"Lantas suami Mbak sekarang bagaimana?
"Itulah yang kusesalkan. Ia tak bisa tegas dengan sebuah pilihan. Apakah ia tetap memilihku dan memperjuangkanku atau menceraikanku dan kembalilah ia pada ibunya," lirihnya dengan kembali berlinangan airmata.
"Seharusnya ia bisa membujuk ibunya bahwa inilah pilihan hidupnya,"
Sesaat kami terdiam. Pikiranku berkecamuk dengan segala hal. Kenapa ya sebegitu sulitnya sebuah pernikahan hanya gara-gara status? Ah iya, hingga aku benar-benar tiba di kota yang tak pernah menjadi tujuanku pun, aku belum sungguh-sungguh paham.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H