Banyak yang berargumen IPK itu tidak penting, tapi tidak sedikit juga yg mengatakan IPK itu penting.
Ada satu kisah menarik yg membentuk pandangan saya tentang IPK.
Waktu itu saya beruntung bisa ikut serta seleksi untuk magang di Schlumberger, salah satu perusahaan idaman mahasiswa ITB. (Walaupun akhirnya ga lolos :p)
Saat sesi tanya jawab sebelum tes interview dimulai, ada yg bertanya:
“Kenapa hanya yg ber IPK 3,5 yg bisa ikut tes? Seberapa penting IPK bagi Schlumberger?”
Ini jawaban salah satu pegawai schlumberger, yang kalo tidak salah manager HRDnya:
“Tugas utama mahasiswa itu belajar. Orang tua kalian tahunya kalian sedang belajar disini. Dan tahukan kalian apa indikator paling sederhana dari keseriusan kalian dalam belajar? Tahukah kalian indikator paling mudah dari bentuk tanggung jawab kalian menjalankan tugas utama kalian?
IPK.
Kami mencari orang-orang yang bertanggung jawab. Bagaimana bisa kami memilih mahasiswa yang dalam menjalankan tugas utamanya saja tidak bertanggung jawab?”
—
Ini salah satu pendapat saja, pendapat kamu berbeda?
Tak apa. Dunia indah karena adanya perbedaan pendapat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H