Mohon tunggu...
Malikah Maryam Kaustar Ilmi
Malikah Maryam Kaustar Ilmi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi Jurnalistik Prodi Ilmu Komunikasi UHAMKA

Hidup Mahasiswa! Hidup Rakyat Indonesia!

Selanjutnya

Tutup

Diary

Dari Paksaan menjadi Kesukaan

13 Juli 2022   19:32 Diperbarui: 13 Juli 2022   19:34 298
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dari Paksaan menjadi Kesukaan

(Dokpri)
(Dokpri)

Foto setelah mengikuti pelatihan Intra PII se Jawa Tengah (Dokpri)
Foto setelah mengikuti pelatihan Intra PII se Jawa Tengah (Dokpri)

Malikah dan temannya selepas menyiapkan konferensi wilayah PII Jawa Tengah di Bumiayu (Dokpri)
Malikah dan temannya selepas menyiapkan konferensi wilayah PII Jawa Tengah di Bumiayu (Dokpri)

Gadis itu tengah duduk di dekat jendela sambil menatapi layar laptop yang kini sedang terbuka dan menampilkan tulisan dengan word didalamnya. Gadis itu ialah Malikah Maryam Kaustar Ilmi. Seorang mahasiswi yang kini berada di semester 4 Univeritas Muhammadiyah Prof. DR.HAMKA.

Lulusan SMA Islam Swasta di daerah Brebes itu, kini kembali ke kota kecilnya di Jakarta. Malikah yang sejak taman kanak-kanak hingga Sekolah Menangah Pertama di jakarta itu, pernah terpaksa untuk pindah sekolah SMA swasta di Brebes, Jawa Tengah. Keadaannya saat itu, menjadikan dirinya jauh dari keinginannya yang ingin bersekolah negeri di Jakarta. Bukan soal perekonomian, tapi soal nilai. Ketika lulus dari bangku SMP, Malikah dihadapkan dengan keadaan sang Ibu yang masuk Rumah Sakit karena sedang hamil dan mengalami darah tinggi. Hal ini menyebabkan dirinya bingung dan sedih. Ibunya sedang mengandung sang adik yang seharusnya berstatus sebagai anak ke-5.

Malikah yang saat itu baru lulus dari SMP, bingung ingin melanjutkan jenjang pendidikannya kemana. Nilai UN yang tidak memuaskan akibat kemalasannya, hanya cukup untuk masuk jurusan IPS di sekolah negeri. Namun, keambisan dan kesukaannya akan matematika, menjadikan dirinya ingin masuk ke jurusan MIPA. Hingga dirinya tidak sempat mendaftarkan diri ke sekolah negeri dan pendaftaran pun telah ditutup. Ia bingung bukan kepalang. Ayahnya mengatakan bahwa dia akan di sekolahkan di sekolah swasta yang baik seperti Jakarta Islamic School atau Budi Warman di Jakarta Timur. Namun, Malikah berfikir bahwa walau ia bersekolah di swasta yang bagus pun, ia tidak akan bisa menjamin bahwa dirinya akan rajin dan mendapatkan nilai yang baik. Sang Ibu yang saat itu sedang dalam keadaan berduka karena anak ke-5 nya meninggal menyusul sang kakak anak ke-4 ke Syurga yang Maha Pencipta, berunding dengan anak keduanya, untuk mulai membuat rencana ingin sekolah kemana dan mau bagaimana. Malikah pun akhirnya, diberikan solusi oleh sang Ibu untuk bersekolah di sekolah jaman mudanya dulu yaitu di SMA berbasis Muhammadiyah Bumiayu.  

Malikah pun berfikir dengan keras dan akhirnya menyetujui hal tersebut karena dirinya ingin belajar untuk hidup mandiri di desa bersama sang nenek yang dipanggil dengan sebutan Mbah. Malikah mulai bersekolah di SMA pilihannya di daerah Bumiayu yaitu SMA Islam Ta'allumul Huda Bumiayu dengan alasan sepupunya berada di sekolah tersebut.

Hari pertamanya bersekolah daerah Brebes, membuat dirinya belajar untuk beradaptasi dengan bahasa dan lingkungan yang baru. Selama ini dirinya hanya pergi ke daerah itu ketika liburan sekolah tiba. Kini, dia harus berada disini hingga lulus masa SMA nya. Malikah mengambil program MIPA di sekolah tersebut dan mulai beradaptasi. Dirinya yang mengalami sulit beradaptasi, mendapati teman sekelas yang ramah dan mau membantu. Hingga dia memiliki banyak teman dan mulai berbaur.

Ketika itu, sang Ibu menginginkan Malikah untuk bergabung dan mengikuti training yang diadakan oleh organisasi yang pernah diikuti oleh Ibu semasa remaja. Yaitu mengikuti organisasi Pelajar Islam Indonesia. Malikah tidak mau mengikutinya dan menyangkal bahwa dirinya ingin masuk ke komunitas basket di sekolah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun