Mohon tunggu...
Malika Dwinissa
Malika Dwinissa Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa Jurnalistik Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Poster All Eyes on Rafah Dibagikan Lebih dari 40 Juta Akun, Dukungan atau Ancaman?

9 Juli 2024   19:00 Diperbarui: 9 Juli 2024   19:29 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Sejak Israel menyerang perbatasan Rafah pada bulan Mei lalu, berbagai masyarakat di belahan penjuru dunia mulai menyerukan aksi solidaritas dengan menggunakan slogan "All Eyes on Rafah", atau yang berarti seluruh mata tertuju ke Rafah. Slogan tersebut menyatakan dukungan atas terjadinya genosida di Palestina, terutama untuk para pengungsi di Rafah. Slogan dukungan "All Eyes on Rafah" diserukan di berbagai platform media sosial, salah satunya Instagram. 

Beragam poster slogan template "All Eyes on Rafah" diunggah di fitur "Add Yours" pada Instagram Story, sehingga akun pengguna lainnya dapat dengan mudah mengunggah ulang poster yang sama dalam satu kali klik saja. Namun di antara berbagai poster yang ada, terdapat satu poster yang paling banyak diunggah ulang oleh lebih dari 40 juta pengguna Instagram lainnya, yakni poster buatan akun @shahv4012. 

Poster tersebut menunjukkan gambar ilustrasi dari banyaknya tenda yang tersusun rapi dan membentuk kalimat "All Eyes on Rafah". Akan tetapi, dibalik "viral"-nya poster tersebut di Instagram, terdapat pro-kontra dari berbagai pihak dikarenakan poster tersebut merupakan poster yang dibuat menggunakan AI (Artificial Intelligence). 

Kembali lagi, selama ini, penggunaan AI dalam pembuatan karya poster saja sudah menuai banyak kecaman. Hal yang sama juga terjadi pada kali ini, yakni penggunaan AI dalam menyebarkan awareness dukungan kepada Rafah juga menuai pro-kontra.

Di satu sisi, poster tersebut dianggap dapat membawa pengaruh yang signifikan kepada masyarakat, agar menaikan kepeduliannya terhadap genosida yang terjadi di Palestina. Hal ini dapat terjadi karena banyaknya selebritis dan influencer, baik nasional dan internasional, turut serta mengunggah ulang poster AI tersebut di Instagram Story-nya. Selain itu, poster buatan AI ini juga dapat mengurangi pembatasan atau penghapusan dari Instagram yang memiliki filter untuk menghapus gambar-gambar grafis mengenai kekerasan.

Namun, di luar alasan di atas, kita juga tak dapat menormalisasi penggunaan AI dalam pembuatan gambar, terutama saat ingin membuat orang "aware" dengan genosida yang terjadi di Palestina. Jika poster-poster dukungan diganti dengan gambar AI yang "cantik", bagaimana masyarakat luas dapat mengetahui kejadian dan kondisi yang sebenarnya di Rafah sana? 

Pada poster tersebut, Rafah digambarkan memiliki langit biru serta pegunungan yang indah, juga tenda pengungsian yang digambarkan berbaris dengan rapi. Sementara, kondisi yang terjadi di lapangan sangat berbanding terbalik 180 derajat. Langit di Rafah yang sebenarnya berwarna hitam akibat asap yang berasal dari bom, serta tenda-tenda yang di dalamnya terdapat banyak sekali pengungsi, terlihat berantakan akibat serangan bertubi-tubi dari Israel. 

Selain itu, dengan "viral"-nya poster "All Eyes on Rafah" yang dibuat oleh AI, dikhawatirkan, poster-poster yang menunjukkan kepedulian pada Palestina selanjutnya, akan kembali menggunakan AI. Pada jangka panjang, gambar-gambar AI tampak seperti penghapusan jejak digital dari foto atau gambar yang diambil oleh jurnalis di Palestina saat genosida terjadi, serta dikhawatirkan dapat menjadi sarana penyebaran misinformasi.

Jika memang harus memakai poster yang tidak menunjukkan kondisi di Rafah secara eksplisit agar tidak dihapus oleh algoritma Instagram, terdapat berbagai illustrator atau seniman lainnya yang juga membuat poster awareness "All Eyes on Rafah" tanpa menggunakan AI dan dapat diposting ulang oleh pengguna Instagram lainnya. Kemajuan teknologi seperti AI memang tak dapat kita hindari, namun, alangkah baiknya, kita harus turut bijak dalam penggunaannya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun