Mohon tunggu...
Mohamad Sastrawan
Mohamad Sastrawan Mohon Tunggu... Dosen - Dosen Sekolah Tinggi Agama Islam Matraman

http://malikbewok.wordpress.com/

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Menelusuri Jejak Islam di Banten Lama

1 Januari 2019   07:59 Diperbarui: 1 Januari 2019   19:09 1128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Benteng Speelwijk yang menjadi pertahanan Kesultanan Banten (dokpri)

Jalan-jalan ke Banten Lama bisa menjadi salah satu tujuan wisata yang patut dipertimbangkan. Lokasinya pun boleh dibilang dekat dengan ibu kota. Ketika keluar pintu tol Serang Timur, perjalanan yang harus ditempuh ke Banten Lama sekitar 11 km lagi.

Pemerintah Provinsi Banten saat ini memugar sejumlah situs untuk meningkatkan jumlah pengunjung. Pembangunan Masjid Agung Banten Lama terus dilakukan, salah satunya memasang tiang-tiang berpayung seperti di Masjid Nabawi Madinah dan Masjidil Haram Makkah.

Di Banten Lama, kita akan diajak memasuki era Kesultanan Islam Banten abad ke-16 dan ke-17. Sisa-sisa bangunan berupa benteng, makam, kolam pemandian menjadi saksi bagaimana megahnya keraton di era Kesultanan Islam Banten.

Para Sultan menjadikan kerajaan mereka maju secara teknologi yakni mengembangkan sistem perdagangan di pelabuhan hingga mendatangkan pengembara dari dalam dan luar negeri.

Situs Danau Tasikardi (dokpri)
Situs Danau Tasikardi (dokpri)
Mereka juga mampu membangun sistem pengairan untuk menggarap sawah dan kebutuhan sehari-hari. Situs Danau Tasikardi menjadi saksi bagaimana kehebatan Sultan Banten membangun sistem perairan saat itu.

Raja Banten membangun pasar sekaligus bandar yang menjadi pusat perdagangan internasional. Bandar itu adalah pelabuhan Karangantu yang terletak di luar tembok kota sebelah timur dekat laut.

Dikutip dari buku Atlas Pelabuhan-pelabuhan Bersejarah di Indonesia yang diterbitkan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (2013), dijelaskan di masa keemasannya, Pelabuhan Karangantu adalah tempat terjadinya perdagangan besar. Setiap harinya diramaikan oleh pedagang, baik laki-laki maupun perempuan. Mereka adalah saudagar dari berbagai bangsa seperti Portugis, Arab, Turki, Cina, Melayu, Bengala, Gujarat, Malabar dan para pedagang dari Nusantara.

Namun saat ini, Karangantu menjadi pelabuhan yang "dilupakan", meski masih dikunjungi untuk berwisata dan memancing. Karangantu letaknya tidak jauh dari Banten Lama yang kini menjadi wilayah konservasi sejarah.

Makam yang menjadi destinasi wisata reliji bagi peziarah (dokpri)
Makam yang menjadi destinasi wisata reliji bagi peziarah (dokpri)
Di Banten Lama, ada peninggalan Keraton Surosowan yang menjadi destinasi wisata reliji para peziarah dari berbagai tempat di Indonesia.  Selain keraton, wisatawan bisa mengunjungi Masjid Agung, Museum Kepurbakalaan Banten Lama, Danau Tasikardi, Keraton Kaibon, Vihara Avalokitesvara dan masih banyak lagi.

Destinasi paling favorit adalah makam Sultan Banten Maulana Hasanuddin yang merupakan putra Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati, salah satu dari sembilan wali (Wali Songo) yang mendirikan Kerajaan Islam Banten.

Menurut Staf Informasi Museum Kepurbakalaan Banten Lama, Siti Rohani, Keraton Surosowan adalah peninggalan Kesultanan Islam Banten yang pernah ditinggali mulai dari Sultan Maulana Hasanuddin hingga Sultan Raja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun