidup layaknya seorang pinguin. Bahkan ada yang mengatakan alka besar adalah "pinguin" yang asli.
Meskipun memiliki banyak kesamaan, ternyata kedua hewan tersebut dari kelompok yang berbeda. Alka besar merupakan bagian dari Alcidae Family, yaitu kelompok burung laut yang menghabiskan banyak waktunya di dalam air.Â
Burung-burung yang termasuk kedalam Alcidae family memiliki kesamaan pada warna bulu mereka yang berwarna polkadot. Jenis burung ini selain alka besar ada juga burung puffin, guillemot, razorbill, dll.
Sejarah Alka Besar ditemukan
Alka Besar pertama kali ditemukan ketika ekspedisi yang dilakukan oleh Britania pada tahun 1622. Pada kala itu kelompok ekspedisi yang dipimpin oleh Richard Whitbourne menemukan sekumpulan unggas di sebuah pulau.
Jumlahnya yang banyak membuat unggas-unggas tersebut diangkut ke dalam kapal untuk dijadikan makanan perbekalan mereka selama ekspedisi. Unggas tersebut ialah alka besar.
Beberapa puluh tahun kemudian setelah alka besar pertama kali ditemukan. Manusia mulai berdatangan ke pulau yang dihuni oleh ratusan bahkan jutaan alka besar. Pulau itu diberi nama Pulau Funk. Manusia mulai melihat alka besar ini bukan hanya sekedar hewan endimik Pulau Funk, tapi sebagai hewan yang dapat memenuhi segala kebutuhan mereka.
Kepunahan Alka Besar
Sebelum alka besar ditemukan oleh manusia pada tahun 1622. Alka besar tersebar dari Norwegia sampai Newfoundland dan dari Italia sampai Florida. Pada saat pendatang dari skandinavia bermigrasi ke Islandia, mereka menemukan sekumpulan alka besar di daerah tersebut. Mereka menjadikan alka besar sebagai makanan sehari-hari mereka.Â
Sejak pertama kali manusia datang ke Islandia, banyak habitat alka besar yang hancur hingga persebarannya di beberapa wilayah menjadi berkurang.
Pemburuan Besar-besaran
Kehancuran alka besar semakin menjadi nyata ketika bangsa eropa mulai pergi ke Newfoundland (sekarang Pulau Funk) untuk menangkap ikan kod. Mereka menemukan ratusan ribu alka besar disana. Alka besar dijadikan sebagai makanan, umpan ikan, sumber bulu pengisi kasur, dan bahan bakar.
Bulu alka besar pada saat itu sangat berharga, sehingga banyak penduduk yang menghabiskan musim panas mereka untuk mencabuti burung alka besar. Bahkan yang lebih kejamnya menurut Aaron Thomas seorang pelaut asal Inggris mengatakan:
Jika anda datang untuk mendapatkan bulu mereka. Anda tidak perlu membunuh burungnya, cukup tankap satu dan cabuti bulunya yang paling bagus. Kemudian biarkan Penguin malang itu mengambang, dengan kulit sudah setengah telanjang, agar bisa mati sekuka dia.
Sejak saat itu populasi alka besar merosot tajam karena pembantaian besar-besaran yang dilakukan, sedangkan alka besar hanya menghasilkan satu telur per tahun.Â
Hingga pada tahun 1800-an seorang pelukis Amerika bernama John James Audubon memutuskan pergi ke Newfoundland untuk melukis alka besar. Betapa terkejutnya dia ketika tidak melihat satu ekor pun dari keberadaan alka besar.
Alka Besar Terakhir
Setelah itu, hanya tersisa satu tempat dimana alka besar dapat ditemukan yaitu di pulau bernama Eldey. Pada Juli 1844, ada sekelompok pemuda pergi ke pulau tersebut untuk berburu alka besar. Â Sesampai di pulau itu mereka menemukan sepasang burng dan telur.Â
Dalam beberapa menit sekolompok remaja itu berhasil menangkap sepasang alka besar tadi dan memecahkan telurnya dalam proses pengejaran. Sekolompok remaja itu memburu alka untuk dijual kulit dan dagingnya kepada para pedagang.Â
Sayangnya, sekolompok remaja tadi merupakan orang terakhir yang melihat alka besar hidup-hidup. Sejak itu tidak ada lagi yang melihat alka besar hidup-hidup dan alka besar dinyatakan sebagai hewan yang sudah punah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H