Di sana, di sudut tanah basah
ada sekumpulan anak-anak desa
tengah berjuang mencari nafkah
demi hidup yang harus ada meski nasi sisa
Di sini, di sudut kota
anak-anak asyik bermain gadgetnya
meski kadang tertawa sendiri
mirip orang gila, ha ha hi hiÂ
di situ, dia dan mereka
asyik dengan bongkahan bebatuan
bercampur berseraknya patahan kayu
puing-puing peperangan
ada tinta merah terciprat di jalanan
di gores dalam bejana-bejana cinta
tertimbun dalam kalbu penuh pasrah
ingin menyerah, betapa dunia sudah lelah
sedangkan semua di dunia maya
berteriak dengan lantang "hentikan perang"
ada yang menulis status "hentikan genosida"
ada lagi bikin meme "all eyes on rafah"
sedangkan kaki-kaki yang patahÂ
di sini hanya menghujat tanpa mampu berbuat
hanya mendoa tanpa harus bersumpah serapah
hanya butuh obrolan dalam rapat-rapat
entahlah, sampai kapan sinema kekejaman itu bakalan sirna
apakah menunggu semua bumi kering tertinggal kenangan saja?
atau membiarkan terus api amarah kian membuncah
tanpa bisa hentikan, sungguh kita amatlah lemah
Metro, 09/06/2024 (09:00 WIB)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H