Mohon tunggu...
M. Ali Amiruddin
M. Ali Amiruddin Mohon Tunggu... Guru - Guru SLB Negeri Metro, Ingin berbagi cerita setiap hari, terus berkarya dan bekerja, karena itu adalah ibadah.

Warga negara biasa yang selalu belajar menjadi pembelajar. Guru Penggerak Angkatan 8 Kota Metro. Tergerak, Bergerak dan Menggerakkan.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Membuat Komunitas Belajar, Untuk Apa?

7 September 2024   09:58 Diperbarui: 3 Oktober 2024   07:45 218
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Komunitas Literasi Berbagi Kota Metro di PMM (dok. pribadi)

Siapa guru era saat ini yang belum mengenal komunitas belajar? Saya kira setiap guru telah mengenal komunitas tersebut. Ya kan?

Jadi komunitas belajar adalah sekumpulan orang, termasuk guru dan tenaga kependidikan dalam membangun komunikasi dan belajar bersama. Mereka mau berkolaborasi secara terus menerus demi memperbaiki kualitas pembelajarannya dan targetnya adalah hasil belajar peserta didik.

Sedangkan menurut Panduan Pengelolaan Komunitas Belajar yang diterbitkan Kemdikbud Ristek bahwa komunitas belajar adalah "sekelompok pendidik dan tenaga kependidikan (PTK) yang belajar bersama-sama dan berkolaborasi secara terus menerus untuk meningkatkan kualitas pembelajaran sehingga berdampak pada hasil belajar peserta didik. "

Komunitas Guru Penggerak Angkatan 8 Kota Metro di PMM (dokumen pribadi)
Komunitas Guru Penggerak Angkatan 8 Kota Metro di PMM (dokumen pribadi)

Berdasarkan panduan tersebut dapat dipahami bahwa komunitas belajar itu mempunyai syarat utama yang harus terpenuhi, di antaranya adalah: memiliki anggota yang mempunyai tujuan bersama dalam kemajuan pembelajarannya, memiliki semangat untuk berkolaborasi secara terus menerus dan memiliki komitmen serta tujuan meningkatkan kualitas pembelajaran yang muaranya adalah keberhasilan belajar dari peserta didiknya.

Itulah gambaran sederhana mengapa kita membuat sebuah komunitas belajar. Komunitas belajar yang bukan hanya dibuat tanpa perlu dirawat, dan bukan hanya dibuat, dirawat tapi tidak memperoleh hasilnya. 

Lalu, mengapa kita perlu membuat dan bergabung dalam sebuah komunitas? 

Komunitas Literasi Berbagi Kota Metro di PMM (dok. pribadi)
Komunitas Literasi Berbagi Kota Metro di PMM (dok. pribadi)

1. Memenuhi kebutuhan sosial

Poin pertama yang sangat penting bahwa tenaga pendidik dan kependidikan pada umumnya adalah makhluk individu dan makhluk sosial. Setiap individu secara terang-terangan maupun tersembunyi membutuhkan teman untuk bersosialisasi dan berbagi. Mengapa? Karena dari sana ada hubungan yang terikat satu sama lain untuk memperoleh tujuan individu maupun bersama.

Boleh saja ada yang tidak mau membangun hubungan sosial karena ingin menyendiri, tapi pada gilirannya setiap orang perlu membangun komunikasi dalam sebuah perkumpulan atau yang kita sebut komunitas.

Ada hal-hal yang boleh jadi tidak dapat dikerjakan sendiri dan belum dipahami ternyata butuh sentuhan pengetahuan dari orang-orang di sekitarnya. 

Maka tidak heran, abad ini muncul beragam media sosial dan komunitas kemasyarakatan, baik kalangan anak-anak, remaja, dewasa dan juga masyarakat lanjut usia.

Jika setiap orang butuh bantuan atau sentuhan pengetahuan dari pihak lain, maka mengikuti komunitas adalah mutlak. Dengan catatan komunitas itu mendukung tumbuh kembang kita secara pribadi agar lebih berkembang dan maju, dan bukan justru membuat diri kita terpuruk dalam kehancuran pribadi.

Lalu, bagaimana dengan guru dan tenaga kependidikan? Apakah mereka butuh berkomunitas? Yap. tentu saja setiap guru maupun tenaga pendidik dan kependidikan sangat membutuhkan sebuah komunitas. Makanya kita berusaha mengajak semua orang yang kita kenal dan satu ide dan gagasan membuat komunitas sesuai profesi yaitu komunitas guru atau komunitas belajar.

Dalam komunitas itu setiap guru atau pendidik akan saling berbagi pengetahuan dan pengalaman serta berkolaborasi bagaimana memajukan derajat pendidikan di sekolah masing-masing dengan sebuah kolaborasi yang positif.

2. Pertukaran informasi

Setiap orang atau tenaga pendidik dan kependidikan membutuhkan informasi yang akan membantu dirinya dalam berkembang. Bahkan dalam pelaksanaan pekerjaannya setiap individu butuh pengetahuan yang tepat. 

Oleh karena itu dengan adanya komunitas tersebut akan ada ruang berbagi informasi. Siapa yang memiliki pengetahuan dan pengalaman, maka mereka akan tergerak untuk membagikan pengetahuannya. Baik itu bersifat gratis maupun berbayar, dikembalikan bagaimana komunitas itu melakukan kegiatannya.

Bolehlah jika kita merasa memiliki segudang pengetahuan pengalaman, jika tidak bermanfaat untuk orang lain apalah gunanya. Ibarat pisau jika tidak diasah akan tumpul juga.

Maka dari itu setiap anggota komunitas mesti dijauhkan dari sifat pelit atau malas berbagi. Sebab pelit atau malas berbagi adalah sumber awal vakumnya sebuah komunitas. Komunitas itu mesti terus saling berbagi dan berkolaborasi agar dapat bermanfaat bagi banyak orang di sekelilingnya yaitu anggota komunitas dan guru atau masyarakat lainnya.

3. Dukungan emosional

Setiap individu tentu memiliki kondisi yang seringkali berkaitan dengan masalah emosi. Ada kesenjangan antara keinginan mendidik murid dengan hasil yang gemilang, ternyata berbanding terbalik dengan fakta bahwa tidak semua murid bisa kita didik dengan sebaik-baiknya.

Atau ketika seorang guru ingin membangun citra diri dan berkarier sesuai yang diinginkan, nyatanya ada banyak aral melintang dalam pencapaiannya.

Pada titik ini mereka butuh yang namanya dukungan emosi. Mereka membutuhkan tempat untuk curah pendapat dan berbagi masalah emosi, agar menemukan alternatif jawaban dari masalah yang tengah dihadapi. Seperti ketika seorang murid tidak bisa menerima metode pembelajaran kita, maka dengan adanya komunitas tentu akan ada alternatif jawaban bagaimana mencari solusinya.

Setiap persoalan hakikatnya bisa saja menemui solusinya dalam sebuah komunitas yang telah dibangun bersama.

4. Membangun hubungan

Membentuk komunitas belajar atau komunitas apapun hakikatnya bukan hanya wadah untuk terlihat sibuk atau sekedar pencitraan belaka. Tapi bagaimana membangun hubungan (relationship) yang kuat di antara anggotanya. 

Maka dari itu sebelum membangun komunitas semestinya ada niat dan tujuan yang sama ke mana komunitas itu akan dihadirkan. Jika niat dan tujuan yang dihadirkan tidak menyentuh kepentingan komunitas yang tujuan membangun hubungan yang baik, maka perlu ada refleksi dan mengembalikan lagi niat dan tujuannya.

Tentu dengan niat dan tujuan komunitas yang sama berdasarkan latar belakang yang sama, maka hubungan antar personal dari anggota tersebut akan semakin kuat. Amat tidak mungkin membangun komunitas tanpa ada kesamaan niat dan tujuan serta tidak adanya kolaboratif sesama anggota. Apalagi jika hanya ingin terlihat hebat di antara anggota-anggota yang lain tentu ini adalah hal yang kurang tepat.

5. Pengembangan diri

Ada hal yang sangat urgen dalam menjalankan fungsi pendidik atau tenaga kependidikan yaitu kebutuhan akan pengembangan diri. Setiap guru maupun tenaga kependidikan tentulah mereka memiliki keinginan kuat agar kemampuannya dalam mendidik anak-anak atau menjalankan profesinya semakin berkembang. Baik perkembangan secara pribadi maupun hubungan sosial, tentu hal ini pun sangat dibutuhkan.

Bahkan dalam dunia kependidikan, seorang guru dituntut untuk terus meningkatkan kapasitas dan kompetensinya dalam menunaikan tugasnya dalam pengajaran. 

Apalagi dalam dunia yang serba digital, jika guru tidak terdorong untuk meningkatkan kemampuan diri, maka akan terlindas zaman dan dia akan kalah jauh dari para siswanya.

Hal inilah mengapa komunitas itu perlu dibentuk bersama, agar kapasitas dan kompetensi guru dapat semakin ditingkatkan dan tidak justru tertinggal jauh dari kemajuan teknologi saat ini.

6. Pengambilan keputusan

Membangun komunitas hakikatnya erat kaitannya dengan bagaimana mereka mampu mengambil keputusan secara tepat sesuai dengan kesepakatan anggota komunitas. 

Jika sebuah komunitas telah berjalan efektif dan efisien, maka segenap keputusan-keputusan dalam dunia kerja akan semakin mudah diambil. Anggap saja ketika sebagian guru mengalami dilema terkait bagaimana implementasi kurikulum merdeka, maka keputusan dalam komunitas tersebut sangat menentukan.

Semakin banyak terjadinya komunikasi, kolaborasi, refleksi dan inovasi, tentu akan meningkatkan kemajuan sebuah komunitas an tentu saja mendukung penerapan kurikulum merdeka di sekolah.

Membangun Kolibri Kota Metro dan Komunitas Guru Penggerak Angkatan 8 Kota Metro, tantangan, hambatan dan peluangnya

Beberapa bulan terakhir kami telah menjadi Guru Penggerak di Kota Metro, dan ada niatan serta tujuan bagaimana guru penggerak ini tidak vakum atau mati suri. Dan tidak juga disebut sebagai kaki yang lumpuh karena tidak menjalankan perannya sebagai guru penggerak. 

Meskipun guru penggerak itu tidak hanya terlihat sibuk dalam komunitas dan pertemuan-pertemuan besar di hotel mewah, akan tetapi bagaimana memenuhi kebutuhan belajar murid dan sebaik-baiknya.

Namun demikian, ketika dihadapkan dengan seabrek masalah dalam dunia kerja dengan keanekaragaman peserta didik, tentu mendorong kita semua untuk terus bergerak dan membekali diri dengan berbagai pengalaman dan praktik baik yang tujuannya agar komunitas itu terus tumbuh dan berkembang seiring dengan kebutuhan dalam mengimplementasikan kurikulum merdeka.

Ada banyak hambatan dalam menggerakkannya, seperti kondisi guru yang mungkin lebih fokus dengan kegiatan di sekolah masing-masing, faktor fisik yang mungkin telah kehilangan energi karena seharian mengurus peserta didik dan keluarga, ditambah karena boleh jadi adanya komunitas kurang begitu memberikan nilai tambah bagi para guru tersebut.

Apalagi jika dalam komunitas itu justru menambah jam kerja yang tidak terbatas karena di luar jam kerja yang seharusnya didapatkan.

Sebut saja ketika di luar jam kerja kita harus terlibat dalam kegiatan komunitas yang menguras energi, tentu banyak guru pun akan mengeluh bahwa mereka merasa lelah dengan semua agenda. 

Padahal komunitas itu bukan untuk menambah kesulitan dan beban kerja, tapi kembali pada 6 point kenapa kita berkomunitas, yaitu salah satunya mengembangkan diri.

Kita boleh saja sibuk dengan seabrek kesibukan dan kelelahan karena seharian bekerja di sekolah masing-masing, tapi di sisi lain kita tetap butuh pengetahuan dan pengalaman baru dari orang lain yaitu itu untuk mengembangkan diri kita secara personal maupun sosial. 

Kita tetap butuh yang namanya kapasitas dan kompetensi yang mendukung kemajuan pembelajaran yang berdampak positif pada murid. Dan tentu saja kita tetap butuh orang lain untuk berkembang.

Dengan kata lain, siapa diri kita, bukanlah siapa-siapa. Tanpa orang lain tentu selamanya kita tidak akan berkembang dan tidak akan jadi apa yang kita inginkan. 

Semangat membangun dan merawat komunitas belajar yang terus bermanfaat untuk semua.

Ini link komunitas kami.

https://guru.kemdikbud.go.id/komunitas/7G6Aa5246W?from=home

https://guru.kemdikbud.go.id/komunitas/3J9RPlak6Y?from=home

Salam.

Metro, 07/09/2024

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun