Mohon tunggu...
M. Ali Amiruddin
M. Ali Amiruddin Mohon Tunggu... Guru - Guru SLB Negeri Metro, Ingin berbagi cerita setiap hari, terus berkarya dan bekerja, karena itu adalah ibadah.

Warga negara biasa yang selalu belajar menjadi pembelajar. Guru Penggerak Angkatan 8 Kota Metro. Tergerak, Bergerak dan Menggerakkan.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Tugas Modul 1.4. Koneksi Antar Materi, Kesimpulan dan Refleksi

15 Juli 2023   06:56 Diperbarui: 16 Juli 2023   07:38 2304
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketika menerapkan budaya positif di kelas, hal baiknya adalah anak-anak sedikit demi sedikit sudah mampu menerapkannya dengan sedikit bimbingan. Misalnya bagaimana mereka mau menjaga kebersihan kelas dengan tidak membuang sampah sembarangan, mau menolong sesamanya meskipun tidak disuruh pada hal-hal yang sangat sederhana sekalipun.

Hal yang perlu diperbaiki adalah bagaimana anak-anak seharusnya mulai menyadari hakekat budaya positif tadi.  Jadi anak tidak lagi harus dibimbing dan diajarkan bagaimana membersihkan kelas, tapi dengan keyakinan sendiri mereka melakukannya. Namun karena anak-anak yang saya bimbing adalah murid di sekolah dasar luar biasa dan masih di kelas permulaan, maka bimbingan secara menyeluruh masih sangat mereka butuhkan.

Lalu, bagaimana saya berinteraksi dengan 5 posisi kontrol, baik sebagai penghukum, pembuat rasa bersalah, posisi teman, posisi pemantau dan manajer, selama ini saya masih menggunakan posisi pemantau dimana anak-anak melakukan dan tidak melakukan dengan melihat peraturan sekolah yang sangat saklek. 

Namun setelah memahami modul ini saya berusaha menerapkann teori restitusi secara sederhana bagaimana menerapkan konsep segitiga restitusi itu sebagai langkah penyelesaikan masalah-masalah muncul di kelas/ sekolah. 

Ketika saya menggunakan teori pemantau memang murid mendapatkan sanksi atau konsekuensi atas kesalahan yang telah dilakukannya, tapi melupakan hakekat bahwa setiap anak memerlukan tuntunan dan bimbingan dalam menemukan sendiri solusi atas masalah-masalah yang mereka temui. 

Seperti ketika mereka berebut makanan, buku, krayon atau membuang sampah sembarangan, maka dengan segitiga restitusi mereka semakin memahami bahwa semua hal itu dipahami sebagai hal yang tidak tepat dan mereka memahami bagaimana menyelesaikan persoalan itu dengan lebih baik.

Sebelum mempelajari modul 1.4 saya belum sepenuhnya menggunakan segitiga restitusi dan hanya memberikan konsekuensi atas apa yang mereka lakukan. Namun setelah mendapatkan materi ini saya berusaha untuk menggunakannya dalam menyelesaikan masalah-masalah yang terjadi pada murid. Tahap yang saya lakukan adalah menstabilkan identitas yang bertujuan agar sang anak mau mengakui kesalahannya tanpa rasa takut. 

Langkah kedua meyakinkan murid bahwa setiap individu pernah melakukan kesalahan dan menanyakan keyakinan kelas apa yang telah mereka langgar untuk kemudian anak-anak dibawa pada pemahaman tentang mau seperti apa, kemudian apa yang ingin dilakukan anak-anak sesuai dengan keyakinan kelas.

Hal lain yang mesti saya pelajari dalam menciptakan budaya positif adalah bahwa budaya positif ini tidak dapat dilakukan sendirian dan hanya di dalam satu kelas saja, tapi butuh dukungan dari semua warga sekolah. Karena dengan dukungan dan kolaborasi dari semua warga sekolah, budaya positif ini dapat tercipta dengan baik dan selaras dengan ekosistem sekolah. Apalagi anak-anak berkebutuhan khusus adalah anak-anak yang terus membutuhkan motivasi dari guru dan semua warga sekolah agar mereka mampu memahami bahwa budaya positif tersebut baik untuk dilakukan secara terus-menerus menjadi budaya yang positif di sekolah demi mewujudkakn murid di masa depan yang berkarakter Profil Pelajar Pancasila.

Salam dan bahagia 

Metro, 15/07/2023

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun