Nah, bagaimana dengan murid yang kurang berprestasi atau kemampuannya rendah, tentu berharap mendapatkan kesempatan di sekolah negeri juga harus berpikir dua kali. Meskipun saat ini sistem penerimaan sekolah berdasarkan zonasi, namun tingkat kemampuan anak cukup menjadi persoalan tersendiri bagi anak-anak dalam melanjutkan pendidikan.
Sehingga bagi anak-anak yang "pintar", memiliki banyak peluang menempuh pendidikan yang setinggi-tingginya. Tidak sedikit di antara mereka bisa menempuh pendidikan sampai S-3 di luar negeri, meskipun kehidupan keluarganya hanyalah pekerja dengan penghasilan yang amat minim.
Berbeda sekali dengan anak-anak yang kurang kemampuannya, dan motivasi belajarnya juga amat lemah. Hal  ini tentu menjadi kendala untuk bisa melanjutkan ke tahapan berikutnya.
Anak-anak yang tidak begitu mampu memperoleh prestasi akademik, solusinya adalah mendapatkan kursus gratis dari pemerintah yang juga saat ini telah diberikan pada anak-anak putus sekolah atau anak-anak lulusan SMA yang tidak mampu melanjutkan ke perguruan tinggi. Balai Latihan Kerja (BLK) memberikan kesempatan mendapatkan beragam keterampilan yang dibutuhkan.
Namun, bagi yang tidak mau sama sekali melanjutkan pendidikan meskipun keluarga mereka berada, maka solusinya adalah membuka usaha swasta sebagai petani, pedagang atau justru bekerja sebagai wirausaha mandiri atau sebagai pekerja swasta baik di dalam negeri maupun di luar negeri sebagai Tenaga Kerja Indonesia (TKI/TKW). Ada banyak negara yang menampung keahlian mereka dengan gaji yang cukup menggiurkan.Â
Persoalan kedua adalah ketika anak-anak yang telah menyelesaikan pendidikan di tingkat SMA ini tidak memiliki dorongan internal, orang tua pun tak memiliki biaya cukup untuk menyekolahkan anaknya dan rerata keluarga ini telah pasrah dengan keadaan. Solusinya adalah mereka akan bekerja di sektor non formal dengan sedikit kemampuan dengan penghasilan yang kurang layak, bahkan jika mereka adalah perempuan, banyak di antara mereka yang harus segera dinikahkan di usia yang cukup dini.
Hal ini mungkin dimaksudkan untuk mengurangi beban keluarga. Tentu saja karena dengan menikahkan anak-anaknya, akan membuka kesempatan mereka untuk mandiri dan mulai mengurus keluarga. Meskipun faktanya banyak pernikahan di usia dini yang justru menjadi beban keluarga dan masyarakat. Bahkan ada di antara mereka yang mengalami perceraian.
Lulus sekolah adalah muncul masalah yang lebih besar jika tidak memiliki keterampilan
Mengapa dapa dikatakan bahwa lulus sekolah itu justru akan menimbulkan masalah baru, jika para lulusannya tidak memiliki keterampilan? Sebab jika ingin mendapatkan penghasilan yang layak, kemampuan atau skill tertentu harus dimiliki lulusan SMA ini.Â
Berbeda dengan para lulusan SMK atau SLB dengan program keterampilan, lebih menjanjikan skill yang bisa mereka manfaatkan dalam membuat lapangan pekerjaan atau mencari pekerjaan berbasis jasa.Â
Seperti misalnya jasa servis kendaraan, menjahit, pertukangan, atau produk tata boga, batik, souvenir dan sebagainya. Program ini jika dilihat dari sisi kebutuhan masyarakat tidak ada matinya atau berlangsung lama dan bermanfaat sepanjang kehidupan asalkan didukung oleh keterampilan menyikapi kebutuhan produksi dan pemasarannya.