Mohon tunggu...
Malik Anwar
Malik Anwar Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada

Sebaik-baiknya manusia adalah yang paling banyak manfaatnya bagi manusia lainnya (HR. Ahmad)

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pilih Kampus: Realistis atau Idealis?

11 Januari 2021   23:10 Diperbarui: 12 Januari 2021   17:23 680
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Momen memilih kampus merupakan salah satu momen terpenting bagi siswa/siswi kelas 12. Momen dalam pilih kampus bisa dibilang sebagai turning point tersendiri dalam meraih cita-cita yang diinginkan, ada yang ingin menjadi dokter, pengacara, arsitek, dsb. Dan hal itu hanya bisa diraih ketika, kalian memang berkecimpung langsung di bidang tersebut, misalnya kalian ingin menjadi seorang dokter yaa berarti harus masuk ke fakultas kedokteran, kan tidak mungkin juga kalau ingin jadi dokter, tetapi masuk kuliah di fakultas filsafat, bukannya jadi dokter malah jadi filsuf ehehe. Maka dari itu, dalam hal pilih kampus harus dipersiapkan dengan matang tentunya

Tidak jarang adik kelas yang bertanya kepada saya, seperti bagaimana sih ka biar masuk universitas favorit seperti UI, UGM, maupun ITB. Hal ini menjadi bahasan yang menarik nih tentunya. Berikut ini akan saya bagikan tips dan masukan agar bisa memudahkan teman-teman sekalian dalam memilih kampus yang diinginkan:

Diskusikan dulu bersama orang tua

Tidak jarang saya temui ada beberapa adik kelas, yang dia berkeluh kesah bahwa, aku tuh pengen masuk jurusan manajemen ka, biar jadi manajer di perusahaan multinasional, tetapi orang tuaku pengen aku masuk jurusan kedokteran biar jadi dokter. Itu merupakan salah satu contoh dari sekian banyak contoh yang lainnya. Kalau bagi penulis sendiri, ini sebenarnya bukan terlalu momok menakutkan ko, asal teman-teman bisa berkoordinasi lebih jauh dengan orang tua, kemungkinan orang tua pasti setuju ko. Kan tidak mungkin orang tua tega melihat anaknya tersiksa dan tidak menikmati bangku kuliah, hanya sekadar keinginan buta orang tua semata. Selain itu, paparkan keunggulan jurusan yang kamu inginkan, kalau perlu tanya kaka tingkat atau siapapun itu yang udah kuliah di jurusan tersebut, agar lebih meyakinkan orang tuamu, paparkan juga argumentasimu bahwa jurusan yang kamu pilih itu dibutuhkan di masa depan, kalau perlu kasih contoh juga bidang pekerjaannya seperti apa. Ajaklah orang tuamu untuk bertemu orang yang akan membantumu untuk meyakinkan orang tuamu bahwa jurusan tersebut memang layak untuk digeluti, terkadang yang penulis temui itu ketika ada deadlock antara pilihan anak dan orang tua, si anak kebanyakan murung, khawatir dsb disbanding untuk menemukan solusi.

Terlalu banyak keinginan, miskin aksi

Ini yang menurut penulis salah satu penyakit akut siswa/siswi kelas 12. Tidak sedikit mereka yang bertanya kepada saya atau guru BK (bimbingan konseling) mengenai jurusan-jurusan yang mereka inginkan. Seperti contohnya missal, ka aku pengen masuk jurusan kedokteran ka pengen jadi dokter, tetapi di lain sisi aku tidak suka belajar biologi, karena terlalu banyak hafalan, semisal aku masuk jurusan Teknik sipil bagaimana yaa ka, karena aku suka banget sama fisika. Itu adalah contoh dari sekian banyak kasus yang penulis temui. Penulis mengakui memang harus matang dalam memilih jurusan yang kita inginkan, tetapi jangan sampai terlalu lama dalam memilih jurusan. Saran penulis, buatlah plan a, b,c hingga seterusnya, hal ini menjadi penting demi memetakan jurusan yang kamu inginkan. Lebih bagus lagi plan tersebut sudah matang menjelang semester dua, yaa walaupun nanti misalnya ada perombakan tidak terlalu jadi masalah, karena pondasi awal teman-teman dalam memilih jurusan itu sudah kuat.

Belajarlah dari jauh-jauh hari

Penulis sendiri, jujur saja mempersiapkan untuk tes masuk perguruan tinggi hingga akhirnya diterima di Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada itu kurang lebih 10 bulan teman-teman ehehe, waktu yang tidak sedikit memang. Dengan jarak waktu yang begitu Panjang, teman-teman bisa merefleksikan apa saja sih kemampuan teman-teman yang kurang, misalnya aku kurang di bagian hitung-hitungan nih kaa, nah dengan tenggang waktu yang luas, teman-teman masih bisa untuk mengejar kemampuan teman-teman yang tertinggal itu. Belajar sejak jauh hari, tidak ada yang rugi ko, justru teman-teman bisa mengambil start dahulu dibanding teman yang lainnya, kan asik juga yaa kalau teman-teman udah menguasai materi A misalnya, ehh teman kalian baru saja mulai belajar. Kan ada margin yang besar tuh antara kemampuan kalian dengan teman yang lainnya

Sering-sering ikut uji coba

Ini salah satu yang berpengaruh banget menurut penulis. Enggak harus yang berbayar juga ko, yang gratisan juga banyak, pinter-pinter kalian saja dalam mencarinya. Dengan kalian ikut uji coba, kalian bisa mengukur sejauh mana kemampuan kalian dibanding dengan teman yang lainnya. Biasanya setau penulis, nanti ada hasilnya mengenai kekurangan dan kelebihan per mata pelajaran. Nah nanti disitu kalian bisa memetakan ulang deh mana yang harus ditingkatkan dan mana yang harus dipelajari secara lebih mendalam lagi

Sadar akan kemampuan diri sendiri

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun