Sejak pertama kali manusia datang ke Islandia, banyak habitat alka besar yang hancur hingga persebarannya di beberapa wilayah menjadi berkurang.
Pemburuan Besar-besaran
Kehancuran alka besar semakin menjadi nyata ketika bangsa eropa mulai pergi ke Newfoundland (sekarang Pulau Funk) untuk menangkap ikan kod. Mereka menemukan ratusan ribu alka besar disana. Alka besar dijadikan sebagai makanan, umpan ikan, sumber bulu pengisi kasur, dan bahan bakar.
Bulu alka besar pada saat itu sangat berharga, sehingga banyak penduduk yang menghabiskan musim panas mereka untuk mencabuti burung alka besar. Bahkan yang lebih kejamnya menurut Aaron Thomas seorang pelaut asal Inggris mengatakan:
Jika anda datang untuk mendapatkan bulu mereka. Anda tidak perlu membunuh burungnya, cukup tankap satu dan cabuti bulunya yang paling bagus. Kemudian biarkan Penguin malang itu mengambang, dengan kulit sudah setengah telanjang, agar bisa mati sekuka dia.
Sejak saat itu populasi alka besar merosot tajam karena pembantaian besar-besaran yang dilakukan, sedangkan alka besar hanya menghasilkan satu telur per tahun.Â
Hingga pada tahun 1800-an seorang pelukis Amerika bernama John James Audubon memutuskan pergi ke Newfoundland untuk melukis alka besar. Betapa terkejutnya dia ketika tidak melihat satu ekor pun dari keberadaan alka besar.
Alka Besar Terakhir
Setelah itu, hanya tersisa satu tempat dimana alka besar dapat ditemukan yaitu di pulau bernama Eldey. Pada Juli 1844, ada sekelompok pemuda pergi ke pulau tersebut untuk berburu alka besar. Â Sesampai di pulau itu mereka menemukan sepasang burng dan telur.Â
Dalam beberapa menit sekolompok remaja itu berhasil menangkap sepasang alka besar tadi dan memecahkan telurnya dalam proses pengejaran. Sekolompok remaja itu memburu alka untuk dijual kulit dan dagingnya kepada para pedagang.Â
Sayangnya, sekolompok remaja tadi merupakan orang terakhir yang melihat alka besar hidup-hidup. Sejak itu tidak ada lagi yang melihat alka besar hidup-hidup dan alka besar dinyatakan sebagai hewan yang sudah punah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H