Mohon tunggu...
Mohamad Sastrawan
Mohamad Sastrawan Mohon Tunggu... Dosen - Dosen Sekolah Tinggi Agama Islam Matraman

http://malikbewok.wordpress.com/

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Menelusuri Jejak Islam di Banten Lama

1 Januari 2019   07:59 Diperbarui: 1 Januari 2019   19:09 1128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Masjid Agung Banten Lama yang kini memiliki payung seperti di Haramain (dokpri)

3. Ki Urang,  satu dari dua meriam yang dirampas dari kapal orang Parenggi (orang-orang Eropa).

4. Ki Jajak Tua, meriam yang dipakai pada peristiwa penyerbuan para pemberontak di Pailir. Peristiwa ini terjadi pada masa pemerintahan raja Abdul Kadir Kenari. Pada saat itu raja masih kecil menyaksikan peristiwa peperangan tersebut. Perang berhenti setelah ditengahi oleh Pangeran Jaketra. Di antara orang yang dikenal dalam peristiwa ini adalah Pangeran Abdul Kadir, Pangeran Kulon, Pangeran Jaketra, Pangeran Papatih, Pangeran Singareja dan Tubagus Prabangsa. Meriam ini pernah dipakai dalam satu peristiwa peperangan bersama dengan meriam Ki Kalantaka dan beberapa meriam lainnya.
Meriam digunakan untuk melawan penjajahan Belanda. Ini menunjukkan Kesultanan Islam Banten sangat keras menghadapi agresi Belanda. Semangat keislaman ini berbarengan dengan semangat perlawanan terhadap kezaliman dan ketidakadilan. Di bawah pengaruh kerajaan, rakyat Banten bersama kerajaan melakukan perlawanan gigih terhadap agresi Belanda.

Sultan mengobarkan perlawanan karena kaum penjajah telah bertindak zalim dan tidak adil terhadap masyarakat pribumi. Banten merupakan salah satu wilayah yang paling keras perlawanannya terhadap penjajahan Belanda.

Museum Situs Kepurbakalaan Banten Lama (dokpri)
Museum Situs Kepurbakalaan Banten Lama (dokpri)
Islam memberi pengaruh kuat terhadap rakyat Banten untuk bangkit melawan penjajahan. Hal itu masuk akal karena kantong-kantong pemukiman muslim di Banten telah tumbuh pada awal abad ke-16 Masehi, khususnya di di pesisir utara teluk Banten. Saat itu, Banten merupakan bandar pelabuhan yang strategis dan penting, karena didatangi oleh sejumlah pedagang dari berbagai negara.

Islamisasi di Banten sangat gencar dilakukan Sunan Gunung Jati atau Syarif Hidayatullah yang merupakan salah satu Wali Songo. Syarif Hidayatullah adalah yang mendirikan Kesultanan Islam di Banten dengan gelar Fatahillah. Bersama 98 muridnya dari Cirebon, Fatahillah berhasil mengislamkan kawasan Banten Ilir dan pelabuhan Kerajaan Sunda-Pakwan. Pengaruh Islam kemudian meluas hingga sejumlah pelabuhan di pantau utara Jawa.

Di bawah Fatahillah, Banten mengalami kemajuan pesat di bidang perdagangan, militer dan ekonomi. Roda perekonomian terjadi di pelabuhan Karangantu. Pelabuhan ini merupakan yang terbesar sekaligus tertua dalam sejarah perdagangan internasional di Indonesia.

Meski Islam mendominasi sejarah Banten, ternyata ditemukan juga peninggalan dari zaman Hindu berupa Arca Nandi. Selain itu, Banten juga pernah dipengaruhi kebudayaan Cina dengan ditemukannya keramik dari Dinasti Ming, Dinasti Qing dan mata uang dari Dinasti Tang. (*)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun