Mohon tunggu...
Malik Anwar
Malik Anwar Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada

Sebaik-baiknya manusia adalah yang paling banyak manfaatnya bagi manusia lainnya (HR. Ahmad)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mengambil Untaian Makna dan Nilai Moral dari Cerita Rakyat Situ Bagendit

10 Januari 2021   19:35 Diperbarui: 10 Januari 2021   19:43 2561
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Indonesia yang memiliki keankeragaman baik suku dan budaya selalu memberikan sisi unik yang layak untuk dipelajari, salah satunya mengenai cerita rakyat. Cerita rakyat merupakan suatu karya yang bersiat fiksi, abstrak dan seringkali tidak masuk nalar logika zaman modern, tetapi dibalik ketidaklogisan tersebut cerita rakyat memang layak untuk dijadikan hiburan, penghantar tidur dan yang paling penting mengandung nilai moral di dalamnya. Baiklah, penulis kali ini akan menceritakan sebuah cerita rakyat yang berjudul Situ Bagendit

Situ Bagendit sebuah danau yang terletak di provinsi Jawa Barat ini mempunyai kisah cerita asal mula danau itu terbentuk. Dikisahkan pada zaman dahulu di sebuah daerah di Garut, terdapat seorang janda yang tidak mempunyai anak. Janda tersebut dikenal dengan sebutan si janda kikir dan sombong. 

Semua kekayaan yang Ia raih berkat peninggalan seorang suami yang berprofesi sebagai rentenir. Sejak kepergian suaminya si janda tersebut meneruskan profesi mendiang suaminya sebagai rentenir. Ia terkenal sebagai rentenir yang kejam, Ia memberikan bunga yang sangat besar dan jangka waktu pengembalian yang sangat cepat. 

Bahkan tidak sedikit warga desa yang tidak mampu membayar uang pengembalian, lalu disitalah sawah dan lading mereka, karena hal inilah sawah dan ladangnya bertambah. Warga yang mencoba mengelak dalam membayar hutang, tidak segan-segan akan dipukuli oleh ajudannya. Atas perilaku yang ganas dan kejam ini, warga desa memberikan sebutan janda pelit dan sombong ini sebagai Baginda Endit. Endit yang artinya pelit atau kikir

Pernah dalam suatu ketika datang seorang ibu yang sedang menggendong anaknya, lalu pergi ke rumah Baginda Endit untuk hanya sekadar meminya sesuap nasi untuk sang anak, agar tidak menangis karena menahan rasa lapar. Bukannya sesuap nasi, malah hinaan yang dia dapat, bukan hanya hinaan saja melainkan dilemparnya seember gas kepada si ibu tersebut hingga basah.

Rentetan kejadian tidak berhenti sampai disitu, suatu hari desa sedang dilanda kekeringan, mata air yang menjadi tumpuan masyarakat dalam mengairi sawah, ladang dan kebutuhan sehari-hari pun kering. Hanya ada satu harapan, yaitu sumur Nyi Endit. Ketika warga berbondong-bondong membawa satu buah ember untuk meminta air, lagi dan lagi tidak diberinya air tersebut walau hanya satu ember.

Atas semua rentetan kejadian tersebut warga pun semakin muak dan kesal dengan tingkah kikir dan sombongnya Nyi Endit. Pada suatu ketika datanglah, seorang kakek tua pembawa tongkat untuk meminta segelas air kepada Nyi Endit, nampaknya dia sangat kelelahan dan sangat haus sekali. 

Sama dengan kejadian sebelumnya, sang kakek tersebut memperoleh hasil yang nihil, gagal mendapatkan air. Tidak hanya itu, sautan dan lambaian tangan penuh harap agar diberikan segelas air dibalas oleh Nyi Endit dengan pukulan menggunakan tongkat milik si kakek tersebut. Setelah jatuh terkulai Nyi Endit kemudian memberikan tongkat kayu tersebut kepada si kakek. 

Ternyata oh ternyata si kakek tersebut nyatanya orang sakti, dia tancapkanlah tongkat tersebut ke dalam tanah, lalu diangkatlah tongkat tersebut, lalu keluarlah air yang sangat deras dari lubang tersebut. Tidak ada yang bisa menghentikan luapan air tersebut, sekalipun ajudan Nyi Endit yang terkenal kuat dan garang. Tidak lama kemudian tenggelamlah Nyi Endit dan harta yang Ia simpan dan Ia agung-agungkan, warga berhasil selamat dan Nyi Endit terpaksa harus mati dalam luapan air bersama hartanya. Atas kejadian tersebut terjadilah genangan air yang sangat besar (danau). Sampai sekarang danau tersebut terkenal dengan nama Situ Bagendit, situ yang berarti genangan air yang besar dan luas.

Tidak Boleh Sombong dan Pelit atas Harta Yang Kita Miliki

Sejatinya semua manusia di dunia ini terlahir dan meninggal tidak membawa apapun, harta, tahta dan jabatan itu hanya pemanis dalam hidup. Jangan sampai harta yang kita miliki menjadi alat untuk menjauhkan kita kepada Tuhan, melainkan sebagai alat untuk mendekatkan hubungan kepada Tuhan dan alat untuk meningkatkan ketaqwaan kepada Tuhan dengan cara membagi harta yang kita miliki kepada orang yang membutuhkan. 

Dengan tingkah sombong dan pelit, membuat diri kita menjadi sampah masyarakat, karena mengganggu kestabilan kehidupan masyarakat, sejatinya di masyarakat hidup guyub dan rukun menjadi ciri khas, ketika kita kikir dan sombong justru itu akan kembali kepada kita, ketika kita kesusahan tidak akan ada yang ingin menolong kita, yaa contohnya seperi Nyi Endit itu yang tenggelam bersama hartanya. 

Sejatinya, manusia tidak boleh sombong, karena yang boleh memiliki sifat sombong hanya Tuhan, karena pemilik bumi, langit dan seisinya manusia sifatnya hanya menumpang, sedangkan pelit sungguh sangat menyimpang, Tuhan saja tidak pelih, maha pemberi, masa kita sebagai makhluknya bersifat pelit, kan itu sungguh keterlaluan ehehehe.

Ketahuilah Kemampuan Diri Sebelum Berhutang

Terlepas dari konteks Nyi Endit yang sombong dan pelit, dimana bisa dilihat dari bunga yang tinggi dan juga jangka waktu pengembalian yang cepat. Kita bisa ambil hikmahnya dalam konteks kehidupan sekarang bahwa sebisa mungkin untuk menghindar dari rentenir ketika meminjam uang, pilihlah bank-bank yang kredibel dan juga memberikan keringanan dalam hal bunga dan jangka waktu pengembalian. Kalau ingin lebih aman lagi, pilihlan bank bank yang berbasis syariah, karena dalam bank tersebut tidak terdapat bunga.

Mungkin segitu saja dari penulis, semoga kita bisa mengambil hikmah dan pelajaran dari kisah Situ Bagendit. Dan sampai jumpa dalam artikel-artikel selanjutnya, salam hormat dan salam sehat untuk semua.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun