Hadeuuh, memang yaaa si Covid-19 ini sudah banyak sekali mengubah tatanan kehidupan masyarakat di Indonesia mulai dari bidang ekonomi, sosial hingga pendidikan. Hampir semua segi kehidupan berubah yang tadinya dilakukan secara offline, sekarang berubah menjadi online.
Di bidang pendidikan saja misalnya, dahulu sebelum pandemi Covid-19 memasuki semester genap merupakan salah satu hal yang paling menarik untuk ditunggu-tunggu, selain bisa kembali belajar di sekolah, bertemu dengan teman untuk saling melepas rindu, karena tidak saling bertemu selama liburan menjadi alasan pemanis mengapa dimulainya semester genap selalu ditunggu kehadirannya.
Bagi sebagian pelajar (bagi yang punya pacar ehehe), momen kembali masuk sekolah sangat romantis sekali, karena bisa bertemu dengan pacar atau kekasih yang dicintainya, seperti para pujangga cinta yang menyebut bahwa cinta tidak perlu dengan suatu hal yang spesial ataupun yang mewah, karena ketika dua hati saling terikat dengan cinta maka hal sederhana pun akan menjadi suatu hal yang luar biasa dan terkesan spesial, seperti dengan sekadar makan siang di kantin ataupun pulang bareng.
Tidak hanya itu, semester genap merupakan momen yang tepat untuk kembali belajar dengan baik, sekaligus menebus kesalahan di semester ganjil yang mungkin bagi sebagian orang belum maksimal dalam belajar, sehingga output (nilai rapot) yang didapat kurang sesuai dengan keinginan.
Oleh karenanya, semester genap ini adalah turning point untuk merubah prestasi akademik sekaligus meraih mimpi baik itu dengan peringkat kelas yang bagus ataupun dengan diterima di sekolah favorit atau kampus favorit bagi siswa tingkat lanjut.
Sebelum akan memasuki semester genap, sebelumnya juga proses pembelajaran di sekolah dilakukan secara online, mengingat pada saat itu jumlah kasus harian masih melonjak tinggi, sehingga dikhawatirkan akan menimbulkan klaster penyebaran Covid-19 baru.
Pro dan kontra dalam menyambut semester genap menjadi ajang pembicaraan yang hangat baik diantara para siswa ataupun diantara para orang tua. Para siswa mengklaim bahwa pembelajaran secara online membuat mereka terlalu jenuh, karena harus berfokus kepada layar handphone atau laptopnya, sehingga hal ini berimplikasi kepada penyerapan materi yang diberikan guru kepada para siswa tidak optimal.
Di lain sisi, keluhan mengenai proses belajar dan mengajar secara online, tidak jarang dilontarkan oleh para orang tua murid. Mereka mengklaim bahwa di dalam belajar secara online tersebut, membuat peran orang tua terutama ibu menjadi ganda, tidak hanya menjadi ibu rumah tangga saja, melainkan harus menjadi guru dalam hal membimbing anak-anaknya untuk bisa memahami materi pelajaran.
Dalam situasi ini diperlukan kelihaian dan kesabaran dari orang tua terutama ibu dalam hal memberikan arahan dan memandu dalam tercapainya materi pembelajaran bagi si anak.
Kalau dua hal ini tidak ada, dikhawatirkan akan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan seperti pembunuhan yang dilakukan oleh ibu kandung sendiri di Lebak, Banten dikarenakan sang ibu kesal anaknya tidak mengerti pelajaran yang dijelaskan oleh ibunya.
Semua pasti berharap dan berdoa bahwa pandemi Covid-19 ini segera berakhir, sehingga proses belajar dan mengajar secara tatap muka bisa dilaksanakan. Namun, ketika artikel ini dibuat dengan melihat lonjakan kasus harian yang belum menunjukan hal yang menggembirakan, kubu kontra berpendapat bahwa keselamatan siswa dan warga sekolah menjadi hal yang seharusnya diprioritaskan daripada memaksakan untuk belajar secara tatap muka.