Mohon tunggu...
M. Ali Amiruddin
M. Ali Amiruddin Mohon Tunggu... Guru - Guru SLB Negeri Metro, Ingin berbagi cerita setiap hari, terus berkarya dan bekerja, karena itu adalah ibadah.

Warga negara biasa yang selalu belajar menjadi pembelajar. Guru Penggerak Angkatan 8 Kota Metro. Tergerak, Bergerak dan Menggerakkan.

Selanjutnya

Tutup

Artificial intelligence Pilihan

Menjadi Mudah dengan AI, Terdestruksinya Kemampuan Manusia

17 Juni 2024   13:47 Diperbarui: 18 Juni 2024   08:10 174
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Artificial Intelligence Sumber : bangka.tribunnes.com

Malas berpikir karena cukup menggunakan AI

Banyak hal yang bisa dilakukan AI yang saat ini sangat membantu manusia. Namun efek negatifnya adalah ketika manusia mulai malas berpikir dan menjauhi hal-hal yang rumit dan cukup meminta bantuan AI dalam segala kebutuhannya. Bagaimana seorang murid mengerjakan PR hanya dengan searching di google atau meminta bantuan AI, sedangkan jika dia mau belajar yang rajin materi itu tentu bisa dikerjakan. Bukan hanya murid, saat ini guru-guru maupun dosen pun banyak yang membuat soal hanya dengan berselancar di dunia maya, tinggal copy + paste lalu cetak, soal sudah siap digunakan.

Belum lama ada kasus plagiasi seorang mahasiswa terhadap skripsi mahasiswa lain yang tentu saja ini akibat adanya kemudahan dalam dunia teknologi. Padahal bisa saja plagiasi itu dapat diminimalisir dengan ATM, Adopsi, Tiru dan Modifikasi. Tentu saja dengan media para frase yang saat ini banyak digaungkan para akademisi. Risikonya adalah sebuah paradigma bahwa "untuk apa susah-susah berpikir, kan di internet sudah banyak contohnya dan kita bisa buat lewat AI." Begitulah kiranya ketika dunia AI sudah menjadi bagian kehidupan.

Begitu pula anak-anak sekolah,akan mudah sekali mengerjakan PR, tapi ketika berhadapan dengan ujian yang mereka terlepas dari AI maka persoalan itu menjadi sulit. 

Mudahnya anak-anak mengakses jawaban dari internet, tapi ketika ditanya secara langsung jawabannya kurang paham.  Sebuah kondisi yang sepertinya akan melemahkan kemampuan berpikir, dan bukan menyasar anak-anak saja, karena orang dewasa saj sudah tidak mau ribet dan mengandalkan AI demi mengerjakan tugas-tugasnya.

Positifnya setiap orang bisa melakukan pekerjaan dengan amat mudahnya, negatifnya kemampuan berpikir dan bernalar manusia semakin lemah. Padahal sebenarnya kemampuan berpikirnya sudah baik, tapi ketika terbiasa menggunakan AI maka lambat laun kemampuannya akan berkurang dan lemah. Ibarat pisau yang tajam, jika tidak pernah diasah maka akibatnya akan tumpul, berbeda jika pisau itu selalu diasah maka akan menjadikannya lebih tajam dan lebih bermanfaat.

Bukan hanya murid-murid atau mahasiswa, karena ingin mudah mengerjakan administrasi pembelajaran, cukup menggunakan AI semua pastilah beres. Tapi faktanya ketika kita hendak menyerahkan semua administrasi pada AI, ada beberapa bagian yang semestinya direvisi dan disesuaikan dengan kebutuhan.

Inilah kondisi saat ini, bahwa kita memang ingin menggunakan teknologi untuk membantu pekerjaan dan memudahkan dalam segala hal, tapi banyak hal baik yang sejatinya bisa dilakukan tanpa mengandalkan kecerdasan buatan (AI) tersebut. Sehingga harapannya kita tetap mengasah kemampuan seoptimal mungkin, meskipun kita adalah pengguna teknologi itu.

Salam

Metro, 17/6/2024

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Artificial intelligence Selengkapnya
Lihat Artificial intelligence Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun